Mohon tunggu...
Nurul Fajri
Nurul Fajri Mohon Tunggu... -

Mahasiswi di IAIN Ar-Raniry dan FKIP Unsyiah, Bekerja di Media Online The Globe Journal

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Harga Sebuah Cinta

4 April 2012   18:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   07:02 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kadang kita malah nggak tau bahwa mimpi itu tidak sejalan dengan kenyataan. Tapi yang lebih kita tidak tau lagi adalah ketika perasaan kita itu tidak pernah diluruskan oleh mereka yang membuatnya kusut.

Aku mungkin telah menghabiskan begitu banyak energi selama lima tahun. YUntuk siapa? untuk dia. Tapi aku tidak pernah tau, bahwa dia telah menyimpan berjuta energi selama itu. suatu yang tidak pernah aku mimpikan, namun itu adalah kenyataan.

Tidak salah jika kita menempatkan rasa suka pada seseorang. Yang salah adalah ketika kita membuang waktu kita yang berharga untuk satu orang yang bahkan tidak pernah tau apakah kita menyukainya. Dan lebih salah lagi adalah, seseorang itu bahkan telah membuang jauh rasa sukanya pada kita. Dan lima tahun itu adalah sia-sia.

Mengurai benang kusut menjadi seperti semula adalah perkara gampang. Hanya perlu kesabaran untuk membuatnya menjadi utuh seperti semula. Namun, ketika kau coba untuk menguraikan keping-keping hati yang kusut, maka yang kau dapatkan hanyalah kekosongan.

Kekosongan karena ketika aku tau bahwa apa yang aku dengar tidak sesuai dengan yang pernah kubayangkan tentangmu. Hatiku yang kusut tidak dengan mudah dilicinkan dengan setrikaan panas membara. Kenyataan yang kuhadapi membenturkanku pada kesadaran yang harus aku raih sebelum aku terlanjur jatuh dan mungkin tidak bisa bangkit kembali.

Bagimu hati ini bukanlah apa-apa. Tapi bagiku, perasaan yang telah aku tanamkan bertahun-tahun telah mengakar erat di jiwa, hati, dan seluruh organ yang telah dibungkus tulang-belulang dan kulit ini. Saat perasaanku dihantam dengan kenyataan yang membuatku sadar, maka jiwaku sudah setengah menghilang dari duniaku.

Cukup aku menaruh nilai yang tinggi untuk menghilangkanmu dalam jiwaku. Harga mati untuk dirimu agar hilang sepenuhnya dari diriku. Atau masih adakah harga yang harus aku bayar untuk sebuah cinta? Perlukah aku mati untuk ikut mematikanmu dalam jiwaku?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun