Mohon tunggu...
Si Penjelajah Dunia
Si Penjelajah Dunia Mohon Tunggu... Wiraswasta - Regional Manager

Saya alumni Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, pada tahun 2008 sampai 2012 bekerja di atas kapal pesiar Holland America Line-Dianthus International. Saat ini saya telah selesai memperoleh gelar Magister Humaniora di STF Driyarkara. Selamat menikmati kisah-kisah di berbagai kota yang sempat saya kunjungi.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Perjumpaan Pertama dengan Salju di Juneau, Alaska, USA

15 Oktober 2016   08:17 Diperbarui: 15 Oktober 2016   09:50 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu kota di Alaska yang memukau saya adalah Juneau. Kota Juneau sudah berdiri sebelum Demam Emas Klondike pada tahun 1898. Kota Juneau termasuk salah satu dari kota-kota tertua di Alaska dan berdiri pertama kali setelah dibeli oleh Amerika Serikat dari Rusia. Ketchikan sendiri adalah kota pertama di Alaska. Kota ini berdiri di antara Gunung Juneau dan Gunung Roberts dan Selat Gastineau. Satu hal yang membuat saya kagum saat melihat kota ini adalah Gunung Juneau yang menjulang diselimuti salju.

Kota Juneau dengan Gunung Juneau
Kota Juneau dengan Gunung Juneau
Bicara mengenai Alaska, tidak akan pernah lepas dari sejarah Amerika Serikat dan Rusia saat itu. Awalnya Alaska merupakan bagian dari kekaisaran Russia akan tetapi saat itu Rusia kekurangan uang untuk membayar hutang akibat perang dengan Inggris maka mereka memutuskan menjual Alaska ke Amerika Serikat. Pertimbangan menjual Alaska ke Amerika Serikat selain masalah ekonomi juga terkait dengan strategi politik saat itu. Bayangkan saat itu Russia menjual Alaska dengan harga USD 7.200.000,- atau setara dengan USD 4.74 per kilometer persegi. Awalnya ketika masih dalam wilayah Rusia, ibu kota Alaska berada di Sitka dan semenjak menjadi bagian dari Amerika Serikat maka Juneau adalah Ibu kota Alaska.

Menjelang musim panas, salju di Gunung Roberts mulai mencair. Courtesy of Jan Jacob
Menjelang musim panas, salju di Gunung Roberts mulai mencair. Courtesy of Jan Jacob
Sama halnya dengan kota-kota di Alaska pada umumnya, Juneau akan ramai ketika musim panas dan menjadi sepi ketika musim dingin datang saat para turis mulai berpindah ke tempat yang lebih hangat. Terus terang Juneau adalah kota yang paling berkesan seumur hidup saya. Dari kota ini saya tahu salju itu seperti apa. Inilah Alasan kenapa pertama kali saya memilih perjalanan saya dimulai dari Alaska karena ingin melihat salju. Seorang teman bernama Jessika saat itu sampai tertawa saat saya menceritakan alasan kenapa saya ke Alaska hanya karena ingin melihat salju.

Ini dia teman-teman saya saat di Ms. Rotterdam. Dari kiri ke kanan, Jan, Kathrine, dan Komang. Courtesy of Jan Jacob
Ini dia teman-teman saya saat di Ms. Rotterdam. Dari kiri ke kanan, Jan, Kathrine, dan Komang. Courtesy of Jan Jacob
Salju itu kayak apa seh? Pertama, Salju itu jelas dingin dan basah. Warnanya putih dan kalau kena tanah warnanya jadi coklat. Saya lebih senang salju permukaan karena terlihat lebih putih dan bersih. Kedua, salju itu bentuknya seperti es serut atau bunga es di freezer kulkas. Hal yang menyenangkan bertemu salju adalah main seluncuran, saya pernah bermain prosotan salju bersama Kathrine. Kathrine adalah teman kerja di kapal pesiar berasal dari Australia. Sama halnya dengan saya, Kathrine juga tidak pernah melihat salju seumur hidupnya. 

adi saat itu dengan susah payah kita mendaki bukit yang tingginya hampir 200 meter dan meluncur seperti orang gila, berkali-kali sampai masuk angin. Saya ingat setelah bermain salju dan meriang adalah email yang saya terima dari Mr. Jan Kornman atasan sekaligus pemilik dari Dianthus International. Dia bertanya apakah akhirnya saya sudah melihat salju dan dengan semangat saya menceritakan pengalaman saya hari itu dan tidak ketinggalan dengan foto-foto juga.

Bermain salju bersama Kathrine. Courtesy of Jan Jacob
Bermain salju bersama Kathrine. Courtesy of Jan Jacob
Selain bermain salju, pengalaman saya yang lain adalah menikmati cahaya matahari sampai jam 23.00. Biasanya kalau musim panas, Alaska di bagian utara akan merasakan siang yang lebih panjang, berkebalikan dengan kota-kota di bumi bagian selatan yang malamnya lebih panjang karena musim dingin.

Awalnya saya berkunjung ke Juneau awal-awal musim semi sehingga saya masih bisa menikmati salju, tetapi ketika beranjak ke puncak musim panas, salju menghilang sama sekali. Bahkan kota Juneau saat itu terancam kekurangan air yang berasal dari Gunung Juneau karena salju di puncaknya mencair lebih cepat. Bagi yang tidak percaya pemanasan global, saya harap lebih baik percaya karena musim panas di Alaska bisa lebih panas dari Jakarta.

Bersama Wilna di Ms. Rotterdam. Courtesy of Wilna
Bersama Wilna di Ms. Rotterdam. Courtesy of Wilna
Jika ingin belanja di Juneau lebih baik dipikir-pikir lagi karena harganya lumayan mahal dibandingkan dengan wilayah lain di Amerika Serikat. Untuk elektronik saja bisa berbeda 20% lebih mahal dibandingkan dengan Astoria. Untuk kaos juga lebih mahal sampai USD 30. Akan tetapi untuk kaos, enaknya belanja menjelang penghujung musim panas karena biasanya sudah mulai diskon gila-gilaan, dari USD 30 bisa menjadi USD 5. Di sini saya juga suka jajan hot dog yang enak banget, dari yang haram sampai yang biasa saja. Selain itu jangan pernah melewatkan mencoba Kettle Corn di sini, harganya USD 5 yang kecil dan USD 8 untuk yang besar. Kettle Corn nya the bestbanget, biasanya habis dari sini saya jadi ‘ayam’ di kamar sambil makan Kettle Corn.

Saat paling menyenangkan bermain salju. Courtesy of Jan Jacob
Saat paling menyenangkan bermain salju. Courtesy of Jan Jacob
Ada banyak sekali aktivitas  yang saya lakukan di Juneau. Pertama, saya senang berada di perpustakaan. Berhubung saat itu saya ingin melanjutkan pendidikan S2 di Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, saya menggunakan kesempatan ini untuk mencari buku-buku untuk penulisan tesis. Di antara semua orang yang ada di Holland America Line saat itu, saya yang mendapat ijin istimewa untuk meminjam buku selama satu bulan di perpustakaan Juneau. Kebanyakan crew menghabiskan waktunya untuk bermain internet, sedangkan saya sibuk mencari buku-buku yang akan saya bawa ke kapal dan di scan di kamar.

Mendaki bukit bersalju bersama Kathrine. Courtesy of Jan Jacob
Mendaki bukit bersalju bersama Kathrine. Courtesy of Jan Jacob
Kedua, hobi saya hiking. Gunung Roberts dan Gunung Juneau sudah saya taklukkan. Saat kapal sandar, saya sudah siap-siap dengan sepatu North Face, celana panjang, tas kecil, botol minum dan perlengkapan survival untuk melakukan pendakian. Dari pendakian 4 jam ke puncak sampai akhirnya saya bisa 2 jam sampai puncak. Hanya satu orang yang bisa mengimbangi langkah kecil tapi cepat yang saya miliki. Namanya Wilna asal Afrika Selatan, secara fisik dia luar biasa jika bicara pendakian. Ketiga, saya juga menghabiskan waktu berjalan-jalan keliling kota dan masuk keluar hutan. Pernah saya bertemu dengan beruang hitam dalam perjalanan saya bertualang di Juneau, bahkan ada satu saat bertemu dengan anak beruang.

Siapa bilang bertemu anak beruang itu menyenangkan karena di sekitar anak beruang itu ada induknya. Jadi tindakan paling bijak saat itu jangan pernah bermain dengan anak beruang meski sangat lucu. Keempat, saya juga sering mampir ke Wal-Mart untuk membeli berbagai kebutuhan bulanan di sana. Wal-Mart letaknya cukup jauh dari pusat kota, jadi memang sangat menyenangkan naik angkutan umum sembari menikmati suasana di Juneau.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun