Salam Kompasiana…
Beberapa bulan lalu, tepatnya di liburan panjang semester genap yang bertepatan juga bulan puasa, Saya mudik ke kampong halaman. Sebabaimana yang di lakukan orang pada umumnya. Saat sebelum mudik saya menyempatkan diri untuk mencari oleh-oleh buat adek dan keponakan saya yang berada di kampong halaman. Oleh-oleh yang saya beli itu adalah makanan khas Malang yang kiranya di kampong halaman saya tidak di dapatkan makanan tersebut.
Setelah semua barang-barang yang akan saya bawa di persiapkan, sayapun meminta teman kontrakan untuk mengantar saya terminar Arjosari. Karena pada mudik kali ini saya menggunakan Bis ALS (Anta Lintas Sumatera) dari malang (Jawa Timur) menuju Sibuhuan (Sumatera Utara). Perjalanan darat yang akan saya tempuh Malang-SIbuhuan adalah kurang lebih 4 hari malam dengan catatan tidak ada kemacetan yang parah selama dalam perjalanan.
Saya memilih Bis dalam mudik ini kali ini adalah selain biayanya lebih murah jika di bandingkan naik pesawat adalah karena saya pengen menikmati alam Indonesia yang sangat luar biasa ini. jadi selama perjalanan saya dari Malang-Sibuhuan banyak propinsi dan daerah yang di lewatin. Antara lain, Blitar, Mojokerto, Kediri, Jawa tengah, Solo, Jawa Barat, Jakarta (Pulau Jawa) hingga lampung, Riau, Raja Basa, Pekanbaru (Pulau Sumatera). Jadi bisa anda bayangkan kan betapa asyiknya perjalanan ini. hal jangan anda coba-coba memakai kenderaan darat jika anda pemabuk jika berkendara. Karena ngak biasa ngebayangin anda muntah-pusing selama perjalanan tersebut. Hehehe J
Tepat jam 10 pagi lebih dikit, Bis yang saya tumpangin itupun bergerak meninggalkan Malang yang akan menuju start Akhir Kota Pinang (Sumatera Utara). Namun saya beli tiket dalam perjalanan ini Cuma sampai pecan baru, karena kalo saya mengambil perjalanan sampai finish di kota Pinang, maka di khawatirkan akan terjadi seperti tahun sebelumnya bahwa tahun sebelumnya saya menggunakan pesawat dari Juanda-Polonia. Dan setelah sampai polonia saya naik Taxi menuju terminal bis yang akan mengantarkan saya dari kota Medan sampai ke Sibuhuan. Ternyata pada waktu itu perjalanan dari Kota Medan menuju Kampung saya yang menghabiskan waktu selama satu hari tersebut sangat menyakitkan. Hal ini di karenakan jalanan dari Kota Medan-Sibuhuan sangat banyak rusak. Sehingga perjalanan saya dari kota Medan menuju Sibuhuan tidak bisa saya Nikmati.
Berdasarkan pengalaman itu maka saya jika pulang kampong lebih senang finish di Pekanbaru saja. Karena jika di bandingkan dari yang tadi saya sebutkan dengan memilih finish di Pekanbaru maka waktu yang saya habiskan lebih sedikit yaitu sekitar 6 jaman dan jalanan Pekanbaru menuju Sibuhuan lebih bagus.
Kembali lagi keawal perjalanan saya tadi.
Setelah bis yang saya tumpangi tadi meninggalkan Kota Malang dan menuju kota-kota lain, banyak hal yang saya ambil hikmahnya tentunya jika di tulis bisa-bisa tebalnya sebanyak buku novel-novel yang halamannya ratusan. Terlebih-lebih sewaktu menuju Pelabuhan Tanjung perak (Banten) menuju Bakauheni (Lampung). Sungguh ilmu dan pengalaman yang banyak saya dapatkan selama perjalanan tersebut hingga akhirnya saya sampai kerumah kampong halaman saya.
Selama di Kampung saya (Sibuhuan) banyak juga Ilmu-ilmu saya dapatkan yang sesungguhnya tidak akan saya dapat di bangku perkuliahan. Dan tibalah saatnya saya mudik balik karena masa liburan panjang telah berakhir.
****
Seakan pengen mengulangi perjalanan saya sebelumnya, maka kali ini juga saya memilih Bis yang sama ALS dari Sibuhuan (Sumatera Utara) menuju Malang (Jawa Timur). Perjalanan mudik kali ini saya bersama adek mahasiswa baru akan sama-sama kuliah di Malang. Sebenarnya liburan saya masih banyak. Namun, karena si orang tua Mahasiswa Baru tersebut meminta saya untuk lebih cepat balik ke Malang dikarenakan Mahasiswa Baru akan melakukan OSPEK sebelum mengikuti perkuliahan maka tidak ada alasan bagi saya untuk menolaknya.
Karena jika saya menolaknya, saya merasa alangkah tidak bergunanya saya buat sesame manusia. Jadi dengan berat hati saya potong waktu liburan saya di kampong tersebut demi adek tersebut. Karena adek tingkat tersebut masih belum paham seluk beluk perjalanan ini, maka saya yang mesankan tiket bis untuk dia juga.
Tiba di hari H perjalanan, maka saya dan teman tersebut naik bis ALS dan tidak lama kemudia bis tersebut dengan diawal jalan pelan-pelan hingga pada akhirnya kencang meninggalkan Sibuhuan dan menuju Kota Malang. Adek mahasiswa baru tersebut adalah seorang cewek jadi saya agak kikuk semala dalam perjalanan dari sibuhuan menuju Pekanbaru dan kota-kota lainnya hingga akhirnya akan sampai ke Malang.
Sebelum sampai ke Pekanbaru, tantenya teman saya tersebut menelphon dari Jakarta dan meminta teman cewek tersebut turun di Pekanbaru saja. Dan Tantenya akan menjemput dari dia di Pekanbaru. Teman tersebut lantas mengutarakannya kepada saya. Maka lagi-lagi saa harus berbesar jiwa untuk melepasnya turun di pekanbaru.
Sekalipun sesungguhnya saya sangat merasakan kecewa yang mendalam di karenakan saya di tinggal di Bis tersebut. Padahal seperti yang saya sebutkan tadi. Saya rela memotong hari libur saya demi dia supaya dia mempunyai teman balek. Akan tetapi dengan merasa tidak berdosa dia turun dan naik Pesawat. Namun sekali lagi, sekalipun saya merasa kecewa sama dia. Tidak saya uangkapan, bahkan ketika sampai di Pekanbaru saya dengan senang dan ikhlas membayarin makannya ketika kami makan di rumah Makan.
Sebelum bis saya tersebut meninggalkan pekanbaru saya sebelumnya menitipkan teman tersebut kepada pemilik rumah makan. Dan saya katakana jangan di bolehin kemana-mana sebelum tantenya yang dari Jakarta menjeputnya. Karena biar bagaimanapun sebelumnya ayahnya sudah menitipkan anaknya kepada saya untuk saya jaga sebaik-baiknya.
***
Maka Bis pun melaju meninggalkan Pekanbaru, dan malampun sudah mulai menampakkan gelapnya. Tepat di perbatasan Pekanbaru dengan Propinsi lain tersebut Bis yang saya tumpangi pecah ban belakang, karena daerah pertasan dan sepi, jadi si Sopir bis tetap mamaksakan tetap berjalan. Karena jika di ganti bannya disitu di khwatirkan datang penyamun/perampok ke penumpang bi situ.
Nah, setelah ketemu perkampungan dan rumah makan. Maka bis yang saya tumpangin tersebut menepi untuk mengganti band belakang yang pecah tadi. Setelah di cek ternyata bukan Cuma ban belakang yang pecah dan butuh dig anti, melain juga ada per bis yang putus yang harus dig anti juga. Namun yang menjadi kendala adalah adalah karena malam sudah semakin larut. Dan bengkel sudah pada tutup semuanya yang ada di sekitar situ. Bengkel las di perlukan dalam penggantian per tersebut adalah karena sebelum dig anti pernya harus di las bagian tertentu. Itu kata supirnya yang sempat ngobrol dengan saya. Maka dari itu dengan terpaksa Bis yang saya tumpangin tersebut bermalam di rumah makan sampai besok pagi.
Disini saya sempat kecewa, bayangkan perjalanan saya sebelumnya dari Malang menuju Sibuhuan tersebut sungguh asyik dan nikmat. Beda banget 1800 dari perjalan saya ini dari Sibuhuan menuju Malang. Sebelumnya sudah di tinggal sendiri oleh teman yang padanya saaya rela mengorbankan waktu libur saya di kampong halaman. Dan sekarang bis yang saya tumpangin ini mogok dikarenakan ban pecah dan per putus.
***
Setelah di perbaiki maka bis pun bisa melaju meninggalkan pekanbaru. Sebenarnya perjalanan kali ini hati saya sudah mulai tidak tenang. Di karenakan si supir bis tersebut sangat ugal-ugalan membawa bis ini. selain itu si supir juga sangat genit kepada cewek yang kebetulan duduk di dekat supir. Namun ketidak tenangan hati saya tersebut tidak sempat saya utara kepada supir bis atau ke penumpang lainnya.
***
Tepat di Indramayu terjawab sudah atas kegelisahan hati saya tersebut. Bis yang saya tumpangi tersebut akhirnya menabrak bis yang akan keluar dari Rumah makan melanjutkan perjalanan mereka. Tabrakannya itu sangat luar biasa dahsyatnya. Body Bis bagian depan tidak berbentuk dan pintunya tidak terbuka. Di saat tabrakan tersebut semuanya sangat panik, namun waktu itu pikiran saya masih cerah dan Alhamdulillah tidak panik.
Pascah Bis yang saya tumpangi tabrakan, semua pintu bis tidak bisa di buka. Sementara para penumpang Bi situ sudah histeris semuanya. Maka dari itu saya mencoba memecah kaca bis samping, namun gagal dikarenakan kekuatan saya sangat dikit. Akhirnya saya menyerah dan berteriak kepada penumpang di sebelah kiri saya untuk meninju kaca bis bagian samping. Alhamdulillah dia berhasil memecahkannya. Setelah di pecahkan semua penumpang keluar dari kaca jendela yang di pecahkan penumpang tadi. Bisa anda bayangkan, laki-laki perempuan, kecil besar semuanya melompat dari jendela bi situ.
Setelah semuanya keluar tibalah evakuasi penumpang dan barang-barang yang masih ada di dalam bis. Saya termasuk bagian yang terakhir keluar dari bis. Karena disaat seperti itu yang ada dalam pikiran saya adalah bagaimana caranya menyelamatkan barang-barang penumpang yang ada dalam bis. Maka saya punya inisiatif mengambil barang-barang mereka dan melemparkannya ke jendela yang di pecahkan tadi. Setelah selesai semuanya, barulah saya turun dengan melompat dari kaca yang di pecahkan tadi.
Setelah saya di bawah, masalah belum kelar. Asap dari kedua bis tersebut sudah sangat tebal. Sementara tepat di dekat bis yang saya tumpangi tadi. Ada orang yang ternyata bapak kondektur bis yang saya tumpangi tadi tergeletak tak sadarkan diri, sementara tidak ada yang mau menolong karena semuanya ingin menyelamatkan nyawa dan barang-barang yang mereka bawa. Karena saya merasa iba, saya mencoba menggedondong dan membawa menjauh dari Bis yang asapnya semakin tebal tadi. Sekali lagi, karena emang tenaga saya sangat kurang, saya kewalahan dan meminta yang lain untuk membantu saya menggendongnya. Akhirnya bersama satu orang lainnya saya menggendong dan menjauh dari bis yang asap sudah sangat hitam dan besar.
Disaat-saat seperti ini saya tidak kepikiran tentang barang-barang yang saya bawa dari rumah kampong halaman. Yang saya pikirkan pada saat itu adalah bagaimana cara saya bisa berkontribusi dengan orang-orang disekeliling saya, dan bagaimana saya menyelamatkan teman-teman yang sama-sama naik Bis itu. Saya turut menaikkan beberapa orang yang tidak sadarkan diri menuju pick up yang akan membawa mereka kerumah sakit terdekat. Setelah semuanya aman menurut saya. Barulah saya mencari-cari barang saya yang dibawa dari rumah tadi.
Alhamdulillah semua barang saya tidak ada yang hilang. Beda bangat sama beberapa orang lain yang nyata-nyata mereka sudah pertama yang turun dan mengamankan barang mereka. Namun banyak yang hilang barangnya. Bahkan ada beberapa yang langsung menemui saya dan menanyakan apakah barang mereka itu ada saya bawa. Namun karena saya merasa tidak membawa saya jawab seadanya, dan toh mereka juga melihat betul apa aja yang saya kerjakan dalam menolong para korban tabrakan tersebut.
Oh.. ya, kondisi Bis yang saya tumpangi terbut tetap berdiri tapi bodynya sudah tidak berbentuk lagi. Dan Bis yang satunya lagi dalam kondisi rusak dan terbalik.
***
Setengah jam kemudian orang-orang sudah semakin banyak berdatangan. Polisi juga sudah memasang police line. Tak ketinggalan juga wartawan berdatangan. maka dari itu kami cepat-cepat di ungsikan ke rumah makan yang agak jauh dari TKP. Hal ini menurut saya supaya para saksi mata dalam hal ini kami tidak bisa memberikan kesaksian kepada wartawan yang akhirnya bisa menambah masalah buat perusahan Bis Itu. Sebenarnya saya tidak pengen di manjauh dari TKP dulu sebelum kejelasan buat kami korban tersebut belum jelas statusnya.
Status yang saya maksud adalah, apakah setelah tabrakan ini akan di kasih ganti rugi ke kami, karena sebagaimana yang katakan sebelumnya banyak teman-teman satu bis kehilangan barangnya. Terlebih saya kehilangan “Cawa Cadangan” dalam tabrakan ini. Namun kami juga merasa kasihan kepada perusahan Bis tadi. Dan akhirnya mau di pindahkan agak menjauh dari TKP.
*****
Di tempat yang baru ini masalah belum kelar juga. Karena nasib kami semakin tidak jelas. Apakah kami akan di teruskan perjalanan sesuai tiket yang kami beli saat di sumeta atau tidak. Belum lagi kami sudah 3 jam lebih di letelantarkan tanpa di kasih apa-apa. Sehingga teman-teman yang satu bis tersebut. Mengusulkan untuk meminta makanan gratis dari perusahan tersebut. Namun tidak ada yang berani menyampaikan secara langsung. Maka dari itu saya berinisiatif untuk menyampaikan permintaan teman-teman tersebut.
Awalnya agen Bis itu menolak, sehingga saya sampai berdebat dengan mereka. Setelah berdebat pihak agen bis menyetujui untuk memberikan kepada kami nasi bungkus. Kami di berikan kami 2 kali nasi bungkus.
Inilah cerita perjalanan saya dari sibuhuan (medan) menuju malang dan nyawa cadangan saya melayang. Sehingga sekarang nyawa cadangan saya sudah habis akibat bis yang saya tumpangi tersebut tabrakan.
Wallahu’alam...
By: Founder & CEO Tokoandalan.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H