Mohon tunggu...
Sintia
Sintia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Sintia MPI 2A

Keingintahuan adalah sumbu dalam lilin pembelajaran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Wasathiyyah Pendidikan Islam (Moderasi Beragama)

29 April 2022   21:38 Diperbarui: 10 Mei 2022   16:09 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       

   Wasathiyyah adalah suatu ajaran Islam yang menjadi jalan tengah dan mengarahkan umatnya agar adil, seimbang, bermaslahat, dan proposional sekaligus sebagai solusi agar terjadi faham radikal bahkan intoleran. Wasathiyyah Isla  bukanlah ajaran baru atau ijtihad baru yang muncul di abad 20 Masehiatau 14 Hijriyah, tetapi wasathiyyah  Islam atau moderisasi Islam telah ada seiringnya wahyu dan munculnya Islam di muka Bumi.

   Wathiyyah dapat disebut sebagai Islam yang moderat, dalam artian wasathiyyah merupakan moderisasi beragama dalam Islam, wasathiyyah itu merupakan suatu kata bahasa Arab yang mempunyai arti moderisasi. Arti wasathiyyah sendiri merupakan sikap yang menuntut seseorang untuk melakukan dua hal, yaitu pengetahuan dan menahan emosi. ( penjelasan Islam Wasathiyyah Menurut Ulama, 2020)

   Ibnu ‘Asyur mendefinisikan kata “wasath” dengan dua makna. Pertama, definisi menurut etimologi, kata wasath berarti sesuatu yang ukurannya sebanding. Kedua, definisi menurut terminologi bahasa, makna wasatha adalah nilai-nilai Islam yang dibangun atas dasar pola pikir yang lurus dan pertengahan, tidak berlebihan dalam hal tertentu.

   Islam Wasathiyyah yakni Islam tengah diantara dua titik ekstrem yang saling berlawanan, yaitu antara taqshir ( meremehkan ) dan Ghuluw ( Berlebih - lebihan ), atau antara liberalisme dan radikalisme. Islam wasathiyyah dikenal dengan Islam moderat, adalah Islam yang cinta damai, toleran, menerima perubahan demi kemaslahatan, perubahan fatwa karena situasi dan kondisi, dan perbedaan penetapan hukum karena perbedaan kondisi dan psikologi seseorang adalah adil dan bijaksana.

   Istilah wasathiyah ini biasanya digunakan dengan menggunakan dasar dalil dari Q.S AlBaqarah: 143 sebagai berikut:

وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌوَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًا ۗ وَمَا جَعَلْنَا الْقِبْلَةَ الَّتِيْ كُنْتَ عَلَيْهَآ اِلَّا لِنَعْلَمَ مَنْ يَّتَّبِعُ الرَّسُوْلَ مِمَّنْ يَّنْقَلِبُ عَلٰى عَقِبَيْهِۗ وَاِنْ كَانَتْ لَكَبِيْرَةً اِلَّا عَلَى الَّذِيْنَ هَدَى اللّٰهُ ۗوَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُضِيْعَ اِيْمَانَكُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ بِالنَّاسِ لَرَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ)  ١٤٣(

Artinya :

   Demikian pula Kami telah menjadikan kamu (umat Islam) umat pertengahan40) agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Nabi Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu. Kami tidak menetapkan kiblat (Baitulmaqdis) yang (dahulu) kamu berkiblat kepadanya, kecuali agar Kami mengetahui (dalam kenyataan) siapa yang mengikuti Rasul dan siapa yang berbalik ke belakang. Sesungguhnya (pemindahan kiblat) itu sangat berat, kecuali bagi orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah. Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada manusia.

   Penguatan Islam wasathiyyah penting, bukan hanya untuk membangun harmoni dengan negara, tetapi sekaligus guna menangkal ekstrimisme, radikalisme, dan terorisme yang sering mengatasnamakan agama. Wasathiyyah juga memiliki prinsip yaitu, 

  • Tawasuth, (mengambil jalan tengah )
  • Tawazun ( berkeseimbangan ) 
  • I'tidal ( lurus dan tegas ) 
  • Tasamuh ( toleransi ) 
  • Musawah ( egaliter )
  • Syura ( musyawarah )
  • Ishlah ( reformasi ) 
  • Aulawiyah ( mendahulukan yang prioritas )
  • Tathawwur wa ibkar (  dinamis dan inovatif), dan
  • Tatadhdhur (berkeadaban ).

   Hubungan pendidikan Islam dengan wasathiyyah, pendidikan dapat menjadi penguat Islam wasathiyyah atau moderat, dan berperan dalam menetralisir radikalisme moral dan intelektual yang menjadi benih kekerasan. Pendidikan Islam menghantar seseorang menjadi shaleh secara individual, tetapi juga shaleh secara sosial. Kesalehan sosial erat kaitannya dengan konsep Islam wasathiyyah yakni bersikap inklusif dengan menerapkan beberapa prinsip dan suatu nilai - nilai.       

   Tujuan pembuatan kebijakan penguatan wasathiyyah ( moderisasi beragama ) pada dasarnya untuk mewujudkan ketertiban dalam masyarakat beragama, melindungi hak- hak pemeluk agama dalam menjalankan kebebasan beragama, mewujudkan ketentraman dan kedamaian dalam kehidupan keagamaan serta untuk mewujudkan kesejahteraan umat beragama.  Tujuan kita perlu moderisasi beragama yaitu sebagai solusi agar dapat menjadi kunci penting untuk menciptakan kehidupan keagamaan yang rukun, harmoni, damai, serta menekankan keseimbangan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, maupun kehidupan secara keseluruhan. Tiga alasan kita perlu moderisasi :

  1. Pertama, salah satu esensi kehadiran agama adalah untuk menjaga martabat manusia sebagai makhluk mulia ciptaan Tuhan, termasuk menjaga untuk tidak menghilangkan nyawanya.
  2. Kedua, ribuan tahun setelah agama-agama lahir, manusia semakin bertambah dan beragam, bersuku-suku, berbangsa-bangsa, beraneka warna kulit, tersebar di berbagai negeri dan wilayah. Seiring dengan perkembangan dan persebaran umat manusia, agama juga turut berkembang dan tersebar. Karya-karya ulama terdahulu yang ditulis dalam bahasa Arab tidak lagi memadai untuk mewadahi seluruh kompleksitas persoalan kemanusiaan.
  3. Ketiga, khusus dalam konteks Indonesia, moderasi beragama diperlukan sebagai strategi kebudayaan kita dalam merawat keindonesiaan. Sebagai bangsa yang sangat heterogen, sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewariskan satu bentuk kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang telah nyata berhasil menyatukan semua kelompok agama, etnis, bahasa, dan budaya. Indonesia disepakati bukan negara agama, tapi juga tidak memisahkan agama dari kehidupan sehari-hari warganya. Nilai-nilai agama dijaga, dipadukan dengan nilai-nilai kearifan dan adat-istiadat lokal, beberapa hukum agama dilembagakan oleh negara, ritual agama dan budaya berjalin berkelindan dengan rukun dan damai.

    Wasathiyah atau moderisasi Islam saat ini telah menjadi arah atau aliran pemikiran Islam, melihat kondisi umat Islam yang selalu menjadi tertuduh dalam setiap peristiwa kekerasan yang dilakukan oleh personal muslim yang tidak memahami karakter dan ajaran Islam.  Islam sebagai agama yang  populer dengan ajaran wasathiyyah nya apabila mampu diimplementasikan secara tepat, maka akan menciptakan rahmatan lil’ alamin yang mengantarkan pada kedamaian, inklusif, toleran, kerukunan, keharmonisan, dan kemajuan bagi seluruh umat.





Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun