Latar Belakang Muncul Konsep Trilogi Kualitas Juran
Berasal dari diri pribadi Juran yang merasa risau dengan perkembangan manajemen kualitas. Beliau menyatkan " telah terjadi krisi kualitas" , ia memiliki pandangan bahwa saat ini cara tradisional tidak akan relevan lagi dengan masalah kualitas. Mengingat dalam dunia industri yang masik banyak menggunakan sistem majemen kualitas konvensional menyadarkan Dr. Joseph M Juran untuk mengemukakan perubahan berdasarkan pengalamannya bekerja dan menjadi pembicara diperkuliahan dan berbagai forum.
Konsep Mutu Terpadu Trilogi Juran
Pada tahun 1945, Joseph Juran melakukan kunjungan ke Jepang dan membantu pimpinan Jepang dalam membangun ulang industri mereka. Dia membantu Jepang untuk mengatur ulang industri mereka sehingga dapat meningkatkan kemampuan ekspor produk ke pasar global. Salah satu kontribusi utamanya adalah memperkenalkan konsep mutu dan alat-alat manajemen pabrik ke dalam serangkaian konsep yang menjadi dasar bagi suatu proses manajemen yang terpadu.
Juran memperkenalkan konsep trilogi manajemen yang terdiri dari perencanaan keuangan, pengendalian keuangan, dan peningkatan keuangan. Rinciannya adalah sebagai berikut:
- Perencanaan Mutu (Quality Planning): Ini adalah proses di mana identifikasi pelanggan dan proses yang akan menyampaikan produk atau jasa dengan karakteristik yang diinginkan dilakukan. Kemudian, pengetahuan ini ditransfer kepada seluruh staf perusahaan untuk memastikan kepuasan pelanggan.
- Pengendalian Mutu (Quality Control): Proses ini melibatkan pemeriksaan dan evaluasi produk secara menyeluruh, membandingkan dengan kebutuhan yang diinginkan oleh pelanggan. Setiap masalah yang teridentifikasi dipecahkan secara efisien, seperti perbaikan mesin yang rusak.
- Peningkatan Mutu (Quality Improvement): Ini adalah proses di mana mekanisme yang sudah ada dipertahankan untuk mencapai peningkatan mutu yang berkelanjutan. Ini meliputi pengalokasian sumber daya, penugasan proyek kepada orang-orang yang tepat, pelatihan staf yang terlibat dalam proyek mutu, dan menetapkan struktur permanen untuk memastikan pengejaran mutu yang berkesinambungan dan pemeliharaan pencapaian yang telah diraih sebelumnya..
Demikian pendapat dari joseph Juran yang memberikan kontribusi besar dalam dunia industri. Perlu disadari bahwa keberhasilan revolusi mutu di Jepang tidak hanya berkat kontribusi para ahli lainnya seperti Deming, Juran, Singo, dan Ishikawa, tetapi juga karena tekad kuat dari para pimpinan perusahaan untuk menggabungkan berbagai pendekatan tersebut. Mereka berhasil mensintesiskan berbagai cara dan pendekatan untuk menciptakan suatu falsafah baru tentang mutu produk, yang berbeda dengan pendekatan tradisional.
Falsafah baru tentang mutu produk ini lebih berorientasi pada konsumen, di mana tanggung jawab mutu menjadi tanggung jawab seluruh organisasi dan manajemen. Intinya adalah bahwa manajemen mutu bukan hanya tanggung jawab departemen tertentu, tetapi menjadi tanggung jawab seluruh organisasi secara menyeluruh. Berbeda dengan pendekatan tradisional yang hanya fokus pada hasil atau produk akhir, falsafah baru tentang mutu produk melibatkan pengawasan seluruh langkah dalam proses produksi dan menekankan pada upaya perbaikan berkelanjutan. Ini berarti bahwa perbaikan mutu tidak hanya terjadi sekali, tetapi merupakan proses yang terus-menerus dan berkelanjutan.
Sumber :
Ibrahim, Tatang dan Rusdiana. Manajemen Mutu Terpadu. Bandung: Penerbit Yrama Widya, 2021.
Ketut Suardhika Natha, “Total Quality Management Sebagai Perangkat Manajemen Baru Untuk Optimisasi”, Jurusan Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi, Universitas Udayana, Denpasar. Vol.13, no.1, 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H