Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Fitri Pas Perempuan, Syawal Khas Laki?

23 Mei 2020   16:35 Diperbarui: 23 Mei 2020   16:33 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Idul Fitri terjadi pada bulan Syawal. Tepatnya 1 Syawal dengan perhitungan kalender Qamariyah. Cuma, nama Idul Fitri kadang lebih popular melebihi nama bulannya.

Dan kalau Anda ketemu dengan perempuan yang bernama "Fitri." Tebak saja lahirnya masa Idul Fitri? Tidak harus pas tanggal 1, tetapi sebulan penuh itu.

Serupa halnya dengan laki-laki yang bernama: Syawal, lahirnya semasa Idul Fitri; sebulan Syawal itu.

Begitulah satu cara kita mengabadikan hari besar keagamaan atau bersejarah itu dengan mengaitkannya pada nama kelahiran bayi.

Sebagai guru di sekolah, saya terbiasa mengabsensi pelajar secara abjad. Betapa banyak yang namanya fitri dengan turunan katanya, fithri, fithriah, fithriyah, fithra, fithrah, fithraha, atau lebih Indonesia tanpa huruf "h" menjadi  fitri, fitriah, fitriyah, fitra, fitrah, fitraha.

Dari sekian banyak ramuan kata fitri menjadi nama perempuan, hanya nama "Fathir" yang bergaya laki-laki.

Ada pun, Syawal sudah umum menjadi nama laki-laki. Jika ingin menjadi nama perempuan, bisa dibuat, misalnya, Syawaliyah.

Jadi, nama itu sangat penting. Nama besar artinya. Nama sebagai identitas. Nama menjadi karakter. Nama menjadi doa. Nama menunjukkan keyakinan. Nama menggambarkan daerah asal. Nama menandakan seorang dibanding lainnya.

Meski demikian, kadang ada yang menyebut, apalah artinya sebuah nama? Mungkin ia beralasan, ada orang namanya si "Cantik?" Namun, jeleknya maksimal? Ada nama si "Bagus?" Tapi, perilakunya sedemikian buruk?

Sebagai guru sekolah, saya memerhatikan nama yang paling baik sekalipun kadang dibuat siswa yang agak nakal menjadi panggilan buruk. Nah, pembuatan nama perlu dibuat sebaik mungkin. Setidaknya si anak merasa berharga dan penting dengan namanya. Atau dia mampu memaknai namanya menjadi positif bahkan yang dipleseti orang lain secara negatif.

Kadang, kalau saya perhatikan nama di media social, seperti facebook, ada orang yang menukar nama aslinya. Aku kira, orang yang demikian kurang menghargai nama atau yang memberi namanya. Saya rasa sangat penting merasa syukur dan bangga serta berharga atas nama yang kita miliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun