Mohon tunggu...
Sintia Nisa
Sintia Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Setiap orang, mampu menulis. Maka menulislah :)

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sabetan Pedang Bambu dalam Genggaman Kyai Haji Zainal Mustafa dan Santrinya

29 Juni 2023   08:43 Diperbarui: 29 Juni 2023   13:51 236
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senjata yang digunakan Kyai Haji Zainal Mustafa menggunakan pedang yang terbuat dari bambu untuk melawan tentara Jepang. Kyai Haji Zainal Mustafa diminta tunduk terhadap istana Kaisar Jepang di Tokyo dengan cara membungkukkan badan ke arah timur mirip ruku dalam shalat yang biasa dikenal sebagai Saikeirei namun Kyai Haji Zainal Mustafa tentunya menolak selain itu ada juga kebijakan Jepang yang merugikan rakyat Indonesia. Sehingga timbullah penyerangan dari tentara Jepang. Tempat peristiwa berdarah itu terjadi di persimpangan jalan menuju Pesantren Sukamanah. Tepat pada Jumat, 18 Februari 1944. Tiga puluh satu truk mengangkut tentara Jepang lengkap dengan senjatanya belum lagi tentara yang berjalan. Mereka memerangi Kyai Haji Zainal Mustafa dan juga santri nya karena menolak perintah Jepang.

Senjata yang digunakan Kyai Haji Zainal Mustafa menggunakan pedang yang terbuat dari bambu. Pedang bambu ini warna aslinya berwarna kuning namun sekarang berwarna hitam. Dikarenakan masih ada bekas darah Jepang yang menempel dan bau amis yang masih tercium dalam bambu tersebut.

 "Ini pedang bambu asli nya berwarna kuning. Disebutnya bambu gombong ini dibentuk sebagai pedang. Sederhana sangat sederhana bentuk nya sangat sederhana karena genting kan saat membuat ini. Nah hitam nya ini darah bukan cat tapi darah Jepang. Masih bau darah."  Ujar Cucu Kyai Haji Zainal Mustafa, yaitu Yusuf Mustafa (45).

"Pedang bambu ini dapat dari pelaku sejarah namanya saya lupa lagi lah. Sudah meninggal sekarang mah sudah lama. ini dari putri nya. Kebetulan saya langsung yang menerimanya. Kuning ini tuh neng aslinya mah warna nya kuning. Bambu gombong ini tuh kuning cuma hitam. Nah ini adalah darah di cat darah ini tuh. Ini bukti nyata bahwa pedang ini mengeluarkan darah Jepang, tentara Jepang. Karena kebanyakan orang Indonesia ya, jadi banyak mengeluarkan musuh yakni tentara Jepang. Jadi bangsa Indonesia yang dijadikan tentara oleh Jepang." Ujar Yusuf Mustafa.    

 "Saya bertemu dengan pelaku sejarah yang ikut perang, yaitu Aki Oot yang meninggal pada usia 150 tahun.  Beliau bercerita bahwasanya beliau heran, dengan pedang dari bambu ini. Ketika menempel ke leher musuh, leher musuh berhasil putus. Pedang bambu ini lebih tajam dari samurai karena begitu kena dengan musuh pasti lehernya putus. Maka tentara Jepang yang tiga ratus itu, kurang lebih tiga ratus Jepang kan mati saat itu. dari tiga puluh satu truk dan tentara yang tanpa kendaraan itu tiga ratus tentara Jepang mati. " Ujar Yusuf Mustafa.

"Salah satu bukti, bahwa pedang bambu ini lebih tajam dari samurai, setelah pertempuran terjadi disisir semuanya. Senjata itu disisir oleh tentara Jepang. Setelah beliau di tipu daya dengan perdamaian, nah disisir, diambil senjatanya. Tapi tidak semua diambil ada yang masih tersisa di Pesantren dan ada juga yang di ke museum Mandala Wangsit" Ujar Yusuf Mustafa. 

"Pedang bambu ini hanya dari bambu biasa yang di bentuk pedang dan panjang. Tapi gatau saat tempur itu memang membunuh Jepang, korban dari Sukamanah hanya delapan puluh enam orang, Jepang tiga ratus orang dan yang tiga puluh satu truk itu sudah tidak ada lagi orang nya, tidak ada lagi penumpang nya. Itu dihitung oleh masyarakat Sukamanah ada saksinya." Ujar Yusuf Mustafa.

Pedang yang ada di Kyai Haji Zainal Mustafa merupakan senjata melawan penjajah. Meskipun hanya dari bambu biasa tetapi ketika ada dalam genggaman tangan Kyai Haji Zainal Mustafa dan santrinya tikamannya terasa tajam membabibuta dikarenakan ketauhidan yang kuat terhadap Allah SWT dan semangat percaya diri yang tinggi serta tak perlu takut untuk melawan ketidakadilan dan sikap semena-mena terhadap penjajah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun