Mohon tunggu...
Sintya PuspitaJati
Sintya PuspitaJati Mohon Tunggu... Mahasiswa - Manusia biasa

Mencoba

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Karakteristik Anak Usia Dini Memperngaruhi Karakteristik Pembelajarannya

31 Maret 2021   18:44 Diperbarui: 31 Maret 2021   18:47 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Karakteristik Anak Usia Dini Memperngaruhi Karakteristik Pembelajarannya

Karakteristik anak usia dini merupakan individu yang memiliki tingkat perkembangan yang relatif cepat merespon (menangkap) segala sesuatu dari berbagai aspek perkembangan yang ada karena Masa usia dini merupakan masa kecil ketika anak memiliki kekhasan dalam bertingkah laku. 

Bentuk tubuhnya yang mungil dan tingkah lakunya yang lucu, membuat orang dewasa merasa senang, gemas dan terkesan. Namun, terkadang juga membuat orang dewasa merasa kesal, jika tingkah laku anak berlebihan dan tidak bisa dikendalikan.

Pentingnya pendidikan anak usia dini membuat keluargalah yang merupakan lingkungan pertama yang paling bertanggung jawab atas berlangsungnya pembelajaran anak usia dini ini. 

Sebab, dari lingkungan keluargalah yang terdiri dari ayah, ibu dan saudara-saudaranya seorang anak dapat mengisi usia emasnya, yakni hingga 5 tahun. 

Meskipun banyak teori yang mengarah pada pentingnya faktor bawaaan, dikenal dengan teori nativisme, dalam memberikan pengaruh pada seorang anak, tetapi juga dibantah oleh hadirnya teori empirisme yang mengusung bahwa seseorang dalam perkembangannya dipengaruhi oleh faktor lingkungan.

Untuk itu sebagai orang tua dan pendidik wajib mengerti karakteristik-karakteristik anak usia dini, supaya segala bentuk perkembangan anak dapat terpantau dengan baik. Berikut ini adalah beberapa karakteristik anak usia dini.

  • Unik, yaitu sifat anakitu berbeda satu sama lainnya. Anak memiliki bawaan, minat kapabilitas, dan latar belakang kehidupan masing-masing.
  • Egosentris, yaitu anak lebih cendrung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Bagi anak sesuatu itupenting sepanjang hal tersebut terkait dengan dirinya.
  • Aktif dan energik, yaitu anak lazimnya senang melakukan aktivitas. Selama terjaga dalam tidur, anak seolah-olah tidak pernah lelah, tidak pernah bosan, dan tidak pernah berhenti dari aktivitas. Terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu kegiatan yang baru dan menantang.
  • Rasa ingin tahu yang kuat dan antusias terhadap banyak hal. Yaitu, anak cendrung memperhatikan , membicarakan, dan mempertanyakan berbagai hal yang sempat dilihat dan didengarnya, terutama terhadap hal-hal baru.
  • Eksploratif dan berjiwa petualang, yaitu anak terdorong oleh rasa ingin tahu yang kuat dan senang menjelajah, mencoba dan mempeajari hal-hal yang baru.
  • Spontan, yaitu prilaku yang ditampilkan anak umumnya relative asli dan tidak ditutup-tutupi sehingga merefleksikan apa yang ada dalam perasaan dan pikirannya.
  • Senang dan kaya dalam fantasi, yaitu anak senang dengan hal-hal yang imajinatif. Anak tidak hanya senang dengan cerita-cerita khayal yang disampaikan oleh orang lain, tetapi ia sendiri juga senang bercerita kepada orang lain.
  • Masih mudah frustasi, yaitu anak masih mudah kecewa bila menghadapi sesuatu yang tidak memuaskan. Ia mudah menangis dan marah bila keinginannya tidak terpenuhi.

Pembelajaran yang dilakukan oleh anak-anak yang sudah menginjak usia remaja berbeda dengan pembelajaran yang dilakukan oleh anak usia dini. Karena jika orang tua sedikit saja salah mengambil langkah maka anak akan mengingatnya sampai besar. Maka dari itu, sebagai orang tua dan pendidik harus memahami tentang apa saja karakteristik pembelajaran untuk anak usia dini.

  • Anak belajar dengan meniru.
  • Ada sebuah pepatah yang mengatakan bahwa anak adalah mesin fotocopy yang tidak pernah gagal. Ketika anak melihat orang lain melakukan sesuatu, mengatakan sesuatu ataupun pergi kesuatu tempat otak anak akan dengan cepat memproses sehingga munculah rasa ingin tahu dan ingin mencoba. Apabila orang tua dan pendidik mencontohkan hal-hal baik didepan anak usia dini, maka anak tersebut akan berusaha untuk menerapkannya.
  • Anak berlajar sambil bermain.
  • Adanya kalimat dunia anak adalah dunia bermain adalah benar adanya. Anak-anak cenderung lebih senang bermain dari pada belajar, namun tanpa disadari tidak jarang anak usia dini belajar ketika dirinya sedang bermain seperti belajar matematka ketika anak mencoba menjumlahkan beberapa mainan yang disusun kedalam sebuah wadah ataupun belajar ipa ketika anak bermain dengan hewan atau tumbuh-tumbuhan yang ada disekitarnya. Selain itu anak usia dini juga bisa belajar berinteraksi dan bersosialisasi ketika anak bermain bersama teman-teman sebayanya.
  • Anak belajar dengan kreatif
  • Anak usia dini memiliki rasa keingin tahuan yang begitu tinggi. Maka dari itu sedaca tidak langsung anak belajar ketika dia mecoba menemukan atau membuat hal-hal baru yang ada dalam imajinasinya seperti menggabungkan dua buah mainan menjadi satu
  • Anak belajar secara bertahap
  • Jangan pernah salahkan anak ketika dia belum bisa menulis atau belum bisa menghitung. Karena anak belajar secara bertahap sesuai dengan kematangan perkembangan berpikirnya. Tahapan-tahapan belajar anak usia dini bahkan bisa kita lihat sejak anak masih bayi, lalu berlajar untuk berguling, tengkurap, duduk, berdiri hingga anak bisa berjalan dengan seimbang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun