Disela kesibukan aktifitas sehari-hari di pesisi kota Tokyo, beberapa pemuda lebih memilih untuk menuliskan artikel atau hanya sekedar berbagi pengalaman yang baru ditemukannya di Negeri mata hari terabit ini. Tentunya dengan niat positif yakni untuk membagikan pengalaman, ilmu yang sedang diemban bahkan pengetahuan lain yang memang baru diapatkan di Negara ini.
Di kota Utsunomiya temapatnya, dua bulan lalu beberapa Pemuda/Mahasiswa datang ke kota Utsunomiya - Jepang untuk mempelajari Bahasa Jepang termasuk saya. dengan giat melampaui batas diri yang sebelumnya mereka belum pernah berkegiatan yang memang super sibuk seperti di Jepang. Jepang memang kota sibuk, dan tepat waktu. Bisa dilihat dari jalan kakinya saja, orang jepang berjalan dengan begitu cepatnya menandakan mereka menghargai waktu, dan saking sibuknya. Mau tidak mau kami segerombolan anak-anak manja yang biasanya di Indonesia hanya kuliah seperti padaumumnya, main dan pulang kini disini kami harus arubaito (kerja paruh waktu), serta yang biasanya makan tinggal makan kini harus bertahan hidup belum lagi sekolah yang super sibuk ditambah waktu kedatangan kami rasanya kurang tepat bagi kami, kami datang pada musim fuyu (Musim dingin) dengan cuaca dingin yang sekarang nyaris 0 derajat, cuaca yang extreme bagi kami karena memang sebelumnya tidak biasa dengan cuaca dingin seperti disini maka lengkaplah perjuangan kami disini.
Belum dua minggu dijepang, kami bertemu dengan seorang penulis yang sedang melakukan penelitian di Universitas Utsunomiya. Bukunya dan hasil-hasil tulisannya sangat bermanfaat bagi kami yang baru sampai di Jepang tanpa pengalaman apa-apa, tanpa mengetahui medan tempur yang sedang kami hadapi di Jepang ini, buku yang berjudul “Warna Berbeda Negeri Sakura” nya itulah yang menjadi panduan bagi kami untuk bisa membiasakan diri dengan segala halnya mengenai Jepang. karena isinya berupa berbagai macam kehidupan diJepang yang Jelas berbeda dengan Indonesia, mulai dari budaya, kebiasaan sampai teknologi di Jepang khususnya di Utsunomiya, sungguh sangat bermanfaat bagi yang mau datang kesini untuk pertama kali.
Satu persatu kamipun termotivasi untuk belajar menulis, kami sangat termotivasi oleh beliau dan oleh keluarganya yang juga ikut tinggal di Jepang. setiap harinya disela-sela kesibukan kami, kami sempatkan untuk menuliskan beberapa bait sebagai obat bengong, setelah tulisannya cukup banyak baru diupload di Kompasiana.
Kompasiana adalah media yang disarankan oleh bapak Sunardi sang penulis buku tadi, tulisan – tulisannyapun sudah banyak sekali di kompasiana. Tidak hanya bliau ternyata Embun anak pertamanyapun seorang penulis, tulisan-tulisannya sangat bagus di sertai poto-poto lucu dan imutnya padahal masih dibangku SD (sekolah Jepang).
keluarga yang harmonis dan penuh dengan karya. Memang belum semua dari kami bertemu langsung dengan keluarga hebat ini, karena kesibukan kami masing-masing, namun semangatnya sudah tertular pada kami. Atmosfir di apato (apartemen) kami masing-masingpun seketika berubah dari awalnya penuh syok, bosan, dan keluah kesah akan keseharian yang cukup menyulitkan kami disini menjadi semangat gereget menulis dan beberapa sedang merintis menjadi kompasianer dari Ustunomiya Jepang.
dan ternyata benar dari pada menuliskan sumpah serapah, keluhan-keluhan, ngalay hingga ngepoin gossip di media social lainnya. menulis seperti ini lebih terasa manfaatnya, dan tentunya menjadi obat bengong bagi kami di apato.
Dari kami ber-tiga belas kini tujuh orang sedang membiasakan diri dengan tulisan-tulisan yang belum cukup bangus tetapi semoga tulisan kami, pengalaman kami bisa diterima oleh Kompasianer khususnya dan untuk masyarakat umumnya.
Tentu kamipun sangat berharap koreksi ataupun saran untuk tulisan-tulisan kami. Bermodalkan pengalaman kami di Jepang saat ini, pengetahuan kami dikampus dan motivasi yang ditularkan oleh senior kami di Ustunomiya ini,serta di mediai oleh kompasiana beserta adminnya serta para pembaca yang baik hati. Semoga tulisan-tulisan kami bisa bermanfaat dan menularkannya lagi kepada orang lain yang ada disini.