Mohon tunggu...
jufri sinurat
jufri sinurat Mohon Tunggu... entrepreneur -

A free man yet i believe Jesus as my Savior. Currently take a course of entrepeneur as my passion in this life. Bookworm, IT freak and love-to-bangs-the-drum are the best ways to describe me. Feel free to discuss with me in every topics.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Artikel Utama

Warren Harding Error

26 Desember 2010   11:06 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:22 338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salam Sejahtera How Silly! There will never be a worse President than Warren G Harding (Anonymous) Saya terinspirasi untuk menulis note ini sehabis membaca ulang karya Malcolm Gladwell yang berjudul Blink. Inti dari buku Blink adalah tentang kesan pertama atau bahasa kerennya snap judgment/thin slicing.  Kita bisa menemukan contoh-contoh kehebatan kesan pertama seperti bagaimana pakar benda seni bisa mengenali patung palsu dalam sekali lihat, seorang pelatih tenis yang bisa tau bahwa seorang petenis melakukan double fault saat dia bahkan belum memukul bola tenis dengan raketnya atau bagaimana seorang ahli makanan yang bisa tau keripik mana yang berasal dari pabrik mana dan gelas mana yang berisi Pepsi atau Coca-Cola. Selain contoh-contoh bagaimana kehebatan dari snap judgment/thin slicing buku tersebut juga menjelaskan betapa berbahayanya membuat sebuah kesimpulan cepat dari kesan pertama seperti pemasar bisa memanipulasi kesan pertama konsumen, polisi yang bisa menembak mati orang yang bersalah (kisah nyata di Bronx, New York City pada 3 Februari tahun 1999) atau peserta pemilu bisa saja memilih calon presiden yang tampan namun tidak mampu bekerja (kesalahan rakyat Amerika dalam memilih Warren G Harding sebagai Presiden). Ya hal terakhir itulah yang dibahas secara spesifik pada salah satu bab Blink. Sebelumnya perhatikan dua gambar orang berikut ini. Orang Kulit Putih Orang Kulit Hitam  Gambar diatas adalah salah satu investor saya yang berasal dari Inggris. Dia bernama James Keegan lulusan dari sekolah bisnis INSEAD di Perancis. James memiliki istri dari Perancis dan mempunyai seorang putri. Dia tertarik dengan konsep Social Entrepreneurship dari Muhammad Yunus sehingga mau berinvestasi kepada saya. Gambar diatas adalah salah seorang anggota dari jaringan narkoba internasional. Seperti diberitakan Harian StraitsTimes Singapura, pria yang bernama Wardela Ksweba ini tertangkap tangan membawa paket heroin seberat 3 Kg saat pesawat yang membawanya dari Nigeria transit di Bandara Changi Singapura sebelum menuju Bandara Soekarno-Hatta Indonesia. Menurut anda yang manakah dari kedua foto orang itu yang merupakan foto investor saya ? Apakah yang menurut anda bahwa orang berkulit hitam yang diambil fotonya didalam pesawat adalah Wardela Ksweba? Saya menduga-duga pasti pikiran yang ada dikepala anda seperti ini “Ah ini pertanyaan jebakan dari si Jufri, pasti dia ingin saya mengira bahwa investor dia adalah si bule yang berjas itu dan anggota jaringan narkoba itu pasti si pria kulit hitam yang difoto didalam pesawat, berarti investor si Jufri adalah si pria kulit hitam dan si bule itu adalah anggota jaringan narkoba internasional!” Kalau yang ada di pikiran anda seperti itu maka anda keliru. Berarti kalau begitu investornya si bule itu dan anggota jaringan narkoba adalah si pria kulit hitam, begitu? Sayang sekali itu juga keliru. Sesungguhnya investor saya bukanlah si bule atau si pria kulit hitam yang ada di foto diatas begitu juga tidak ada satupun dari kedua orang itu yang termasuk jaringan narkoba internasional. Foto pria berkulit putih yang mengenakan jas itu adalah Jerome Kerviel, seorang trader asal Perancis yang membobol  perusahaan tempat dia bekerja yaitu Societe Generale, salah satu Bank terbesar di Perancis. Dia melakukan transaksi illegal sebesar 50 miliar Euro dan menyebabkan SocGen menderita kerugian hampir 5 miliar Euro (atau hampir Rp 65 Triliun!). Sedangkan pria berkulit hitam yang diambil fotonya didalam pesawat bernama William Kamkwamba. Dia bukan berasal dari Nigeria tapi dari Malawi. Pemuda yang telah menginspirasi jutaan orang melalui videonya di TED ini berhasil menciptakan pembangkit listrik bertenaga angin dari barang-barang rongsokan (yang dia pelajari dari sebuah buku yang bahasanya pun dia tidak mengerti) untuk menghidupi rumahnya di Malawi. Dan karyanya tersebut lalu menyebar ke rumah-rumah lain ke tetangga sekitarnya untuk memenuhi kebutuhan listrik dari desa dia berada. Berbeda sekali bukan? Seandainya paragraf terakhir tidak saya beritahu mungkin anda yang membaca ini langsung meyakini bahwa pria berkulit putih yang berjas itu adalah investor saya dan pria berkulit hitam itu adalah anggota jaringan narkoba internasional. Anda mungkin bisa berkelit tapi alam bawah sadar anda tidak. Saya memanipulasi alam bawah sadar anda dengan mengasosiasikan kata-kata seperti  “sekolah bisnis”,  “investor”, “Inggris”, “Perancis” dengan foto orang berkulit putih dengan jas. Sebaliknya kata-kata “jaringan narkoba”, “heroin”, “pesawat”, “Nigeria” dengan pria berkulit hitam yang difoto didalam pesawat. Lalu apakah ini prasangka yang disengaja, bahwa kita mengasosiasikan “hal-hal baik” dengan kulit putih dan “hal-hal buruk” dengan kulit hitam? Tentu saja tidak. Kita secara tidak sadar melakukan hal tersebut. Karena alam bawah sadar kita “dibentuk” oleh berbagai macam informasi semacam “jaringan narkoba dari Nigeria tertangkap di Bandara dengan modus baru menelan pil berisikan narkoba” dan sebagainya. Padahal tidak semua pria berkulit hitam adalah anggota jaringan narkoba. Kita telah melakukan kesalahan yaitu Warren Harding Error. Rakyat Negeri Paman Sam pun pernah melakukan kesalahan fatal dalam memilih pemimpin mereka. Pada tahun 1921 seorang pria bertinggi besar dan gagah bernama Warren Gamaliel Harding terpilih menjadi Presiden AS ke 29. Pria ini terkenal dengan kesantunannya, sepatunya selalu bersih, ramah, rambutnya selalu tersisir rapi dan tubuhnya yang tegap (mengingatkan saya akan siapa ya?). Dari penampilan Warren Harding memang disukai banyak orang, tidak ada suatu cacat dari penampilan luarnya dan berkat pencitraan itu pula dia memenangkan hati sebagian besar rakyat AS saat itu yang memilihnya jadi Presiden ke 29. Tapi apakah dia seorang Presiden yang mampu bekerja dengan baik? Ternyata tidak. Warren G Harding adalah seorang peragu dan plin-plan dalam hal-hal yang menyangkut kebijakan dan pidato-pidatonya adalah “serangkaian ungkapan kosong yang baru tahap mencari gagasan” (lagi-lagi mengingatkan saya kepada seseorang?).  Warren G Harding hanya sempat memimpin AS selama 2,5 tahun sebelum meninggal karena stroke. Dalam berbagai hasil survey sampai sekarang Warren G Harding adalah salah seorang Presiden AS yang kinerjanya terburuk yang pernah dipunyai oleh Negeri Paman Sam itu. Saya akan menceritakan salah satu pengalaman Warren Harding Error yang saya alami. Beberapa waktu yang lalu saya menumpang sebuah mobil sewaan dari Cianjur menuju Bandung.  Mobil ini disewa oleh teman saya dari Cianjur untuk ke Bandung dan kembali ke Cianjur dalam satu hari PP (Pulang-Pergi). Saya udah memasang tekad dari awal, kalau sopir sewaan (biasanya mobil sewaan sepaket dengan sopirnya) menyetir mobilnya secara ugal-ugalan maka saya yang akan menggantikan dia menyetir Cianjur-Bandung PP. Saya trauma karena beberapa waktu sebelumnya saya pernah dibawa sopir tempat saya bekerja dari Cianjur sampai Jakarta yang menyetir ala Schummy, mungkin dia mengira Jalan Tol Jagorawi adalah trek sirkuit Silverstone di Inggris yang harus dilahap secepatnya. Ok mobil telah datang lengkap beserta sopirnya. Hmmm. Sekilas saya lihat penampilan sopirnya. Wajahnya keras , kulitnya hitam, dan matanya merah namun tidak tercium bau alcohol dari mulutnya.  Ya Tuhan jikalau dia tidak mau digantikan oleh saya, maka saya harus berdoa secara serius agar mobil dan rombongan bisa tiba dengan selamat di Bandung dan kembali ke Cianjur dengan selamat juga. Malaikat sepertinya harus bekerja keras menjaga kanan kiri depan belakang mobil sepanjang jalan. Akan tetapi apa yang saya alami? Ternyata si sopir ini menyetir dengan AMAN sekali, lebih aman dari cara saya menyetir malah. Dia selalu menjaga jarak dengan kendaraan didepannya. Jika kendaraan didepan mengerem, maka dari jauh dia sudah mulai mengerem. Jika dia mau menyalip maka dia akan klakson dulu kendaraan didepannya sembari menyalakan lampu sein. Jika kendaraan didepan berhenti mendadak maka dia menyalakan tombol lampu hazard sebagai tanda bahaya bagi kendaraan dibelakang. Wah saya telah melakukan kesalahan, saya mengasosiasikan pria berkulit gelap, bertampang keras dan bermata merah dengan seorang sopir yang mengendarai kendaraan secara ugal-ugalan seperti yang sering saya temui di Jakarta,  padahal tidak semuanya seperti itu. Saya melakukan kesalahan, ya Warren Harding Error. Lalu bagaimanakah cara supaya kita menghilangkan Warren Harding Error ini? Menurut Malcolm Gladwell, Warren Harding Error tidak bisa dihilangkan tapi bisa diubah. Kesan pertama kita dibangkitkan oleh pengalaman-pengalaman dan lingkungan kita. Gladwell menyarankan supaya kita berinteraksi dengan orang yang tidak sama dengan kita (baik itu agama, suku, ras, latar belakang pendidikan, kelas social dan sebagainya) atau yang kesan pertama dalam diri kita buruk. Sebagai contoh seperti ini : Menjelang Final Piala AFF Indonesia vs Malaysia pasti banyak gesekan antara orang Indonesia dan Malaysia. Saya pribadi tidak menganggap orang Malaysia itu musuh saya, karena saya punya kawan (bukan hanya satu dua tapi beberapa) orang Malaysia yang sangat menghargai Indonesia dan mencintai Indonesia sebagaimana mereka mencintai Malaysia.  Makanya mustahil bagi saya seandainya Malaysia  jadi Juara AFF mengalahkan Indonesia lalu saya melakukan sweeping orang Malaysia lalu langsung memukuli mereka. Itu sebuah tindakan konyol dan tidak masuk akal bagi saya. Tapi mungkin itu tindakan yang sangat masuk akal apabila selama hidup saya tidak pernah mengenal orang Malaysia secara pribadi jadi tidak tahu orang Malaysia itu seperti apa layaknya katak dalam tempurung. Jadi marilah perbanyaklah interaksi dengan orang yang sama sekali berbeda dengan anda tapi tetap pertahankan nilai-nilai yang anda yakini pribadi. Don’t judge a book by it’s cover! (Anonymous) Anda punya pengalaman Warren Harding Error? Warren G Harding

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun