Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Hukum Pilihan

Bukan Lapas Sukamiskin tapi "Sukakaya"?

21 Juli 2018   12:27 Diperbarui: 21 Juli 2018   12:51 717
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Ilustrasi TEIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN

Namanya menyesengsarakan, lembaga pemasyarakatan "Sukamiskin." Seakan menyiratkan kalau mau miskin maka masuklah ke lapas sukamiskin. Sebutan lapas sukamiskin buat kita yang kerap diterpa kemiskinan cukup memelarati. Masyarakat biasa yang tergolong miskin begitu ngeri mendengar lapas atau penjara sungguh menakutkan, apalagi kalau penyebutannya sendiri menyuratkan kengerian, "Sukamiskin?"

Tapi, apakah setiap orang yang masuk lapas sukamiskin akan melarat? Ralat dulu. Sebab, bagi beberapa oknum pejabat di negeri ini, penjara buat mereka semacam hiburan sementara menambahi popularitas dan finansial. Semacam persinggahan sementara yang untuk menumpuk pundi kekayaan mereka. Penjara tidak mengurangi rasa harga diri mereka. Malahan, meningkatkan ilmu pergaulan mereka untuk berkoalesi dalam kejahatan. Jadi, sebutan penjara yang mengerikan seperti "sukamiskin" tak membuat mereka gentar melakukan tindakan korup yang merugikan banyak rakyat.

Kita yang berasal dari desa atau kampung saja merasa hina kalaulah sampai kita masuk penjara, tapi orang kota, terutama lagi sebagian oknum pejabat negara merasa santai saja masuk penjara. Maka, tampaklah mereka berfoto girang, senyum, dan disertai gestur tubuh yang menunjukkan sikap yang tak bersalah. Kecuali, masih mengakui dirinya kena tuduhan palsu dan fitnahan orang lain. Padahal, kemungkinan besar mereka betul salah total?

Banyak gosip menyebut kecurangan kerap terjadi di laps demi meraup keuntungan pribadi. Cerita tentang itu banyak dituturkan, seperti perlakuan berbeda di lapas sesuai dengan status sosial, peredaran narkoba, pungli, dan praktik suap?

Kalaulah itu betul terjadi di lapas sekaliber "suka miskin." Bisa jadi lapas sukamiskin pun menjadi lintasan sukakaya. Sukamiskin tak membuat pelaku semakin miskin. Malahan semakin suka kaya. Sebab itu, mereka masuk lapas menjadi semakin sukakaya, bukan sukamiskin. 

Kebanyakan kita tak sukamiskin, justru lebih suka kaya. Atas dasar itu, sebagian kita melakukan berbagai tindakan korup, kriminal atau salah untuk sukakaya dengan jalan haram. Maka, kalau hal itu tak kunjung dibenahi, banyak di antara kita lebih mengedepankan sukakaya dengan jalan pintas segera, termasuk dengan jalan korup karena nafsu sukakaya itu mendesak terus tanpa kendali, tak sukamiskin.

Inilah satu contoh berita Kompas. 

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) dikabarkan menangkap Kepala Lembaga Pemasyarakatan Sukamiskin, Bandung, Jawa Barat, Wahid Husen, Sabtu (21/7/2018). Informasi tersebut dibenarkan oleh Wakil Ketua KPK Laode M Syarif saat dikonfirmasi. "Betul ada kegiatan KPK di Lapas Sukamiskin. 

Detailnya tunggu konferensi pers," ujar Syarif saat dikonfirmasi. Untuk sementara, diduga terjadi transaksi suap antara narapidana kasus korupsi dengan pejabat di Lapas Sukamiskin. Suap tersebut diduga agar narapidana mendapatkan sejumlah fasilitas selama berada di dalam penjara. Penulis : Abba Gabrillin. Editor : Bayu Galih.

Jadi, kalaulah semakin banyak orang yang masuk lapas sukamiskin semakin kaya, itu bukan lagi namanya sukamiskin, melainkan "Lapas Sukakaya?"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun