Mohon tunggu...
Abdul Hakim Siregar
Abdul Hakim Siregar Mohon Tunggu... Guru - guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak SD Akan Ramai "Minta-minta" ke Presiden?

13 April 2017   18:11 Diperbarui: 14 April 2017   04:00 769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: (Facebook/Istimewa) dari Kompas.com - 12/04/2017, 10:10 WIB Fabian Januarius Kuwado

Minta Tas dari Kalbar

Anak SD dari Kalimantan Barat (Kalbar), Kabupaten Bengkayang meminta bantuan tas sekolah kepada Presiden Jokowi. Segera saja, Pak Presiden Jokowi menyahuti permintaan itu. Kita dapat merasakan kesyukuran dan kegembiraan anak-anak SD yang menerima bantuan dari presiden.

Apalagi. Cobalah bandingkan tampang anak-anak SD berseragam di atas! Foto di bawah menggambarkan seragam sehari-hari mereka sebelum mendapati bantuan. Berbeda sekali, saat berbaju baru seragam, foto bagian atas.

Cuma beginilah sikap kit agak reaktif dengan sudut pandang yang agak pesimistis. Kita seakan baru tersadar. Apa ada begitu pakaian seragam SD? Padahal, tampilan demikian umum di pedesaan. Seragam sekolah yang lusuh. Warna putih berubah abu. Tanpa kancing baju. Celana yang melorot tanpa tali pinggang. Celana yang resleting copot. Celah celana dengan benang jahit tangan beda warna. Bagian belakang celana yang menepis, terkikis. Jadi, kenapa masih heran yah?

Di situlah satu perbedaan mencolok anak SD desa dan SD kota. Anak SD kota jauh kelihatan lebih bersih dan rapi. Dengan permainan game, playstation, dan mall. Sebaliknya, anak SD dalam ukuran kota tampak agak kotor, karena memang permainan mereka berlumpur. Bahkan, jalan menuju sekolah mereka becek. Sehingga mereka perlu menenteng sepatu. Melipat celana yang kelebihan ukuran. Serta menyandang tas bolong, yang talinya hampir putus. Itu gambaran umum di desa, kontras sekali dengan anak SD kota.

Salah siapa?

Salahkah orangtuanya? Salahkah si anak SD desa yang hobi main kotor? Salahkah guru yang tak merapikan? Salahkah pemerintahnya, yang kurang peka? Ah. Terlalu kompleks, persoalannya? Atau jangan-jangan, pakaian begitu dianggap tak pernah jadi persoalan. Apalagi, anak SD tak begitu hirau dengan penampilan. Mereka belum remaja. Nanti, baru agak geli dengan pakaian seragam mereka yang berubah warna, bercampur tanah.

Anak SD Minta Listrik dari Sumut

Lalu, ini persoalan lain bisa timbul, kalau semakin banyak anak SD meminta kepada Presiden Jokowi? Jangan-jangan, kalau orang dewa, tua yang mengusul tak pernah digubris. Baru, anak SD baru diperhatikan? Lebih negatif lagi, kalau ada anak SD agak di-"perdagang"-kan terkait permintaan orang yang lebih dewasa. Dan bukan urusan anak sebenarnya, melainkan tanggung jawab kita sebagai orang yang lebih dewasa. 

Mungkin, terinspirasi dengan anak SD dari Kalbar tak hanya dapat tas sekolah, seragam sekolah, dan alat belajar lainnya. Beberapa anak SD di Sumatera Utara, Asahan, kec. Bandar Pasir, Mandoge, Desa Tomuan Holbung meminta kepada Presiden Jokowi, listrik. Desa mereka belum dialiri listrik hingga kini. Sebelum ini, diberitakan Gubsu Tengku Erry Nuradi baru memberi tantangan kepada PLN bila tak melakukan pemadaman akan memberikan reward? Mereka mungkin belum mengetahui keadaan di desa anak-anak bangsa di bawah ini.

Sumber: Waspada Medan/Ist, 13/4/2017 B2
Sumber: Waspada Medan/Ist, 13/4/2017 B2
Warga Desa Tomuan Holbung, tinggal menunggu. Apakah permintaan mereka terdengar ke Jakarta, ke kuping Pak Presiden Jokowi? Lalu, bagaiman reaksinya? Paitte jolo, tunggu dulu! Bila permintaan ini dikabulkan. Giliran anak SD mana lagi yang menyampaikan permintaan ke presiden? Dan kira-kira, permintaan mereka apa yah?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun