KFC (Kentucky Fried Chicken) sedang dalam sorotan. Restoran tersebut telah menjadi pusat perdebatan yang hangat dan kontroversial terkait dengan isu pro-Israel. Gerakan pemboikotan terhadap rantai restoran cepat saji ini telah memunculkan pertanyaan mendalam tentang keterlibatan perusahaan dalam politik internasional, tanggung jawab sosial, dan nilai-nilai konsumen. Apa yang memicu gelombang pemboikotan ini? KFC disorot karena diklaim memiliki hubungan bisnis atau dukungan dengan Israel. Hal ini memicu reaksi dari sejumlah kelompok dan individu yang menentang kebijakan politik Israel terkait konflik dengan Palestina. Mereka menyerukan boikot terhadap KFC sebagai bentuk protes terhadap apa yang mereka anggap sebagai dukungan tidak bermoral terhadap Israel.
SURABAYA – Baru baru ini restoran cepat saji
Polemik dimulai ketika beberapa kelompok menuduh KFC memiliki keterlibatan atau dukungan terhadap Israel dalam konteks konflik Israel-Palestina yang berkepanjangan. Meskipun klaim ini belum terverifikasi secara jelas, isu ini telah memicu reaksi keras dari sebagian konsumen yang menyerukan pemboikotan terhadap KFC sebagai bentuk protes. Gerakan pemboikotan ini berkembang pesat di media sosial, dengan kampanye online yang menggalang dukungan dari berbagai kalangan. Para pendukung gerakan ini menyerukan kepada konsumen untuk menarik dukungan mereka dari KFC sebagai tindakan protes terhadap apa yang mereka anggap sebagai dukungan tidak etis terhadap Israel.
Menurut Pitono, seorang karyawan KFC dengan pengalaman lebih dari 10 tahun, isu pemboikotan telah berdampak signifikan terhadap bisnis dan kesejahteraan karyawan. Menurunnya penjualan, penurunan tunjangan hari raya (THR), dan pengunjung yang berkurang menjadi dampak nyata yang dirasakan. Dia menjelaskan bahwa para karyawan di tekan untuk tetap meningkatkan penjualan di tengah isu yang beredar. Pitono juga menyatakan bahwa penurunan jumlah konsumen telah terjadi di semua cabang, bukan hanya di tempatnya bekerja. Untuk mengembalikan kepercayaan konsumen, KFC telah meluncurkan banyak promo menarik. Tak hanya itu Pitono juga menceritakan tanggapannya terhadap isu pemboikotan tersebut. "Ya kalau dari kita tidak ada kepikiran untuk mendukung Israel karena di sini kita juga kerja mencari nafkah untuk keluarga,” ungkapnya. Meskipun menyadari dampak pemboikotan terhadap bisnis tempatnya bekerja, kebutuhan untuk memberikan nafkah bagi keluarga tetap menjadi prioritas utama. Hal ini menunjukkan bahwa bagi Pitono dan banyak karyawan lainnya, Keputusan untuk terus bekerja di KFC tidak hanya didorong oleh kewajiban pekerjaan, tetapi juga oleh tanggung jawab keluarga yang harus dipenuhi.
Di sisi lain, pandangan yang beragam juga terungkap. Bimo, salah satu pengunjung, menyoroti pentingnya lapangan pekerjaan yang diciptakan oleh KFC. "Sebenernya kalau dari sisi agama mungkin salah, tetapi kalau dilihat dari sisi sosialnya kan banyak pegawainya yang bukan dari israel langsung atau dari amerika, ya jadi KFC masih dibutuhkan untuk lapangan pekerjaan," ungkapnya. Sementara itu, Hilal berpendapat bahwa keputusan untuk mengonsumsi KFC bergantung pada niat individu, asalkan tidak ada dukungan langsung terhadap Israel. "Tergantung personal masing-masing, selama niatnya tidak untuk mendukung pihak Israel kita masih diperbolehkan mengonsumsi," katanya. Quen, pengunjung lainnya, mencerminkan dilema moral yang dihadapi banyak orang. Meskipun berusaha untuk menghindari KFC, Quen tetap memilih mengonsumsinya sesuai kebutuhan. "Aku berusaha untuk menghindari tetapi sesuai kebutuhan juga, kalau memang masih butuh ya aku masih konsumsi," ujarnya. Namun, alasan yang mendasari keputusannya adalah untuk membantu pekerja di Indonesia.
Meskipun kontroversi ini belum memperoleh kepastian, pengunjung tetap merasa bahwa isu ini patut diperdebatkan. "Yang terpenting adalah tetap menghormati perbedaan pendapat," kata mereka secara bersama-sama, mereka menekankan pentingnya saling mengingatkan dengan baik dan menghindari konflik yang tidak perlu. Isu pemboikotan KFC memunculkan berbagai pandangan di masyarakat, beberapa tetap mengonsumsi produk KFC dengan alasan ekonomi atau kebiasaan, sementara yang lain memilih untuk menghindarinya sebagai tindakan solidaritas atau kesadaran moral. Dalam menghadapi perbedaan ini, saling menghargai terhadap pandangan individu lain menjadi kunci untuk menjaga keharmonisan.