Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Uniknya Nulis di Kompasiana Terbawa Emosi

19 April 2017   17:29 Diperbarui: 19 April 2017   21:59 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Satu ciri unik menulis di Kompasiana. Sebagian penulisnya terbawa emosi. Bisa emosi positif. Juga kadang disertai emosi negatif. Mungkin karena itu pulalah Kompasiana berbeda dengan media mainstream yang masih sangat perlu membuat berita atau artikel berimbang. Dua sisi pandang: pelaku dan korban. Atau sebaliknya, korban dan pelaku dalam kasus kriminal misalnya. Sederhanya, sudut pandang pelaku dan korban sama-sama dipertimbangkan dalam tulisan. 

Nah, di Kompasiana hal itu agak beda. Para Kompasianer karena menulis dan menayangkan sendiri tulisan. Cukup bebas mengekspresikan emosinya dalam tanda petik. Tentu, sesuai dengan syarat Kompasiana. Memang, pihak di Kompasiana, seperti Pepih Nugraha pernah mengingatkan agar tulisan di Kompasiana perlu dibuat berimbang atau seimbang. Jangan sampai karena terbawa emosi negatif berlebihan, menyasar seorang lewat batas. Ya, kalau dalam bahasa jurnalis, betapa para wartawan penting memerhatikan kode etik pers dan penulisan.

Saya sendiri tidak kekecualian kadang terbawa emosi jengkel. Kadang, malahan itulah inspirasi sebuah tulisan. Namun, saya tetap berupaya agar sedikit tetap proporsional menulis. Minimal melaga logika-perasan saya bolak-balik. Dari sudut pandang saya dan penulis lain, terutama artikel yang saya tanggapi.

Terutama dalam politik, terlihat jelas afiliasi seorang Kompasianer di Kompasiana. Teman saya pernah mengingatkan agar waspada menulis politik di Kompasiana. Lantaran katanya, di Kompasiana kebanyakan pendukung Pak Ahok.

Memang dalam hal tertentu tampak begitu. Sebaliknya, beberapa penulis di Kompasiana, pendukung lain, Pak Anies misalnya. Di tengah dua kubu yang bersitegang waktu, terdapatlah sebagian kelompok netral lainnya. Semacam juri atau wasit artikel politik di Kompasiana, yang pro-kontra.

Nah, kawan-kawan sekalian, saya tidak dalam hal menggurui di sini. Memang saya seorang guru. Salah satu ciri dan asyiknya menulis di Kompasiana ialah kita kadang terbawa emosi positif dan kadang emosi negatif. Untuk yang positif, yang ungkaplah sepuas-puasnya. Tak begitu mengundang masalah, tanggapan orang lain.

Tapi khusus, tulisan atau ungkapan yang agak negatif, termasuk karena terbawa emosi mendukung atau tak mendukung seorang dalam Pilkada, misalnya. Mohonlah, sedikit kita rasanya perlu menahan diri. Kendali diri sedikit saja. Atau minimal pake 2 jurus berimbang: kupas 2 sudut pandang berdasarkan persepsi masing-masing. Bukan, pandangan subjektif kita semata.

Sekali lagi, saya tak bermaksud menasihati berlebihan dalam hal ini. Ini lebih tepatnya nasihat bagi diri saya sendiri.

Setelah Pilkada ini. Marilah kembali kita berasyik nulis unik di Kompasiana. Meski terbawa emosi. Mudah-mudahan, emosi positif. 

Salam Kompasiana

Abdul Hakim Siregar

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun