Debat calon pemimpin kini mengemuka di media televisi? Dengan dipandu moderator, calon pemimpin berbicara dengan hitungan menit untuk menyampaikan berbagai visi dan misi si calon atau menjawab pertanyaan panelis?
Tapi, begitu menonton debat kandidat di televisi, aku lihat ada semacam kegemetaran sosial dan pendengar, karena pengaturan waktu dan durasinya terlalu dituntut.
Dibanding dialog calon presiden di Amerika Serikat yang lebih blak-blakan tapi tetap terkendali. Aku rasa kita terlau cemas dan terbawa trauma dalam debat sehingga takut agak panas.
Katanya, kita kultur Timur, sopan-santun teratas -yang membuat suasana debat sedikit membuat mata ngantuk dibanding debat yang lebih konfrontatif, setidaknya argumentatif.Â
Tapi, biarlah begitu daripada tidak ada sama sekali. Debat kandidat di televisi yang kini marak. Setidaknya, menjadi ajang latihan pidato. Meski kemudian, kita agak baru menyadari betapa pilihan kata, diksi yang kacau, bahasa non-verbal, gerakan tubuh, tangan-jari yang tak serasi, dan tatapan mata agak berkedip, lantaran tak pede menatap mata hadirin. Anggaplah itu, pelatihan sulap politik guna memengaruhi massa pemilih.
Lalu, setelah dua kubu kandidat saling beradu debat di hadapan pendukung, sorak-sorai dan tepukan tangan dapat bergema. Stop! Tenang! Ungkap pembawa acara, dengan perasaan dag-dig-dug, takut-takut-takut kalau debat itu berujung rusuh. Mungkin kita kena derita penyakit waswas, betapa kita mencemaskan debat menjadi ajang adu-jotos dan jongos daripada ujian kendali diri meski dapat serangan bertubi, sampai tampak yang sebaiknya layak terpilih?Â
Adu NulisÂ
Nah, bagaimana kalau di masa depan debat kandidat tak hanya debat lisan, tetapi juga debat tulisan. Secara langsung di hadapan publik memaparkan visi/misi atau pertanyaan panelis lewat tulisan, bukan lagi sekedar lisan. Sehingga, calon pemimpin terbukti tak hanya pandai ngomong, tapi juga mahir menulis.Â
Mungkin, media sosial (medsos) seperti Kompasiana dapat dilibatkan. Di Kompasiana, banyak perdebatan tentang siapa pendukung siapa dari tulisannya? Agak sayangnya, cuma para pendukung yang saling gontok-gontokan dalam menulis. Ada pun, si calon pemimpin yang dibicarakan dalam Kompasiana oleh kompasianer, belum kunjung nongol-nongol?Â
Kadang, adu tayang sesama Kompasaner pendukung satu calon pemimpin yang di pihaknya, saling menyerang dengan kawan seberang, sehingga adu tayang tulisan untuk mendapati pembaca dan komentar begitu terasa. Sementara itu, si pemimpin belum mengontak si penulis yang membelanya mati-matian. Mungkin dibanding sesama penulis bersitegang di Kompasiana. Ada baiknya, kalaulah sudi si kandidat calon pemimpin diundang beradu tayang tulisan di media.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H