Bukan hanya bayi atau anak-anak TK yang asyik bermain dengan barang mainan, seperti mobil-mobilan dan boneka. Ada jenis barang mainan anak-anak yang menjadi mega bisnis dunia. Kadang, kalau kita sebagai orangtua membawa anak-anak ke pasar, kita sedikit agak kewalahan menyikapi barang mainan yang dilirik anak-anak di toko mainan, yang sangat menarik buat anak-anak.
Sejak kecil, barang mainan menjadi obyek transisional yang menghubungkan seorang anak dan orangtuanya, Ibu khususnya. Ujar sosiolog, Eviatar Zerubavel. Barang mainan itu menjadi media atau agen yang menjembati anak bisa sementara ditinggal ibunya. Mobil-mobilan, boneka, mainan hewan, dan lainnya membuat anak asyik bermain dalam membentuk zona transisi anak pada orangtuanya.
Ternyata, banyak orang dewasa yang masih bergantung atau tergantung dengan barang mainan (metafora-literal), seperti HP, televisi, mobil, barang elektronik, dan perhiasan lainnya. Semacam kebutuhan emosional agar mereka merasa terhubung. Alat komunikasi gadget, seperti HP kini utamanya sudah menjadi semacam barang mainan permanen bagi setiap orang, dari anak-anak, remaja, dewasa, orang tua, dan bahkan sebagian manula.Â
Kita dapat dengan mudah menyaksikan orang ber-hp di mana-mana. Dari bilik tidur, ruang makan, dan bahkan hingga toilet. Dari rumah hingga tempat kerja. Dari halte hingga jalanan. Dari jalanan hingga tempat keramaian lainnya. Malahan meski dilarang, beberapa orang bermain HP sambil berkenderaan, yang memicu terjadinya kecelakaan. Saya pernah menatap seseorang kasak-kusuk, gelisah hanya karena ia lupa membawa HP. Baginya, HP sebentuk kebutuhan primer yang tak bisa lagi ditanggalkan dari tangan.
Seperti halnya, tak mungkin memaksa kanak-kanak melepaskan barang mainannya. Bahkan kadang yang bukan miliknya direbut. Sebagian orang dewasa berperilaku seperti anak-anak yang memaksakan kehendaknya memiliki barang-barang mewah menjadi penghiburnya. Ketergantungan pada barang mainan itu bagi orang dewasa mendekati 'kegilaan' seperti halnya ilustrasi gambaran, berikut:
Demi kehidupan, setelah lahir. Jaringan yang selama di rahim pengikat yang menghubungkan plasenta dan fetus (janin) dan berfungsi menjaga viabilitas (kelangsungan hidup) dan pertumbuhan embrio dan janin. Tali pusat dipotong. Demi kehidupan orangtua dan bayinya. Kini setelah dewasa, khususnya beberapa pria masih mencoba memasuki batin wanita yang seperti masa lalu. Setidaknya, kita mencari keterikatan permanen dengan wanita dengan meleburkan diri pada wanita. Kalau itu tak terpenuhi, kita beralih kepada objek transisional berupa barang mainan orang dewasa, seperti mobil atau menyalurkan hobi pria secara berlebihan.
Kecenderungan orang dewasa yang berlebihan pada  'barang mainan' pada buntutnya. Orang hanya ingin barangnya, lupa kepada pemberinya. Di saat itulah kita mulai terasing dan tak terpuaskan dengan harta benda itu. Jika terus menerus begitu, barang mainan bisa berubah bentuk menjadi pelarian, misalnya alkohol, miras, judi, dan narkoba. Itulah di antara akibat ketidakmampuan kita melepas atau membebaskan 'barang-barang mainan.'
Lantas, kalau kita ingin hidup lebih dewasa dan bahagia, kita butuh menumbuhkan-mengembangkan kualitas, seperti sikap kasih, sabar, pemaaf, dermawan, toleransi, dan sifat baik lainnya.Â
Untuk itu, kata kuncinya, dua ungkap T Byram Karasu, MD. Pertama, kunci jiwa adalah cinta: mencintai diri, orang lain, kerja, dan harta kekayaan diri. Kedua, kunci roh, yakni keyakinan kepada Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H