Ego seorang motivator perlu dijinakkan dulu sebelum berhadapan dengan orang lain. Saya menyaksikan ada banyak motivator yang sangat bersemangat ingin mengubah orang lain? Pada saat yang sama mereka agak lalai mengubah diri sendiri. Kepercayaan diri mereka semacam kombinasi ego atau setidaknya kepameran untuk membicarakan kesuksesan atau kegagalan diri yang dikemas menjadi ketangguhan atau keberhasilan?
Tulisan ini ingin mengulas sedikit bagaimanan memang kita agak sulit mengendalikan diri saat bersemangat berlebihan? Mungkin hal itulah yang terjadi sehingga terjadi penamparan seorang motivator terhadap beberapa siswa yang ramai diberitakan.Â
Sebagaimana misalnya diberitakan Kompas, Kamis (17/10/2019), seorang motivator berinisial AS menampar delapan siswa SMK Muhammadiyah 2 Malang, saat seminar yang berlangsung.Â
Menurut kabar berita lain, asal-muasal penempelengan hanyalah karena operator mengetik "goblog," seharusnya "goblok," dengan maksud si operator mencairkan suasana peserta dan memang sontak memancing tawa peserta didik. Rupanya, hal itu bikin si motivator "naik pitam" dan terjadilah penamparan beberapa siswa tersebut. Si operator syok! Dipikirannya, si motivator hanya ingin memberikan reward rupanya punishment. Konon kabarnnya, sebelum acara si motivator membuat semacam aturan dengan maksud mengontrasikan para siswa?
Kabarnya lagi, begitu Kepala Sekolah mengetahui kejadian, segera memanggil si motivator dan si motivator meminta maaf kepada para siswa yang terkena tamparannya. Dikira persoalan itu selesai. Ternyata, video penempelengan beredar kemudian dan diketahui publik.
Jadi, asal-muasal hanya gara-gara kata "goblog"(Coba sandingkan dengan tanda pisah menjadi: go-blog?) yang sedikit salah ketik atau sengaja dipelesetkan memancing tawa oleh operator, seharusnya "goblok?"
Ternyata, salah ketik itu spontan memancing tawa sesaat kemudian terjadilah penamparan itu. Salah ketik dalam hal "kegoblogan" masih bisa didelete atau dihapus atau diedit menjadi "kegoblokan?" Tetapi salah sikap atau tindakan bisa berujung pada pelaporan korban agar si pelaku dipidana?
Kadang, sisi negatif dalam diri kita begitu "goblok" sehingga harus melukai orang lain. Keinginan, hasrat, gairah kita yang berlebihan membuat sebagian kita kurang terkendali. Hal itu saya rasa bukan khas si motivator yang dalam berita ini, melainkan bisa terjadi juga pada kita yang merasa mampu mengendalikan diri?
Begitupun, kadang ego suka berkilah mencari cara untuk membenarkan perilaku salah. Bahkan mohon maaf dibalut seolah tulus. Padahal, ego terdalam menyimpan amarah dan dendam kesumat.
Aku rasa untuk mengurangi sedikit gairah motivator kita, marilah dulu menjinakkan ego sendiri, sebelum akhirnya mau tampil mengubah orang lain. Rasanya, saat kita berpidato di muka umum lebih mudah mengubah orang lain. Padahal, kalaulah kita mau lebih rendah hati, kita sendiri kadang sulit mengubah diri sendiri.
Kejadian itu dapatlah menjadi pelajaran buat motivator, kadang, kegoblokan kita lebih bermasalah daripada mereka yang hadir pada seminar motivator?