Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Apresiasi yang Promosikan Kompasiana, Ahai Headline!

15 Desember 2016   16:41 Diperbarui: 15 Desember 2016   17:07 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Kompasiana, Printscreen,SysRq Abdul Hakim Siregar

Tak pernah ditunjuk, apalagi disuruh promosikan Kompasiana. Tapi, profesiku sebagai guru yang berhadapan dengan para siswa SLTP-SLTA, bahkan mahasiswa PT. Apalagi pengajaran kerap berkaitan dunia bacaan dan tulis-menulis. Dalam keadaan semacam itulah, di tengah pembelajaran, saya menyampaikan Kompasiana, pada berbagai kesempatan.

Bayangkan, sebagai guru, tentu saja saat aku menyinggung Kompasiana. Layak didengar, sedikit banyak beberapa siswaku mendaftar ke Kompasiana. Sebagian yang lain, setelah kuliah malah minta informasi tambahan padaku, bagaimana mereka memasuki dunia Kompasiana.

Nah, itulah semacam promosi gratisku terhadap Kompasiana. Apalagi sebagai penulis di koran, aku tahu sedikit cikal bakal berdirinya Kompasiana? Jadi, tak hanya aku, siapapun yang turut mempromosikan Kompasiana ke teman, rekan, sahabat, komunitas, murid, kawan, dan lawan mereka, selayaknya diberi  “penghargaan?” Ahai!

Kompas Pun Ngikut Kompasiana?

Konon, pada awal pendirian Kompasiana,Pepih Nugraha mendapati “cibiran” dari kongsi-kongsinya di Kompas. Pasalnya, sebagian di antaranya kurans sreg karena jurnalis warga biasa dianggap dapat menodai citra Kompas? Pepih ngotot dengan pendiriannya, hingga Kompasiana kini tempatnya banyak penulis, amatiran –senioran. Sesuai dengan rubrik yang dikelola Kompasiana. Kini, Anda dapat menatap Koran Kompas secara online terhubung dengan Kompasiana, atau sebaliknya. Jadi, mereka yang dulu menyepelekan Kompas, mau tidak mau harus angkat topi kepada Kompasiana?

Artinya, apa? Dalam dunia demokrasi kini. Tirani, tidak saja terdapat dalam politik. Tapi, juga dunia jurnalistik, media? Pada media arus utama (mainstream)terikat dengan berbagai persyaratan ketat, terutama agar tulisan masyarakat yang bukan wartawannya, dimuat? Alasan mereka, kolom buat Opini, Cerpen, Surat Pembaca, terbatas di koran mainstream? Saat itulah, redaktur koran konvensional semacam “diktator” yang memilah dan memilih tulisan warga yang masuk ke meja redaktur dinilai, layak muat atau musnah?

Bukankah itu namanya mirip tirani jurnalis? Pasalnya, masyarakat yang membaca, tapi merekalah yang menyuguhkannya buat Anda? Sama halnya dalam sistem monarki politik, raja dan dinastinya menyuguhkan kepada masyarakat yang menurutnya, terbaik?

Dalam sistem demokrasi, rakyatlah yang memilih pemimpin? Dan agar pemimpin dipilih, biasanya perlu kampanye memenuhi hajat orang banyak, bukan hajatnya. Meski kemudian dalam kenyataannya bertolak belakang, realitas sosial berbeda dengan janji kampanye?

Jadi, koran dan media besar yang agak “sombong” tidak mau melibatkan masyarakat, memberi ruang yang lebih besar berpartisipasi. Apalagi dengan teknologi informasi kini, bisa jadi ke depan gulung tikar, kolaps alias bangkrut?

Jadi, di sinilah satu “kehebatan” Kompasiana. Kompasiana, dengan Anda menulis sendiri dan menayangkan tulisan sendiri. Langsung terbit. Tidak begitu banyak kriteria Redaktur Kompasiana. Meski, ada sedikit yang disunting? Tapi, umumnya di Kompasiana, Anda-lah yang menulis dan menayangkan tulisan Anda sendiri. Iya, sudah tayang? Meski, memang tidak seperti  di Kompas, tulisan terbit dapat honor (bayaran) kepada Anda? Tapi, yang tak terbit bisa menjadi semacam “horor-teror” kepada Anda berhenti menulis, lantaran selalu mendapati penolakan redaktur koran tersebut?

Di Kompasiana, Anda tak memperoleh horor dan honor? Tapi, barangkali, puas dengan tulisan sendiri nongol, search di Google, apapalgi tag atau label Kompasiana? Yang penting, dengan semakin banyaknya tulisan di Kompasiana, semakin pede (percaya diri) Anda menghadapi dunia tulis-menulis ini?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun