Mohon tunggu...
sintia adelia
sintia adelia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Sentia Adelina Mahasiswa UIN SMH Banten Hobby membaca dan Berwirausaha

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pertanian Berkelanjutan dan Sistem Pangan di Mandalawangi Pandeglang: Kajian Ekologi Politik

14 Mei 2024   16:39 Diperbarui: 14 Mei 2024   17:26 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERTANIAN BERKELANJUTAN DAN SISTEM PANGAN DI MANDALAWANGI PANDEGLANG: KAJIAN EKOLOGi POLITIK

Ekologi politik adalah cabang studi yang menyelidiki interaksi kompleks antara sistem politik dan lingkungan alam. Pada dasarnya, ekologi politik menggabungkan teori politik dengan prinsip -- prinsip ekologi untuk memahami bagaimana keputusan politik dan struktur kekuasaan memengaruhi sumber daya alam, kerusakan lingkungan, dan distribusi keadilan lingkungan.

Pertanian berkelanjutan adalah pemanfaatan sumber daya yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan sumberdaya tidak dapat diperbaharui (unrenewable resources) untuk proses produksi pertanian dengan menekan dampak negatif terhadap lingkungan seminimal mungkin.

pertanian berkelanjutan, bertumpu pada tiga pilar: ekonomi, sosial, dan ekologi yang bertujuan untuk mengurangi kerusakan lingkungan, mempertahankan produktivitas pertanian, meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan stabilitas dan kualitas kehidupan masyarakat di pedesaan.

Masyarakat Mandalawangi kampung Tapos hampir 80% berkerja sebagai petani, karena dapat disimpulkan bahwa pertanian merupakan sektor penting di daerah ini. Sebagai kabupaten yang terletak di pegunungan.  Pandeglang mungkin memiliki potensi dalam sektor pertanian seperti perkebunan kelapa sawit, padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi dan lainnya.

 Lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh pematang (galengan), saluran untuk menahan/menyalurkan air, yang biasanya ditanami padi sawah tanpa memandang dari mana diperolehnya atau status lahan tersebut. perairan yang bagus dan tanah yang subur, masyarakat memanfaatkan alam dengan baik, namun mereka membutuhkan bantuan dari pemerintah untuk memberi alat canggih  yang dimana bisa membantu mereka untuk bertani, Karena masyarakat sangat bertergantungan kepada petani untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka.

Sistem pangan berkelanjutan merujuk pada sistem pangan yang memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan, sosial, dan ekonomi. Sistem pangan berkelanjutan melibatkan praktik-praktik seperti penggunaan yang efisien dan berkelanjutan dari sumber daya alam, produksi yang ramah lingkungan, peningkatan akses dan keadilan pangan, serta dukungan terhadap mata pencaharian yang berkelanjutan

Pangan berkelanjutan memiliki manfaat yang luas, termasuk:
Pertahankan Sumber Daya Alam: Sistem pangan berkelanjutan membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan mencegah kerusakan lingkungan yang berkelanjutan. dengan cara mengurai penggunaan pestisida, dan pupuk kimia, serta mengurangi jarak panen dengan menanam lagi, dan melindungi dari hewan-hewan yang dapat merusak hasil tersebut.
Peningkatan Kesehatan Masyarakat: Dengan memperbaiki pola makan yang baik dan seimbang, mengurangi makanan cepat saji, maka akan bisa membantu meningkatkan kesehatan masyarakat. Namun, mencapai pangan berkelanjutan juga memiliki tantangan, seperti keterbatasan sumber daya alam, ketimpangan akses dan ketahanan pangan, serta pola konsumsi yang tidak berkelanjutan.

kesimpulan
Pertanian berkelanjutan diartikan sebagai pengelolaan sumber daya yang berhasil untuk usaha pertanian guna membantu kebutuhan manusia yang berubah sekaligus mempertahankan atau meningkatkan kualitas lingkungan dan melestarikan sumber daya alam. Maksud dari Pertanian berkelanjutan yang sebenarnya adalah yang berkelanjutan secara ekonomi yang dicapai dengan penggunaan energi yang lebih sedikit, minimalnya jejak ekologi, lebih sedikit barang berkemasan, pembelian lokal yang meluas dengan rantai pasokan pangan singkat, lebih sedikit bahan pangan terproses, kebun komunitas dan kebun rumah yang lebih banyak, dan lain sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun