Artinya, seorang yang berpuasa perlu mengukur kadar takwanya, bukan cuma karena kesanggupannya menahan makan dan minum. Hikmah puasa kedua ialah predikat takwa, bukan wujud karena tahan tidak makan dan minum.
Ketiga, berbagi. Pada bulan Ramadan diyakini segala amal-ibadah dilipatgandakan melebihi bulan lain. Maka, infak, sedekah, dan akhirnya kewajiban zakat fitrah setiap Muslim/Muslimat wajib dibagikan kepada faqir-miskin. Bahkan kewajiban zakat fitrah bagi bayi yang baru lahir. Inilah nilai sosial dan ekonomi untuk berbagi harta pada bulan Ramadan.
Berbagai harta dan makanan/minuman dalam Ramadan begitu terasa, dari rumah keluarga, ke jiran, tetangga, dan secara umum kepada masyarakat umum. Harapan kita dalam berbagi harta/makanan di Ramadan dapat mencakup semua umat manusia, tanpa harus memandang keyakinannya.Â
Misalnya, sebagai Muslim kita dapat berbagi harta/makanan terhadap tetangga yang non-muslim umpamanya demi sesama kemanusiaan, apalagi jika dia sangat membutuhkan. Itulah hikmah ketiga, tebar berbagi harta, makanan, dan paling tidak kedamaian/senyuman itu juga sedekah.
Keempat, saling menyambung silaturahmi. Ramadan berakhir dengan Idul Fitri. Kembali kepada kefitrahan sebagai manusia. Kecenderungan dasar manusia adalah suci, baik, dan suka menjalin kasih sayang. Cuma, kadang karena kompleksitasnya dan banyaknya tantangan kehidupan, sebagian manusia ke luar dari jalur fitrahnya menjadi pembenci misalnya. Padahal, kita dikandung dalam perut ibu kita yang disebut dengan rahim: kasih. Kita lahir ke dunia membawa kasih sayang.
Setiap Muslim/Muslimat mengerjakan sesuatu dimulai dengan ucapan, "Bismillahi Rahmani Rahim" artinya Tuhan Maha Kasih dan Penyayang. Jadi, seorang yang setelah dewasa kerap menyebarkan kebencian dan permusuhan, bukanlah bagian dari cara hidup seorang Muslim/Muslimat beriman yang diasuh dalam rahim dengan kasih sayang dari Tuhan dan orangtuanya. Maka sebagai muslim/muslimat, idul fitri dapat menjadi sarana kembali hidup secara kasih (rahim).
Mari menebarkan rahmat bukan laknat terhadap kemanusiaan, kealaman, dan kesemestaan secara menyeluh. Dengan demikian, hikmah Ramadan menyusul Idul Fitri, marilah menebar hikmah kasih terhadap diri sendiri, orang lain, lingkungan, dan yang paling utama perlu menyadari betapa besarnya kasih Tuhan dalam kehidupan ini untuk semua.
Jika, empat hikmah Ramadan di atas dapat kita tebarkan sebagai Muslim/Muslimat, pastilah banyak mendatangkan manfaat untuk umat dan seluruh alam semesta. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H