Malam semakin pekat. Langit terlihat hitam polos seperti kain hitam yang dibentangkan melengkung di atas kepala. Tak ada bintang. Seorang anak laki-laki berjalan di bawah langit yang muram. Tangan kanannya menggenggam obor dengan nyala api yang pucat dan hanya menerangi sampai beberapa langkah di depannya.
Ia melewati hutan bambu yang berkabut putih. Batang-batang bambu itu tumbuh satu-satu dengan jarak yang renggang. Ia tidak bisa memperkirakan berapa tinggi batang bambu itu karena hanya kegelapan yang tampak. Kabut putih putih di sela-sela batang bambu memantulkan cahaya obor dengan aneh. Seperti ada sesuatu di dalam kabut itu yang bergerak cepat dan memata-matai setiap gerakannya dengan penuh curiga. Anak laki-laki itu mempercepat langkahnya. Jalan setapak yang ia pijak berderik berisik setiap ia melangkah.
Ia terus berjalan menembus kegelapan. Kakinya terasa sangat berat untuk melangkah dalam kesunyian yang terasa begitu mencekam. Ia bisa mendengar suara detak jantungnya yang berdetak dua kali lebih kencang. Ia terus berjalan dan terus berpikir kenapa ia harus berjalan. Ada perasaan aneh yang menyergap kalbunya dan mendorongnya untuk terus berjalan walaupun ia tidak tahu di mana dan kapan ia akan menemukan ujung jalan ini.
Silahkan baca cerita selengkapnya di http://www.faschel.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H