Mohon tunggu...
Sintia Dewi Murti
Sintia Dewi Murti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Program Studi Jurnalistik Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengubah Kecemasan dalam Beretorika Menjadi Rasa Percaya Diri

14 Mei 2024   20:26 Diperbarui: 14 Mei 2024   20:37 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Syamsul Yakin dan Sintia Dewi Murti
Dosen dan Mahasiswa Jurnalistik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kurangnya rasa percaya diri, rasa takut melakukan kesalahan, dan rasa tidak nyaman saat berada di atas podium merupakan bentuk dari kegelisahan dalam beretorika. Kegelisahan ini muncul sebagai reaksi terhadap sesuatu yang dirasa sebagai ancaman. Namun, ancaman yang dirasakan ini sebenarnya belum tentu akan terjadi. Misalnya, perasaan-perasaan negatif seperti merasa tidak mampu untuk berkomunikasi dengan baik, merasa tidak akan berhasil, dan takut akan dinilai rendah oleh para pendengar.

Kegelisahan dalam beretorika bisa dialami oleh siapa pun, tidak terbatas pada tingkat kemampuan seseorang. Bahkan, seseorang yang memiliki kemampuan tinggi pun bisa merasakannya, terutama ketika mereka berada di depan publik dan merasa kompetensinya sedang diuji. Salah satu cara untuk mengatasi kegelisahan ini adalah dengan melakukan relaksasi. Diketahui bahwa relaksasi dapat membantu mengurangi rasa tegang.

Terkadang, saat berinteraksi dengan senior atau individu yang memiliki keahlian retorika yang lebih tinggi, kita mungkin merasa tertekan. Untuk menghadapi situasi ini, sangat penting untuk mengembangkan rasa percaya diri. Ini karena, memiliki kepercayaan pada diri sendiri merupakan faktor utama dalam mencapai kesuksesan saat berbicara di depan orang banyak.

Sering kali, rasa takut dalam berbicara di depan umum dapat muncul ketika menghadapi kejadian yang tidak diantisipasi, misalnya ketika terjadi mati lampu yang membuat kita tidak dapat membaca naskah pidato. Untuk mengatasi hal ini, kita harus bisa berimprovisasi, mempertahankan kepercayaan diri, dan tidak khawatir akan kesalahan yang mungkin terjadi.

Ketika seorang orator menemukan bahwa gaya berbicaranya mirip dengan orang lain, mungkin timbul kecemasan. Di momen seperti ini, penting bagi dia untuk tetap autentik, memelihara rasa percaya diri, dan tidak merasa cemas akan kemungkinan kesalahan. Seorang pembicara yang baik seharusnya memang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan gaya berbicara yang dimiliki oleh para orator terkemuka.

Rasa gugup dalam beretorika sering kali disebabkan oleh pengalaman negatif sendiri atau orang lain yang tidak berhasil berbicara dengan baik di depan umum. Untuk mengatasinya, seseorang harus menelusuri penyebab utama kekhawatiran tersebut, melakukan persiapan yang lebih matang, dan berkeyakinan penuh bahwa dirinya tidak akan mengalami kegagalan yang sama.

Sejatinya, kegelisahan saat berbicara di depan umum sering kali berasal dari kekurangan dalam keterampilan dan pengalaman. Ini merupakan masalah teknis yang berkembang menjadi hambatan psikologis. Solusi untuk mengatasi hal ini meliputi intensifikasi latihan, memahami teknik berbicara dari para pembicara ulung, serta mengesampingkan ketakutan akan kesalahan selama berbicara di depan publik.

Selain faktor-faktor yang telah diuraikan sebelumnya, seorang tokoh publik juga mungkin merasa cemas saat harus berbicara di depan banyak orang. Kecemasan ini seringkali timbul bukan hanya karena tuntutan situasi, tetapi juga karena statusnya sebagai selebritas, di mana setiap kesalahan yang dibuat berpotensi menjadi bahan perbincangan yang luas dan viral.

Meringkas dari penjelasan sebelumnya, strategi untuk mengurangi kegelisahan saat berbicara meliputi teknik relaksasi, memelihara sikap positif, tidak merasa takut akan kesalahan, membangun kepercayaan diri, berlatih, bersiap-siap, fokus, dan berusaha melepaskan diri dari beban tekanan sosial. Penting juga untuk mengingatkan diri sendiri bahwa rasa cemas saat berbicara adalah sesuatu yang wajar dan bisa terjadi pada siapa pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun