Mohon tunggu...
Sintong Silaban
Sintong Silaban Mohon Tunggu... profesional -

Berkeinginan terus membaca dan menulis selama ada di dunia ini.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Memaki dan Memuji Diri Sendiri

28 Januari 2016   23:56 Diperbarui: 29 Januari 2016   00:07 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pernahkah Anda memaki diri sendiri dengan berkata: saya brengsek, saya benar-benar tolol, saya manusia tidak bertanggung jawab, saya manusia tidak berguna. Seberapa sering? Kapan? Kalau hanya pernah, sekali, itu pun terjadi beberapa tahun lalu -- itu tidak masalah. Itu bahkan dapat disebut positif, sebagai bentuk penyesalan, pengevaluasian diri, dan berikutnya Anda akan berusaha menjadi lebih baik.

Tetapi, kalau memaki diri seperti itu Anda lakukan berulang-ulang, bertahun-tahun, bahkan sudah Anda lakukan lagi di awal tahun ini -- maka ini sinyal bahaya. Sudah pasti ada yang tidak beres pada diri Anda. Berarti Anda sudah dihinggapi rasa bersalah dan memang terus melakukan kesalahan dan tak kunjung dapat memperbaiki. Berulang-ulang Anda brengsek, tidak bertanggung jawab, tolol, manusia tidak berguna -- itu berarti sudah menjadi kebiasaan (habit) Anda.

You are what you repeatedly do, kata Aristotle. Anda adalah apa yang Anda lakukan berulang-ulang. Kalau sesuatu sudah menjadi kebiasaan kita, entah positif atau negatif, yang nyata-nyata sulit kita rubah, yah itulah akhirnya kita.

Sekarang, memuji diri. Pernahkah Anda memuji diri, menyatakan rasa bangga pada diri Anda (bukan untuk didengar orang lain)? Misalnya: uh, saya hebat, otak saya bagus, saya memang pintar, saya baik dan layak dipercaya, saya tampan, saya cantik, saya menarik, saya sehat dan kuat, dsb. Bila Anda memuji diri Anda dan menyatakan kebanggaan pada diri Anda, entah sesekali atau sering, itu pada hakekatnya bagus. Itu juga bagus meskipun apa yang Anda ucapkan tidak sepenuhnya benar (hanya self-sugestion). Yang penting adalah asalkan Anda melakukan itu dalam keadaan sadar (tidak sedang mabuk), dan Anda tidak mengumbarnya kepada orang lain dan menjadi sebuah kesombongan.

Memaki diri sendiri, menyalahkan diri sendiri memiliki sisi positif asalkan untuk pengevaluasian diri dan sebagai bentuk penyesalan (dan bila perlu meminta maaf), lalu bertekad untuk memperbaiki diri dan tidak mengulang kesalahan yang sama. Memuji diri sendiri, menyatakan kebanggaan pada diri sendiri pun positif asalkan diucapkan dengan sadar untuk memacu diri (disertai rasa bersyukur kepada Tuhan) dan bukan menyombongkan diri kepada orang lain.

Sangat menyedihkan, jika orang tidak pernah memaki diri dan menyalahkan diri sendiri sementara dianya terus melakukan kesalahan-kesalahan. Dia selalu berpikir dianya yang benar dan orang lain yang selalu disalahkan dan dimakinya. Orang seperti ini, tidak salah lagi adalah orang yang miskin bahkan mungkin sudah istrahat hati nuraninya.

Juga memprihatinkan, jika orang selalu memuji-muji dirinya, selalu merasa sempurna dan ingin orang lain tahu dan mengakui kehebatan dirinya. Pokoknya dia selalu mengumbar kehebatan dirinya. Orang seperti ini pasti suatu saat menghadapi masalah kompleks dan pahit. Karena bagaimana pun tidak ada manusia yang sempurna, tidak ada manusia yang selalu baik, beruntung, sehat, sukses, dsb.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun