Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kenapa Masih Ada Orang yang Benci Zakir Naik?

4 April 2017   16:32 Diperbarui: 5 April 2017   04:00 1930
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: DOK. SETWAPRES dipetik Dani Prabowo Kompas.com - 06/03/2017, 19:14 WIB

Zakir Naik pernah mengatakan orang sepertinya dirinya, tetap bisa tak disukai orang. Itu hukum kemanusiaan. Ada penggemarnya. Juga, ada penentangnya. Memang, kalau bercermin kepada umumnya tokoh dunia. Tidak semua menyukai si tokoh. Tetap, ada orang saja orang yang membencinya. Paling tidak, timbullah pro-kontra. Hingga kontroversi. Dan biasanya, semakin kontroversial seorang tokoh, kajian biografis atau autobiografis semakin hidup sepanjang masa. Setidaknya, kajian terhadapnya berumur panjang. Karena, orang dapat memandangnya dari sudut pandang berbeda, masing-masing.

Nah, apakah perlu orang baik seperti Zakir Naik harus disukai seluruh orang, sedunia? Itu mustahil. 

Sebagaimana dongeng Yiddish dari mana kita berasal dan ke mama kita pergi bisa memengaruhi kecenderungan. Seorang pria tua duduk di luar gerbong kora. Ketika pengembara bertanya kepadanya, manusia macam apa yang tinggal di kota ini? Ia menjawab, manusia macam apa pula di tempat kalian berasal. Jika pengembara menegaskan hanya orang jahat di kota kami. Maka pria tua akan berkata, pergilah kalian, karena kalian hanya bertemu orang jahat di sini. Sebaliknya, bila pengembara mengatakan, di kota asal kami orang yang baik-baik. Maka, pria tua akan berkata, masuklah di kota ini juga banyak orang baik-baik.

Jadi, baik dan buruk. Orang baik dan orang yang belum baik merupakan hukum alamiah keduniaan. Tak hanya terhadap Zakir Naik. Bahkan kadang, kita adakalanya agak kurang suka dengan pasangan, saudara, dan bahkan anak-anak kita. Mereka juga begitu mungkin kepada kita.

Untuk itu dalam kehidupan ini. Termasuk dalam dakwah agama. Betapa kerendahan hati sangat diperlukan. Baik bagi penceramah agama maupun pendengarnya, jamaah. Pasalnya, kita semua sering tak bisa dipisahkan dengan turunan, suku, budaya, kultur, dan lingkungan yang melingkupi kita. Meski manusia memiliki akal pikiran melakukan pilihan bebas. Tapi, ada banyak kompleksitasnya kehidupan. Oleh karena itu, sepanjang hayat banyak yang belum final. Kita yang mungkin baik pada masa lalu, masa kini dan mendatang bisa bertukar agak buruk. Syukurlah, kalau selalu baik. Sebaliknya, mungkin mereka yang pada masa lalu agak buruk. Siapa tahu kini dan mendatang mendapati hidayah Tuhan menjadi lebih baik. 

Dengan demikian, manusiawilah sifatnya ada orang yang suka dan kurang suka dengan Zakir Naik? Tapi paling tidak, di situlah kita perlu berempati, mendengar dengan baik terhadap orang lain. Siapapun dia yang sepandangan dengan kita. Ataukah dia yang berbeda pandangan dengan kita. Mereka yang kurang suka dengan Zakir Naik, seperti kata murid saya, beberapa orang masih ada yang tak suka Zakir Naik.

Secara agak berseloroh kujawab. Mungkin saja mereka yang kurang suka dengan Zakir Naik karena karier dan popularitasnya tak pernah naik-naik, sedangkan Zakir Naik, terus me-Naik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun