Salam Kompasiana
Minggu lalu, bapak Jusuf Kalla menayangkan sebuah artikel yang menurut saya lumayan bagus untuk menjadi motivasi. Artikel yang saya maksud adalah http://ekonomi.kompasiana.com/wirausaha/2013/09/02/indonesia-harus-punya-lebih-banyak-pengusaha--589125.html.
Tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada beliau, akan saya kutip postingan pak JK (sapaan pak Jusuf Kalla) yang ingin saya komentari. Dan inilah dua alinea yang saya KOPAS secara utuh:
……………………
Sekarang banyak orang bertanya: Apa modal yang paling penting dalam berusaha? Apakah uang yang banyak? Apakah kantor yang bagus? Bukan! Modal yang terpenting dan terbesar adalah semangat. Tak ada gunanya kalau Anda punya bapak yang kaya dan banyak uang kalau ujung-ujungya anda hanya bisa menghabiskan.
Maka modal utamanya adalah semangat. Di manapun itu anda ingin membuka usaha, semangat harus menjadi nomor satu. Setelah semangat anda membutuhkan kreativitas dan inovasi. Baru setelah itu modal uang.
…………………….
Kata-kata semisal seperti yang bapak tulis sesungguhnya sudah sering saya dengar, baik itu dari seminar-seminar maupun dalam buku yang saya baca. Tapi sungguh saya hingga saat ini masih belum percaya tentang modal utama untuk membuka usaha adalah semangat. Akan tetapi menurut saya modal yang paling utama ketika akan membuka usaha dan mengembangkan usaha adalah uang. Jika ada uang ditangan, maka saya yakin ide-ide sebelumnya untuk mengembangkan usaha itu akan bisa diterapkan. Namun, jika ternyata hanya bermodalkan semangat dan uang dinomor sekiankan, saya yakin tidak akan berjalan usahanya. Setidaknya inilah pemikiran saya berdasarkan pengalaman saya ini.
***
Beberapa tahun yang lalu, saya tertarik untuk bertani jamur tiram. Saya tertarik untuk bertani jamur tiram ini, berdasarkan hasil ngobrol-ngobrol saya dengan teman-teman lain. Singkat cerita sayapun mencari tempat pembibitan jamur tiram ini berada. Akhirnya saya menemukan pembibitan jamur tiram di daerah Gadang (Malang). Setelah ketemu sama tukang pembibitan jamur ini, saya pun ngobrol-ngobrol banyak dengan beliau. Tema obrolan saya kepada beliau tentunya tidak jauh dari pengalamannya dalam membubidayakan jamur tiram ini.
Bapak itu menjelaskan kepada saya, bagaimana dulunya dia bermula untuk bertani jamur, sehingga tertarik untuk membuat pembibitan jamur ini. lebih jauh lagi, bapak itu bercerita kepada saya, bahwa awalnya dulu bapak ini hanya sebagai petani jamur tiram. Awalnya baklok (wadah jamur tiram yang sudah dikasih bibit) jamur tiram dibelinya kepada bagian pembibitan di tempat lain. Namun, seiring berjalannya waktu, bapak ini punya keinginan untuk membuat sendiri. Akan tetapi terkendala oleh modal. Hingga pada akhirnya harus rela menjual harta warisan untuk memperoleh modal itu. Sesungguhnya menurut saya bapak ini masih kategori beruntung, karena masih ada hartwa warisan untuk dijual dan dijadikan modal.
Karena bapak ini banyak cerita tentang budidaya jamur, saya semakin tertarik untuk bertani jamur. Dipersingkat lagi ceritanya, saya pun membeli bibit jamur tiram yang sudah berupa baklok kepada bapak ini. jumlah yang saya beli sekitar 600 an (jumlah pastinya sudah lupa J) baklok. Karena jarak antara tempat kontrakan saya dengan pembelian bibit jamur ini lumayan, saya pun menyewa angkot, untuk membawa baklok jamur tiram saya ini kekontrakan. Setelah sampai kekontarakan saya pun langsung meletakkan baklok jamur tiram ini ke rak-rak yang saya buatkan sebelumnya.
Rutinitas saya pun bertambah disetiap harinya. Selain kuliah, organisasi saya juga harus meluangkan waktu untuk merawat jamur tiram ini dengan cara menyiramnya setiap pagi dan sore.
Saya merawat jamur tiram ini dengan sungguh-sungguh, sambil berharap semoga saya mendapat keuntungan dari bertani jamur ini. hehehe. Setelah sekian minggu saya merawatnya, maka tibalah saatnya jamur tiram yang saya rawat ini tumbuh, dan pada akhirnya jamurnya bisa dipanen.
Sebelumnya saya sudah menawarkan hasil panen jamur saya kepenjual sayuran yang ada didepan kontrakan. Dan ibu itu bersedia menampung hasil panenan jamur tiramnya. Maka setelah tiba panen panen jamurnya, sayapun langsung memanennya dan membersihkan akar-akarnya. Setelah itu langsung saya bawa kepabak penjual jamur yang berada didepan kontrakan saya tadi.
Alhamdulillah, untuk petani jamur pemula saya merasa cukup berhasil. Hal ini juga diakui oleh bapak penjual bibit jamur tempat saya membeli bakloknya. Karena pascah saya membeli bibir jamur tiram kebapaknya, saya tetap menjalin komunikasi via sms dan kadang-kadang via telpon. Karena menurut bapaknya saya cukup semangat dan mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi tentang budidaya jamur tiram, bapak ini pernah berencana untuk bertandang kekontarakan saya untuk memberikan ilmu budidaya jamur ini kepada saya jika waktu luangnya lagi banyak. Mungkin, karena waktunya selalu padat, bapak ini tidak pernah punya kesempatan untuk bertandang kekontaran saya tempat saya membudidayakan jamur tiram ini.
Masa produktif panen jamur tiram yang saya budidayakan itu sekitar dua bulanan. Memasuki bulan ketiga, jamur tiramnya sudah mulai kecil-kecil dan tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Oleh karena itu sayapun berencana untuk menyewa lokasi khusus untuk budidaya jamur ini. Untuk mewujudkan rencana saya ini, sayapun mencari teman yang kira-kira bisa diajak kerjasama untuk membudidayakan jamur tiram. setelah ketemu orang yang saya kira tepat, sayapun merembukkan kira-kira langkah-langkah apa yang harus dilakukan supaya rencana ini tidak sebatas rencana dengan temans saya tadi.
Perlu diketahui, khususnya buat bapak Jusuf Kalla, bahwa kami saat itu sudah mempunyai rencana, semangat, dan inovasi (menurut penilaian kami). akan tetapi disini kami terkendala oleh modal yang bernama uang. Namun, pada waktu itukami belum menyerah. Untuk mensiasati supaya mendapatkan modal yang bernama uang ini, kamipun membuat proposal usaha yang kami tujukan kepada koperasi, dan lembaga simpan pinjam lainnya.
Sebenarnya diantara lembaga-lembaga yang kami kirimi proposal itu ada salah satu lembaga yang sampai menyetujui proposal usaha pembudidayaan jamur tiram ini. dan kami diminta presentasi dihari yang telah ditentukan oleh pihak simpan pinjam tadi. Pada waktu itu kami merasa senang bukan main, karena kami berpikir bahwa bisnis kami akan berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Pada hari H yang diminta oleh lembaga tadi, kamipun hadir ditempat yang telah ditentukan oleh mereka. Kami diminta presentasi tentang projek usaha kepada ketua lembaganya. Alhamdulillah presentasi kami cukup berhasil, hal ini dilihat dari antusias bapaknya yang siap mensupport kami. bapak inipun berkata bahwa akan memberikan pinjaman modal berupa uang kepada kami. dengan catatatan bapak itu meminta jaminan berupa BPKB kenderaan.
Sejujurnya jika kami mempunyai BPKB kenderaan, kami dengan senang hati akan memberikannya sebagai jaminan. Namun apa daya, kami tidak mempunyai BPKB kenderaan karena memang kami tidak mempunyai kenderaan. Jadi inilah yang menjadi alasan saya diawal tadi menuliskan bahwa bapak pembibit jamur tadi masih beruntung, karena masih ada cara untuk mendapatkan modal dengan menjual warisan.
Sementara kami, Cuma bermodalkan ide, semangat, inovasi dan tidak mempunyuai modal yang namanya uang. Akhirnya dengan sangat terpaksa kami mundur untuk meminjam uang dan mundur dari rencana kami untuk membudidayakan jamur tiram karena ketiadaan modal yang bernama uang.
Padahal sebelumnya kami telah mencari-cari lahan kosong yang akan dibangun gubuk tempat kami membudidayakan jamur tiram ini. dan Alhamdulillah kami mendapatkan lahan kosong yang lumayan murah biaya sewanya. Dan kami sudah meyakinkan bapak yang mempunyai lahan itu, bahwa kami akan menyewa lahan ini selama satu tahun untuk keperluan budidaya jamur tiram.
Tapi, sekali lagi karena kami tidak mempunyai modal yang bernama uang. Rencana usaha kami benar-benar tidak dijalankan. Berdasarkan pengalaman saya ini, dan pengalaman petani jamur itu saya berpikir bahwa modal utama jika membuka usaha adalah uang. Akan sia-sia rencana, ide serta semangat mendirikan usaha kita itu, jika tidak mempunyai modal yang bernama uang. Maka dari itu juga saya beranggapan bahwa artikel bapak Jusuf Kalla tempo hari hanyalah teori yang sulit dipraktekkan dalam dunia nyata. Setidaknya ini pemikiran saya pak sampai saat ini. Namun, suatu saat saya masih berharap tulisan bapak itu benar-benar terjadi pada diri saya. Sehingga saya tidak menganggap tulisan bapak itu hanya teori saja. Dan tetap tulisan bapak JK ini akan menjadi motivasi buat saya, bahwa uang itu bukan segala-galanya. :)
Wallahu’alam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H