Sayang, hadirmu tak selalu ada meski sangat kunanti
Apa yang kau rasakan saat menjadi embun?
Asal kau tahu, aku selalu senyum karena menggilaimu
Kau hanya air, tapi air yang unik...
Iya, kau unik! Sadarkah?
Hmm... tapi aku paling suka menatapmu di dedaunan
Bulirmu cantik menggodaku untuk memainkannya
Kilauanmu pun mempesona kala terkena cahaya
Bagaimana jika kau berkumpul di kamarku lalu hanya kufokuskan sorot cahaya ke arahmu dan kawan-kawanmu?
Iya, pasti indah layaknya kunang-kunang
Hadirmu juga dinantikan makhluk hidup lain
Bukan... Bukan hanya pohon yang daunnya kau tempeli!
Tapi juga semut, belalang, dan lalat...
Meski serangga-serangga itu malah membuatmu hilang
Satu yang sangat kukagumi darimu, Embun
Kau tak sungkan melebur bersama kawan-kawanmu,
Menyatu tanpa kau pedulikan ukuran
Embun kecil atau embun berukuran besar
Bahkan, kau tak menolak kala ada benda lain yang dibawa kawanmu untuk bergabung
Namun, aku tak suka benda lain itu
Membuatmu tak cantik
Tunggu! Mungkinkah kau juga tak suka dan terpaksa menerimanya?
Maaf! Jika sebenarnya kau suka ada benda lain bersamamu, malah kusingkir-singkirkan
Kau tahu, Embun? Tentu tidak karena aku belum bilang
Ini sudah musim hujan, cuaca yang kau suka
Kau janji, kan, untuk muncul setiap aku membuka jendela kamar saat pagi?!
Aku ingin menikmati keindahanmu sebelum kau hilang karena musim yang berganti
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H