Mohon tunggu...
Fachrur Rozi Nasution
Fachrur Rozi Nasution Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

>> Saya hanya lah kumpulan Hari - hari yang sesungguhnya jika hari berkurang maka berkurang juga umur saya. >> Saya sering menghabiskan waktu di depan layar laptop berjam-jam untuk online dan atau membaca ebook. >> Founder & CEO https://tokoandalan.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mengikuti Jejak sang Rektor

4 April 2012   05:04 Diperbarui: 25 Mei 2018   06:22 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Salam persahabatan buat kompasiana….

Ketika ada tesirat dalam benak penulis untuk mangangkat judul diatas ke sebuah tulisan, sempat terjadi pergolakan batin. Kenapa ? mungkin anda semua akan bertanya seperti itu. Masak sih membuat tulisan aja bisa terjadi pergolakan batin ? jawaban dari penulis adalah, penulis takut jika menuangkan tulisan tersebut kedalam tulisan dan mempostingnya di kompasiana ini sahabat kompasiana menuding penulis ingin mempromosikan seseorang atau lembaga. Padahal maksud saya yang sesungguhnya adalah karena kekaguman saya sebagai mahasiswanya kepada gurunya dalam hal ini Rektor saya. Saya sebagai mahasiswa dan kebanyakan yang saya ketuhui mahasiswa yang ada di kampus tempat saya kuliah ini adalah mengagumin beliau. Dan selama saya kuliah di sini belum pernah saya mendengar langsung dari mahasiswanya tentang kejelekan beliau.

Saya kuliah di UIN MALIKI MALANG, dan Rektornya sampai sekarang ini adalah bapak Prof. Dr. Imam Suprayogo. Beliau sudah beberapa kali Terpilih menjadi orang nomor satu di UIN Malang. Beliau di mata saya adalah orang yang luar biasa. Kenapa saya mengatakan bahwa beliau adalah orang yang luar biasa ?? karena di waktu kepemimpinan beliaulah UIN Malang begitu megah dan sekarang ini sudah mulai di hitung keberedaannya di Indonesia ini bahkan dunia. Yang dulunya kata orang-orang sebelum kepemimpinan beliau kampus saya ini sangat jelek dan sebenarnya tidak layak di katakan kampus, Bagaimana bisa dikatakan kampus wong bangunan aja kalah sama SD Impres, tapi itu dulu…..

Namun setelah beliau yang memimpin Kampus UIN Malang, perubahan-perubahan Drastis sekali. Mulai dari gedungnya, system perkuliahannya, dll. Inilah perubahan-perubahan yang dibuat oleh beliau selama memimpin kampus ini. Sebenarnya kalo cuma itu masih saya anggap suatu hal yang biasa. Ah… biasa aja kale,,,, dia kan Rektornya jadi sudah menjadi tanggung jawabnya. Inilah pikiran pertama saya ketika orang-orang mengomongkan sebagaimana yang saya tuliskan diatas.

Namun ternyata bukan UIN Malang aja yang beliau bangun, akan tetapi Universitas Muhammadiyah Malang juga tidak lepas dari campur tangan beliau. Bisa di bilang jika pak Imam Suprayogo tidak campur tangan dalam pembangunan kedua kampus tersebut, maka bisa di katakan sampe sekarang ini kedua kampus ini akan seperti yang dulu. Dari sini saya mulai merasa simpati sama beliau, dan mulai mengagumi beliau.

Terlepas dari bangun membangun yang saya lihat kesehariannya (Pak Imam Suprayogo selalu shalat Dzuhur ke Masjid kampus) bahwa beliau ini adalah orang yang sangat sederhana. Santun, dan sopan. Beliau tidak segan-segan dan tidak merasa rendah diri jikalau beliau yang menyalami duluan mahasiswanya dari pada mahasiswanya, dan ini sering saya lihat.

Yang membuat saya lebih kagum lagi dengan sosok beliau adalah gaya bahasanya yang sangat sederhana. Sebagai mana kita ketahui secara umum jika sudah mendapat gelar Profesor atau gelar apalah seseorang itu maka gaya bahasanya luar biasa. Akan berbicara dengan bahasa dengan memakai bahasa planet yang orang awam seperti saya ini tidak bisa menangkap apa maksud dari yang di bicarakannya. Namun itu semua jauh dari sosok beliau yang saya lihat selama ini. Beliau setiap kali menyampai materi gaya bahasanya sangat sederhana, sehingga orang awam seperti saya ini bisa menangkap baik dengan omongannya.

Dan ada satu hal juga yang mendorong saya dari dulu sampe sekarang, dan Alhamdulillah udah kesampaian hajat saya itu yaitu menulis dan selalu menulis dalam blog. Ini sejujurnya terinspirasi dari beliauPak Imam Suprayogo. Bahwa beliau setiap hari selalu memposting tulisannya dalam blognya. Sudah ada 3 tahun pak Imam menulis di blognya tanpa jeda. Karena dari tulis menulis ini bapak Imam Suprayogo mendapat Rekor Museum Dunia Indonesia bukan Cuma satu kali akan tetapi dua kali beliau mendapar MURI di karenakan menulis tiada henti. Dan biasanya beliau memposting tulisannya pada ba’da Shubuh.

Dari itu lah saya berniat juga pengen terus menulis tiada henti dalam arti setiap hari akan saya usahakan menulis satu atikel yang akan ku persembahkan buat sahabat Kompasiana setiap harinya. Apakah ini bisa saya lakukan dengan istiqamah atau tidak ?? biar lah waktu yang menjawabnya.

Sekali lagi itulah yang membuat saya jadi mengagumi beliau. Pernah beberapa minggu yang lalu beliau mengisi kultum di masjid kampus saya yang sampai sekarang sangat berkesan di hati saya dan masih terus kepikiran dengan kul-tum beliau, dan perlu di ketahui bahwa Jika si jadwal yang kul-tum itu jika berhalangan hadir  alias tidak bisa mengisi kultum pada ba’da Dzuhur tersebut dan pak Imam ikut dalam jama’ah maka beliaulah yang naik kemimbar untuk menggantikan yang berhalangan itu. Oh ya,,,, isinya Kul-Tumnya yang sangat berkesan di hati saya adalah :

Bahwa orang tua beliau memberi pesan buat beliau dan juga saudara-saudaranya yang lain di mana pesan orang tuanya itu adalah:

“ Jika kalian punya banyak uang, maka bangunlah masjid besar. Namun jika uang anda tidak banyak maka bangunlah masjid kecil, jika uang anda juga tidak mencukupi untuk membangun masjjid kecil maka ikutlah kalian menyumbangkan sejumlah uang untuk membangun masjid. Jika anda juga tidak mempunyai uang untuk menyumbangkan dalam pembangunan masjid tersebut, maka ikutlah kalian,,,,, sumbangkanlah tenaga kalian untuk pembangunan masjid tersebut. Jika tenaga  juga anda tidak bisa menyumbangkankan dalam pembangunan masjid tersebut. Maka ikutlah kalian mendo’akan pembangunan masjid tersebut sehingga cepat selesai. Jika menyumbangkan do’a juga anda tidak bisa dalam arti anda tidak bisa merangkai doa untuk pembangunan masjid tersebut maka jadilah kalian sebagai penghui masjid itu. Dengan demikian aku sudah bangga mempunyai anak-anak seperti kalian”.

Itulah pesan orang tuanya yang di sampaikan kepada hadirin jama’ah shalat dzuhur di masjid kampus saya yang sangat berkesan di hati saya hingga saat ini. Dan yang menjadikan ide saya muncul ingin menulis sosok beliau. Memang benar saya sampai sekarang ini belum bisa mengaplikasikan pesan orang tua beliau kepada beliau yang sudah di laksanakannya tersebut. Terakhir semoga saya bisa mencontoh beliau. Aamiin.


By: Founder & CEO Tokoandalan.com

Wallahu’alam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun