Mohon tunggu...
sintiaanjelina
sintiaanjelina Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Saya sangat suka memasak

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Mengapa Wisata Bersejarah Tidak Menarik Bagi Anak Muda

16 Desember 2024   10:01 Diperbarui: 16 Desember 2024   10:01 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indonesia memiliki kekayaan budaya dan sejarah yang luar biasa, namun generasi muda saat ini semakin kurang tertarik untuk menjelajahi warisan bangsa. Kehidupan mereka didominasi oleh teknologi dan media sosial, sehingga lebih menyukai pengalaman instan dan estetis yang mudah diabadikan dalam bentuk foto atau video. Situs budaya seperti museum, candi, atau tempat bersejarah lainnya dianggap kuno dan membosankan, padahal menyimpan cerita penting tentang perjalanan peradaban.

Kurangnya minat ini disebabkan oleh beberapa hal. Fasilitas di lokasi wisata budaya sering kali kurang modern, seperti minimnya koneksi internet atau spot foto yang menarik. Selain itu, edukasi tentang sejarah dan budaya belum dikemas secara menarik, sehingga anak muda tidak memahami nilai penting di balik peninggalan tersebut. Stigma sosial juga membuat wisata budaya dianggap tidak keren dan hanya untuk orang tua. Akibatnya, Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2022, terjadi penurunan kunjungan anak muda ke situs budaya sebesar 18%, sementara kunjungan ke tempat hiburan modern meningkat 35%. Angka ini menunjukkan terjadinya pergeseran minat yang signifikan di kalangan generasi muda.

Yang mana generasi muda saat ini hidup di era digital yang serba cepat dan visual, sehingga pendekatan wisata budaya perlu disesuaikan dengan karakteristik mereka, generasi muda memilih destinasi wisata berdasarkan daya tarik visual di media sosial. Oleh karena itu, situs budaya perlu bertransformasi menjadi lebih interaktif dan relevan. Teknologi seperti augmented reality, fasilitas WiFi, spot foto menarik, dan narasi berbasis storytelling dapat digunakan untuk menciptakan pengalaman yang mendalam dan menyenangkan.

Argumen saya ini didasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertama, generasi saat ini hidup dalam ekosistem digital yang serba cepat dan visual. Penelitian Statista tahun 2023 menunjukkan 68% generasi muda Indonesia memilih destinasi wisata berdasarkan daya tarik visual media sosial. Kedua, fasilitas wisata budaya saat ini masih sangat terbatas dalam hal interaktivitas dan konektivitas digital. Ketiga, kurangnya edukasi yang menarik membuat situs-situs bersejarah terkesan membosankan dan tidak relevan dengan kehidupan modern. 

Solusi yang tepat menurut saya meliputi beberapa strategi transformatif. Pertama, modernisasi infrastruktur wisata dengan menyediakan fasilitas digital seperti WiFi gratis, area interaktif, dan spot foto menarik. Kedua, mengembangkan konten edukatif berbasis storytelling yang dapat disebarluaskan melalui platform media sosial. Ketiga, memanfaatkan teknologi augmented reality untuk menciptakan pengalaman mendalam dan menarik dalam menjelajahi situs budaya.
Upaya ini bukan hanya untuk menarik minat, tetapi juga melestarikan identitas budaya. Generasi muda perlu dilibatkan sebagai bagian dari pelestarian ini, bukan hanya sebagai pengunjung. Pemerintah, pengelola situs budaya, dan komunitas digital perlu bekerja sama untuk mendesain pengalaman wisata budaya yang kreatif dan relevan. Warisan budaya harus dipandang sebagai jendela pengetahuan dan inspirasi, bukan sekadar objek kuno yang membosankan.

Dengan strategi yang tepat, wisata budaya bisa menjadi perjalanan yang mendidik sekaligus menghibur. Generasi muda perlu diberi kesempatan untuk memahami akar budayanya dengan cara yang menarik dan modern. Hal ini penting untuk memastikan kelangsungan identitas budaya Indonesia, sehingga nilai-nilai sejarah dan kearifan lokal tetap hidup dan relevan di masa depan.

Terima kasih Telah Membaca Opini saya 

Salam Hangat :

SINTIA ANJELINA KONSENTRASI SEJARAH (5D)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun