Kembali ke sekolah kami, permasalahan guru yang mengajar di dua tempat (atau lebih), dan juga kekurangan guru (saat ini sekolah kami tidak memiliki guru TIK, karena sekolah kami masih menggunakan kurikulum KTSP, sedangkan dikarenakan kurikulum 2013 menghilangkan mapel TIK, banyak guru TIK yang banting setir mencari mata pencaharian lain di luar mengajar) mengganggu jalannya pembelajaran. Idealnya guru hanya mengajar di satu sekolah saja, sehingga guru bisa fokus dalam mendidik peserta didik. Guru bisa menggunakan waktu di luar jam mengajar untuk memahamkan materi bagi peserta didik yan tertinggal (entah dengan memberi semacam kursus singkat, remidi, ataupun bentuk pembelajaran lainnya). Namun, karena kesibukan guru yang harus loncat dari satu sekolah ke sekolah lain, hal tersebut tidak bisa dilakukan. Yang bisa dilakukan adalah "pemerataan" jika mayoritas peserta didik dalam satu kelas sudah paham, maka dianggap semua sudah paham. Yang belum paham hanya bisa disarankan untuk belajar secara mandiri (yang mana tidak semua peserta didik memiliki minat untuk belajar secara mandiri).
Kembali ke premis awal, dengan statistik yang menyatakan perbandingan jumlah guru tidak seimbang dengan jumlah peserta didik. Jika statistik ini berdasarkan data riil, maka sangat disayangkan. Ke mana guru-guru yang disebut berlebihan tersebut? karena bahkan di sekolah kami yang masih berada di Pulau Jawa, di kota yang cukup besar saja masih kekurangan guru. Tidak bisa membayangkan bagaimana keadaan sekolah di kota-kota kecil/pedesaan, terlebih di luar Pulau Jawa.Â
Kesimpulan: Saya rasa yang terjadi adalah bukan over quota guru, namun tidak terdistribusikannya jumlah guru secara merata, sehingga di beberapa tempat (kota/provinsi) jumlah guru berlebih, sementara di tempat lain kekurangan jumlah guru. Pemerataan inilah yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah.
P.S. Oh iya, berkenaan dengan demo guru, lain kali saya tulis (lagi mikir dulu :D)
P.P.S. Akhirnya aktif nulis lagi setelah sekian lama tidak terjamah, maaf buat yang sudah berkomentar di postingan saya terdahulu tidak/belum saya reply
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H