Waktu itu Aku masih duduk di kelas 1 SMA semester awal. Di Sekolahku ini diwajibkan untuk mengikuti kegiatan Pramuka selama satu semester bagi anak baru, dan kegiatan itu diadakan setiap hari sabtu. Entah kenapa rasanya tiap hari sabtu malas sekali pergi ke Sekolah, bukan malas belajarnya tapi malas mengikuti kegiatan pramukanya, dan inilah “penyiksaan” yang sesungguhnya. Aku sebut penyiksaan karena banyak hal yang sangat tidak Aku sukai seperti setiap kegiatan berbaris dilakukan dengan menggunakan hitungan. Waktu itu Aku sempat berpikir buat apa kakak-kakak musti cape-cape berhitung hanya untuk membariskan adik-adiknya, dan sungguh sangat menyiksa, panas-panas harus lari ke lapangan untuk berbaris, tapi tanda disadari hal itu membuat kita disiplin. Kegiatan tersebut dilakukan setiap hari sabtu. Rutinitasnya adalah Kakak-kakak bantara menunggu kami di depan ruang kelas, dan menyuruh dengan suara berteriak sambil berhitung agar kami cepat-cepat berbaris untuk apel siang, bagi anak yang lelet akan kena marah.
Karena masih anak baru dan masih takut melakukan kesalahan, kami sontak lari berhamburan dari tiap kelas menuju lapangan. Tidak cukup hanya berteriak dan menghitung, ketika sampai di lapanganpun ada petugas lain yang membariskan kami sebelum apel dimulai. Dengan memasang wajah yang “menyeramkan” kakak-kakak ini membariskan kami dan tanpa berkata mereka langsung menyenggol jika melihat barisan yang tidak rapi. Aku juga pernah kena senggol dan kesalnya luar biasa, kenapa harus dengan cara seperti itu, apa tidak ada cara yang lebih baik? Dalam pikiranku waktu itu.
Setelah apel siang selesai, kakak bantara kembali berteriak dan berhitung supaya kami cepat-cepat masuk ke kelas untuk menerima materi dari kakak-kakak lainnya. Mau tidak mau kita harus tetap mengikuti. Setiap hari sabtu selama enam bulan begitu dan begitulah kegiatan kami sebagai siswa baru yang diwajibkan ikut pramuka.
Diakhir kegiatan ada acara Kemping Besar sebagai tanda berakhirnya kegiatan pramuka selama satu semster itu. Kempingnya cukuplah tidak terlalu dekat dan tidak terlalu jauh masih dalam kabupaten.Hal yang paling berkesan saat kemping itu adalah ketika penjelajahan malam atau ada juga yang menyebutnya jurit malam. Waktu itu pembina meminta kepada setiap kelas untuk dibagi menjadi empat kelompok, dua kelompok putra dan dua kelompok puteri. Waktu itu Aku satu kelompok dengan Hesti, Ira, Fira, Ruri, Nia dan Ratna, sekelompok yang kurang pemberani dan sedikit penakut. Tiap kelompok menunggu dipanggil oleh pembina, dan kelompok kami giliran pemberangkatan ke-20. Disela-sela waktu menunggu itu Kakak-kakak pembimbing meminta kami untuk membuat yel-yel karena disetiap pos pasti diminta yel-yel.
Setelah menunggu kurang lebih selama 1 jam tibalah giliran kami berangkat. Tapi sebelum berangkat para alumni meminta kami supaya berhati-hati dan jangan heran jika melihat hal-hal yang aneh karena katanya tepat seminggu yang lalu ada seorang gadis penunggu kebun teh yang meninggal karena diperkosan terus dibunuh dan kadang suka menampakkan dirinya. Kami langsung terkejut dan merinding ketika mendengar pesan yang terakhir. Tidak disebutkan seperti itu saja sudah muncul hal-hal yang menyeramkan dibenak apalagi disebutkan seperti itu, makin berdirilah bulu kudukku, ditambah lagi kami hanya dibekali sepotong kecil lilin dan 1 batang korek api serta tidak bileh membawa senter, sungguh sangat dahsyat. Sempat terpikir oleh ku, sungguh biadab orang yang melakukan itu, tapi apakah benar gadis penunggu kebun teh itu benar-benar ada? Masa sih pembina memilih tempat yang pernah terjadi tindak kriminal dalam waktu dekat? Tapi tetap saja merinding mendengar cerita itu.
Setelah alumni mempersilakkan kami untuk berangkat, dengan berjalan saling berpegangan kami berdo’a sebisa mungkin untuk mengusir rasa takut. Baru saja menempuh perjalanan kurang lebih lima menit, disemak-semak kami mendengar suara geraman seperti suara harimau, sontak Aku dan Fira menjerit. Aku memegangi tangan Hesti sangat erat sampai dia kesakitan dan malah tertawa, tapi Nia malah bertanya “Naon Kang beut ngagerem?”. Sebenarnya Aku juga tahu itu pasti kakak kelas, tapi karena kaget jadinya menjerit. Kami terus melanjutkan perjalanan sambil berdo’a, Aku jadi ingat pesan Nenek, “Omat Cu, teu kenging hilap maca ayat kursi salami di tempat kemping teh, sing seueur emut ka Gusti”. Aku baca ayat kursi, tapi ketika ditengah ayat Aku lupa apa lanjutannya, Aku tanya Hesti dia melanjutkan, Aku lanjutkan lagi. Ketika membaca dari awal lagi pas ditengah ayat lupa lagi, akhirnya kami semua jadi tertawa, karena takut ayat kursipun jadi lupa. Huaaaaaaaahhhhh . . dasaaaaarr.
Dan seharusnya kami tidak perlu takut karena di belakang kami ada kelompok putera yang berisik meneriakkan yel-yelnya, mungkin itu salah satu cara mereka supaya suasana tidak terlalu mencekan. Aku jadi suka tertawa sendiri kalau ingat hal itu. Ayat kursi yang biasa Aku baca sebelum tidur sampai lupa kelanjutannya apa. Malu-maluin saja diriku.
Setelah tiga hari dua malam di tempat kemping, kami tiba di sekolah lagi kira-kira pukul 10 pagi dan tanpa dikomando kami langsung bubar pulang, karena sudah tidak kuat ingin cepat-cepat tidur.
Sesampainya di rumah, tanpa diduga Ibu telah menyiapkan makanan kesukaanku, rasanya dunia jadi miliku sendiri, yang lain ngontrak deeeehhh. Cape pulang kemping langsung disediakan makanan kesukaan, ibuku memang the best deh. Selesai makan Aku tidak segera mengganti baju, rasa kantuk menyerangku, Aku tiduran di kursi sambil menonton TV dan akhirnya Aku tertidur.
Lalu, apa yang didapat dari Pramuka? Banyak hal yang didapat dan terasanya saat kegiatannya sudah berakhir, saat naik kelas dan menyaksikan adik-adik kelas yang juga diwajibkan pramuka di semester pertamanya. Aku dan teman-teman yang punya cerita tersendiri dengan Pramuka, pengalaman-pengalaman yang saat dialami sangat menyebalkan tapi ketika dikenang justru sangat menyenangkan dan membuat rindu suasana seperti itu. Kebersamaan, nyanyian, canda tawa, harap-harap cemas, pokoknya semua jadi satu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H