Pendahuluan
Dalam era modern yang semakin dipenuhi dengan tekanan sosial dan tantangan emosional, insecure atau rasa tidak percaya diri telah menjadi fenomena yang umum, terutama di kalangan generasi muda. Banyak individu merasa terjebak dalam standar sosial yang diciptakan oleh media, masyarakat, dan lingkungan sekitar, yang sering kali membuat mereka kehilangan rasa syukur atas apa yang dimiliki. Rasa Insecure kerap kali muncul dalam berbagai aspek kehidupan, misalnya dalam pekerjaan, hubungan sosial, bahkan penampilan fisik. Perasaan Insecure ini dapat menghalangi kesejahteraan emosional dan mengurangi kualitas hidup seseorang (Melinsi et al. 2024). Dalam konteks keagamaan, rasa syukur merupakan salah satu nilai utama yang diajarkan dalam Islam sebagai cara untuk mencapai ketenangan batin dan kedekatan dengan Tuhan. Namun, problematika muncul ketika nilai syukur ini semakin sulit diterapkan dalam kehidupan modern, yang cenderung individualistik dan materialistik, sehingga menimbulkan kesenjangan antara ajaran agama dan realitas masyarakat saat ini.
Berbagai literatur telah membahas pentingnya syukur dalam menghadapi insecure. Namun, kebanyakan penelitian masih berfokus pada aspek teoritis tanpa memberikan solusi praktis yang dapat diterapkan secara luas. misalnya dalam memberikan gambaran yang komprehensif tentang makna syukur yang meliputi penerimaan nikmat Allah dengan penuh kebahagiaan, rasa cukup, dan mengekspresikan syukur melalui lisan, hati, dan perbuatan (Akmal dan Masyhuri 2018). Mengandalkan rasa syukur sebagai satu-satunya solusi juga dikritik karena dianggap terlalu simplistik, mengingat insecure sering kali melibatkan faktor-faktor kompleks, seperti perbandingan sosial, pengalaman masa lalu, atau bahkan masalah kesehatan mental (Rohim, Rahmadyani, dan Wulan 2023). Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menawarkan perspektif unik yaitu dengan memadukan nilai spiritual Islam berbasis tasawuf dengan pendekatan ilmiah modern.
Berbeda dari penelitian sebelumnya yang cenderung hanya berfokus pada satu dimensi pembahasan, penelitian ini menawarkan terapi psikologis untuk menangani perasaan insecure dengan cara syukur. Pertama, syukur memiliki potensi untuk menghilangkan perasaan insecure yang dilarang dalam kehidupan (Qolbiah, Prasetiawati, dan Amin 2019). Kedua, bersyukur dapat mengurangi gejolak emosi negatif dalam diri seseorang, seperti perasaan tidak aman, depresi, stres, dan gangguan mental lainnya (Hakim, Sajjad Baaly, dan Bakar Yamani 2024). Ketiga, memberikan gambaran bahwa orang yang bersyukur akan memiliki perilaku sosial yang baik (Akmal dan Masyhuri 2018). Dengan demikian, syukur bisa menjadi solusi untuk menghadapi tantangan emosional di zaman modern ini, namun perlu di sandingkan dengan pendekatan ilmiah untuk membantu menjelaskan mekanisme psikologis di balik syukur dan juga untuk memahami lebih dalam tentang bagaimana syukur berinteraksi dengan faktor-faktor lain seperti kebiasaan berpikir positif, regulasi emosi, dan cara kita merespons tantangan hidup.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengeksplorasi konsep syukur dalam perspektif tasawuf serta hubungannya antara syukur dan perasaan insecure, kemudian juga untuk menggali bagaimana konsep syukur tersebut dapat diaplikasikan sebagai terapi psikologis untuk mengurangi perasaan insecure. Terakhir penelitian ini akan menjelaskan implikasi syukur sebagai terapi psikologis dalam konteks kehidupan modern. Dengan demikian, penelitian ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk mengatasi perasaan insecure yang sering muncul di tengah kehidupan modern yang konsumeris dan materialistik ini.
Daftar Pustaka:
Akmal, dan Masyhuri. 2018. “Konsep Syukur.” Jurnal Komunikasi dan Pendidikan Islam 7 (2): 1–22.
Hakim, Lukman, Ali Sajjad Baaly, dan Abu Bakar Yamani. 2024. “Syukur Sebagai Pencegah Insecure Perspektif Abu Hamid Al Ghazali.” Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin Volume 26 Nomor 1, April 2024 https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/substantia 26 (April): 26–43. https://doi.org/10.22373/substantia.v26i1.22711.
Melinsi, Ami Kurnia, Lidia Lestari, Olyvia Chairunnisa Dzikra, dan Revandi Hadikusuma. 2024. “Mengubah Insecure Menjadi Bersyukur.” ISTISYFA: Journal of Islamic Guidance and Counseling 2 (3): 379–90. https://doi.org/10.29300/istisyfa.v2i3.2446.
Qolbiah, Lathifatul, Eka Prasetiawati, dan Muhammad Nur Amin. 2019. “Larangan Insecure Dalam Kehidupan (Studi Tafsir Tematik).” Al-IKTIAR: Jurnal Studi Islam.
Rohim, Abdal, Cahya Galuh Rahmadyani, dan Nur Wulan. 2023. “Hubungan Antara Rasa Syukur Dengan Tingkat Insecure Pada Remaja Di Sma Negri 1 Kuningan Tahun 2023.”