Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah seorang tokoh besar dalam dunia tasawuf yang dikenal dengan kedalaman ilmu dan keteguhannya dalam menjalani kedekatan kepada Allah. Lahir pada tahun 1077 M di daerah Jailan, Persia (sekarang bagian dari Iran), beliau adalah seorang wali, ulama, dan pendiri tarekat Qadiriyah.
Di sepanjang hidupnya, Syekh Abdul Qadir mengabdikan diri untuk menuntut ilmu dan menyebarkan ajaran yang menekankan pada kedekatan dengan Tuhan. Karya-karya beliau, salahsatunya adalah kitab Futuh al-Ghaib. Futuh al-Ghaib adalah salah satu kitab monumental yang berisi ajaran tasawuf, yang memuat bunga rangkaian dari nasihat-nasihat Tuan Syeikh Abdul Qadir. Salah satu ajaran tasawuf yang diajarkan oleh Syekh Abdul Qadir adalah Sabar. Sabar adalah tidak mengeluh karena musibah yang menimpa kita kecuali mengeluh kepada Allah.
Menurut syekh 'Abd al-Qadir Jailani, sabar ada tiga macam, yaitu:
1. Bersabar kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya
Menaati perintah Allah itu meliputi dua hal. Pertama, ambillah sarana penghidupan duniawi sebatas keperluanmu dan hindarilah segala kesenangan jasmani. Rampungkan semua tugasmu, dan ikatlah dirimu pada segala upaya untuk menghalau dan menghindari segala dosa, baik yang nyata maupun yang tersembunyi. Kedua, kaitkan dirimu dengan segala perintah tersembunyi, yakni perintah yang untuknya Allah tidak memerintahkan hamba-Nya dan tidak pula melarangnya. Perintah seperti ini berkaitan dengan hal-hal yang tidak ada ketetapan hukum yang jelas tentangnya;
Ketika mendapatkan ilham atau gagasan yang muncul dalam pikiran, kita harus berhati-hati dan tidak terburu-buru untuk bertindak, terutama jika tindakan tersebut tidak memiliki dasar hukum yang jelas dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Sebelum melaksanakan tindakan tersebut, penting untuk menilai apakah hal itu sesuai dengan prinsip-prinsip syariat, yakni dengan memastikan bahwa tidak ada larangan atau pembolehan dalam agama terkait tindakan tersebut. Jika tidak ditemukan ketetapan yang jelas, kita harus bersabar dan menunda pelaksanaannya, atau bisa jadi ilham itu dapat dipahami oleh para wali atau orang-orang yang arif. Oleh karena itu, jangan terburu-buru untuk melaksanakan ilham tersebut, karena kita tidak tahu akibat, tujuan, atau bahaya yang tersembunyi di baliknya. Bersabarlah hingga Allah yang mengatur tindakan tersebut, karena jika dilakukan sesuai dengan kehendak-Nya, tindakan itu akan membawa kepada maqam yang lebih tinggi dan cobaan yang dihadapi akan dapat dilewati dengan selamat.
2. Bersabar bersama Allah, yaitu bersabar terhadap ketetapan Allah dan perbuatan-Nya terhadapmu dari berbagai macam kesuliatan dan musibah.
Pada hakikatnya musibah yang menimpammu bukanlah untuk manghancurkanmu, melainkan untuk mencobamu, meneguhkan imanmu, mengokohkan pilar-pilar keyakinanmu, dan memberimu secara ruhani kabar baik dari-Nya tentang kehendak-Nya atasmu. Firman Allah dalam Quran Surat Muhammad ayat 31 “Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kalian agar kamu mengetahui orang yang bersungguh-sungguh dan bersabar di antaramu; dan akan kami nyatakan hal ihwal karenamu.”
Allah menguji hamba-Nya yang beriman sesuai dengan kadar keimananya. Semakin kuat keimanan seseorang, semakin besar pula cobaannya. Cobaan yang dihadapi seorang rasul lebih besar daripada seorang nabi, karena iman rasul lebih tinggi daripada iman seorang nabi. Cobaan yang dihadapi seorang nabi lebih besar daripada cobaan seorang badal. Cobaan seorang badal lebih besar daripada cobaan seorang wali. Setiap orang diuji sesuai dengan tingkat keimanan dan keyakinannya.
Dalam kehidupan ini kita tidak akan pernah terlepas dari dua keadaan yakni kebahagiaan dan musibah. Tugas kita adalah bersabar dan bersyukur dalam keadaan bagaimanapun. Ketika Tuhan memberikan takdir berupa musibah maka jangan pernah tunjukan kegundahanmu kepada siapapun, jangan pula salahkan Tuhan dalam benakmu apalagi meragukan kebijaksanaan-Nya, tetapi Yakinlah bahwa pilihan-Nya adalah yang terbaik bagimu dalam kehidupan di dunia dan akhirat. Jangan lari kepada siapa pun untuk mendapatkan jalan keluar, karena dengan begitu berarti kau menyekutukan-Nya.
Semua musibah pasti akan berlalu, seperti berlalunya kegelapan malam berubah cerahnya siang, berlalunya musim dingin karena datangnya musim semi, dan segala sesuatu ada pasangan dan lawannya. Ada awal dan akhir bagi segala sesuatu di dunia ini. Maka, kesabaran adalah kuncinya dan jaminannya adalah kebahaagiaan.