Warren Farrell menulis buku, "The Myth of Male Power." Bagi Farrell kekuatan pria merupakan mitos. Jika asumsi kita selama ini, lebih banyak wanita yang korban. Justru sebaliknya, Farrell berkata lain, para prialah yang banyak korban. Paling tidak, para pria tak pernah bisa terlindungi.
Sebagai contoh kecil, kalau seorang wanita dicopet di pasar. Lalu, si wanita mengadu kepada petugas. Biasanya, petugas siap melindungi wanita itu. Namun, bila kejadian yang sama dialami seorang pria seraya mengadukannya kepada petugas, justru si pria malang itu bisa jadi dibentak-bentak petugas.
Contoh lain, dalam setiap peperangan, para pria dikirim ke medan tempur. Banyak di antara pria itu korban dan meninggal dunia. Itu sepertinya, wajar dalam dunia pria. Sehingga, jarang orang berempati kepada prajurit itu.
Masih contoh lain, dalam banyak cerita dan film. Ada banyak kisah, para pria harus banyak korban gara-gara seorang wanita misalnya. Namun, hampir tak ada film yang menggambarkan para wanita korban, dalam jumlah besar cuma lantaran seorang pria.
Bagi Farrell, gerakan emansipasi, gender, atau jender yang dipelopori sebagian wanita tidaklah membantu pria dilindungi. Justru, kesannya wanita masih tertindas. Padahal, para pria pun sudah banyak yang korban.
Itulah contoh kata Farrell dalam dunia yang sampai kini dalam banyak kasus, para pria pun banyak yang korban. Malahan, kalau dibalik-balik. Jusru, para wanitalah yang banyak terlindungi. Untuk itu bagi Farrel, perlulah timbal-balik. Saling melindungi wanita-pria. Sebaliknya, pria-wanita.
Nah, pada hari Kartini, banyak suara yang dikeluarkan para wanita. Cuma memang suara itu baru sebatas wanita setara, sederajat pria. Belum bergema suara yang menyebut wanita juga bisa melindungi pria. Seperti perempuan diciptakan dari tulang rusuk. Bengkoknya rusuk bukan saja sebagai keterbatasan. Melainkan juga kelebihan, dengan bengkoknya rusuk bisa sebagai pelindung pria. Paling tidak, bengkoknya rusuk perisai organ tubuh...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H