Mohon tunggu...
siprianus jemalur
siprianus jemalur Mohon Tunggu... Wiraswasta - Berkontribusi bagi kemajuan daerah melalui tulisan

lahir dan dibesarkan untuk memuja kehidupan meskipun seringkali tidak bersahabat...

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Faktisitas Kematian, Sebuah Catatan Reflektif

21 Juni 2021   22:28 Diperbarui: 21 Juni 2021   22:34 230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Pada satu kesempatan, saya sempat melayat seorang ibu yang meninggal dunia di sebuah rumah sakit swasta. Ia meninggal karena sakit yang dideritanya dalam kurun waktu yang relatif lama. Sempat merasa takut, tapi situasi seperti ini adalah kenyataan yang akan dihadapi oleh setiap manusia ketika waktunya akan tiba. Atas dasar itu, perasaan takut pun perlaham-laham menghilang dan kesadaran akan fakta seperti pun mulai direnungkan dengan agak serius dan mendalam. 

Kematian merupakan kenyataan hidup yang dialami oleh kita sebagai manusia. Dalam bahasa yang agak keren, kematian adalah sebuah faksitas yang tidak dapat kita hadapi sebagai manusia.

Kematian yang dihadapi oleh manusia melintasi batas baik dari segi usia, jenis kelamin, status sosial, etnis, agama, bahasa, budaya, ideologi politik, kewargaanegaraan dan sebagainya.

Dari segi usia misalnya, kematian tidak pernah memandang apakah kita anak-anak, remaja, dewasa, lansia dan sebagainya. Dari segi jenis kelamin, kematian juga tidak memandang apakah kita laki-laki atau perempuan. Dari segi status sosial, kematian juga tidak pernah memandang apakah kita orang kaya atau miskin. Demikian pun dengan kewarganegaraan.Kematian tidak hanya dihadapi oleh warga negara miskin atau berkembang tetapi juga negara maju. Dengan kata lain, kematian melampaui status yang kita miliki.

Cara kita menghadapi kematian tentu tidak pernah kita ketahui dengan pasti. Karena itu, para filosof terutama filosof eksistensialis memandang kematian sebagai sebagai suatu misteri karena kita tidak tahu kapan dan dengan cara apa kita dijemput oleh maut.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menemukan  bahwa ada yang meninggal karena penyakit seperti kanker, tumor, komplikasi, gagal ginjal dan sebagainya. Bahkan dalam konteks saat ini, kematian karena covid 19 menjadi yang paling dominan. Selain karena penyakit, kematian juga dapat disebabkan oleh faktor lain seperti kecelakaan baik di darat, laut maupun udara. Tentang kecelakaan ini, kita misalnya melihat banyak meninggal karena pesawat yang jatuh, kapal laut yang tenggelam ataupun mobil yang tertabrak dan sebagainya.

Selain kecelakaan, kematian juga dapat disebabkan karena konflk baik konflik sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Bila kita membaca berbagai literatur sejarah, kematian karena karena faktor tersebut di atas tidak hanya terjadi pada masa lalu tetapi sampai dengan saat ini. Kematian yang disebabkan karena faktor sosial, ekonomi dan politik ini tidak hanya terjadi antara sesama warga dalam suatu negara tetapi dapat juga antara negara dengan negara.

Kematian juga bisa terjadi karena hal-hal yang sepele seperti iri hati, dendam bahkan karena cinta. Kita tentu tidak susah menemukan fakta ini dalam kehidupan kita sehari-hari.

Berhadapan dengan faktisitas kematian itu, kita tentu berharap bahwa kita diizinkan untuk hidup lebih lama bersama saudara dan saudari kita di dunia ini. Harapan seperti ini tentu sangat wajar tetapi kita tidak pernah tahu sscara pasti apakah harapan itu bisa terwujud atau tidak. Bila kita melihat berbagai pengalaman hidup orang, kita menemukan bahwa ada orang dapat merealisasikan harapan tersebut tetapi ada juga yang tidak dapat merealisasikan harapan tersebut.

Berhadapan dengan faktisitas kematian tersebut, setidaknya menjadi pengingat bagi kita untuk melakukan yang terbaik semampu yang kita buat baik terhadap alam maupun terhadap sesama manusia. Kita juga diharapkan sebagai sumber penghidupan bagi orang lain dan.semaksimal mungkin berusaha untuk terhindar dari penyebab kematian bagi yang lain.Dengan cara seperti itu, setidaknya kita telah memberi arti kepada kehidupan dan selalu siap jika saatnya dipanggil menuju keabadian**

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun