Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tebar Empat Hikmah Ramadan

27 Mei 2018   16:54 Diperbarui: 27 Mei 2018   17:17 405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa itu hikmah? Hikmah berasal dari kata Arab, hakama, dengan ejaan h-k-m. Dari akar kata Arab itu, diserap ke dalam bahasa Indonesia, di antaranya, hukum, hakim, dan hikmah. Arti hikmah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia/http://kbbi.co.id/arti-kata/hikmah: hik*mahn1 kebijaksanaan (dr Allah): kita memohon -- dr Allah Swt.;2 sakti; kesaktian: -- kata-kata;3 arti atau makna yg dalam; manfaat: wejangan yg penuh --;
ber*hik*mahv1 berguna; bermanfaat; 2 memiliki kesaktian (kekuatan gaib dsb).

Untuk memudahkan arti hikmah, mari kita padukan dengan kata "hukum dan hakim" yang seakar kata tadi di atas. Hukum adalah peraturan, patokan, atau putusan. Biasanya yang memutuskan hukum adalah hakim. Hakim ialah orang yang mengadili perkara, semacam juri atau penilai suatu perkara untuk diputuskan.

Tentu saja, seorang hakim dalam proses memutuskan hukum paling tidak perlu mempertimbangkan dua sisi yang berperkara: pihak jaksa penuntut dan pihak pembela. Hakim mempertimbangkan alat bukti, saksi, dan saksi ahli yang dihadirkan masing-masing dua pihak yang berperkara untuk dinilai. Itu makanya seorang hakim perlu hikmah dan bijak menimbang dua sisi itu sekaligus, dengan penuh pertimbangan bijak itulah dipalulah keputusan hakim dengan adil, hikmah, atau bijak.

Seorang hakim yang memutuskan hukum dengan berat sebelah dinilai kurang adil. Apalagi kalau sengaja turut merekayasa perkara demi suap. Maka, hakim yang demikian dinamai curang. 

Jadi, sikap hikmah paling tidak ketika kita mampu menimbang setiap kewajiban, persoalan atau permasalahan dari dua sisi sekaligus. Sederhananya, setiap menghadapi tantangan hidup ini, pandanganlah minimal dari dua sisi yang berseberangan, bertolak-belakang, sisi positif dan negatifnya secara seimbang. Itulah makna hikmah yang kupahami dari arti harfiah dan istilah di atas.

Arti lain, makna hikmah juga disemantikkan dengan nilai paling positif dari segala peristiwa. Bahkan, saat bencana menimpa. Pertanyaan, paling positif diajukan, apa hikmah kejadian/peristiwa/bencana itu? Inilah sisi pandang hikmah, lebih mengutamakan makna dan nilai positif yang terkandung di dalamnya daripada menyesali diri atau masa lalu akibat negatif sesuatu.

Hikmah Ramadan

Lalu, bagaimana kita memaknai hikmah Ramadan untuk ditebarkan kepada semua orang dan semesta? 

Pertama, Ramadan adalah bulan puasa bagi setiap Muslim/Muslimat yang baligh. Puasa artinya menahan diri dari segala yang membatalkan puasa sejak terbit fajar hingga matahari terbenam. Istilah ini sudah lazim dalam hukum fiqih. Secara hukum zahirnya, mampu menahan diri dari makan dan minum misalnya, padahal tersedia di rumahnya.

Hal tersebut dapat menjadi bentuk hikmah pengendalian diri yang lebih luas, misalnya mampu mengendalikan makan dan minum berlebihan, mampu mengendalikan panca-indra ke jalan yang baik, dan yang paling utama sanggup mengendalikan diri; jasad, rohani, pikiran, perasaan, motif, dan tindakan secara hikmah/bijak. Itulah hikmah utama kendali diri.

Kedua, tujuan dari puasa adalah takwa. Ingat ini, sasarannya takwa. Meskipun puasa kelihatannya latihan fisiologis, fisik, dan kendali jasmani, tujuan akhirnya derajat takwa. Takwa merupakan sebuah kualitas atau sifat daripada bentuk.

Artinya, seorang yang berpuasa perlu mengukur kadar takwanya, bukan cuma karena kesanggupannya menahan makan dan minum. Hikmah puasa kedua ialah predikat takwa, bukan wujud karena tahan tidak makan dan minum.

Ketiga, berbagi. Pada bulan Ramadan diyakini segala amal-ibadah dilipatgandakan melebihi bulan lain. Maka, infak, sedekah, dan akhirnya kewajiban zakat fitrah setiap Muslim/Muslimat wajib dibagikan kepada faqir-miskin. Bahkan kewajiban zakat fitrah bagi bayi yang baru lahir. Inilah nilai sosial dan ekonomi untuk berbagi harta pada bulan Ramadan.

Berbagai harta dan makanan/minuman dalam Ramadan begitu terasa, dari rumah keluarga, ke jiran, tetangga, dan secara umum kepada masyarakat umum. Harapan kita dalam berbagi harta/makanan di Ramadan dapat mencakup semua umat manusia, tanpa harus memandang keyakinannya. 

Misalnya, sebagai Muslim kita dapat berbagi harta/makanan terhadap tetangga yang non-muslim umpamanya demi sesama kemanusiaan, apalagi jika dia sangat membutuhkan. Itulah hikmah ketiga, tebar berbagi harta, makanan, dan paling tidak kedamaian/senyuman itu juga sedekah.

Keempat, saling menyambung silaturahmi. Ramadan berakhir dengan Idul Fitri. Kembali kepada kefitrahan sebagai manusia. Kecenderungan dasar manusia adalah suci, baik, dan suka menjalin kasih sayang. Cuma, kadang karena kompleksitasnya dan banyaknya tantangan kehidupan, sebagian manusia ke luar dari jalur fitrahnya menjadi pembenci misalnya. Padahal, kita dikandung dalam perut ibu kita yang disebut dengan rahim: kasih. Kita lahir ke dunia membawa kasih sayang.

Setiap Muslim/Muslimat mengerjakan sesuatu dimulai dengan ucapan, "Bismillahi Rahmani Rahim" artinya Tuhan Maha Kasih dan Penyayang. Jadi, seorang yang setelah dewasa kerap menyebarkan kebencian dan permusuhan, bukanlah bagian dari cara hidup seorang Muslim/Muslimat beriman yang diasuh dalam rahim dengan kasih sayang dari Tuhan dan orangtuanya. Maka sebagai muslim/muslimat, idul fitri dapat menjadi sarana kembali hidup secara kasih (rahim).

Mari menebarkan rahmat bukan laknat terhadap kemanusiaan, kealaman, dan kesemestaan secara menyeluh. Dengan demikian, hikmah Ramadan menyusul Idul Fitri, marilah menebar hikmah kasih terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan yang paling utama perlu menyadari betapa besarnya kasih Tuhan dalam kehidupan ini untuk semua.

Jika, empat hikmah Ramadan di atas dapat kita tebarkan sebagai Muslim/Muslimat, pastilah banyak mendatangkan manfaat untuk umat dan seluruh alam semesta. Amin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun