Kabel utilitas menjadi salah satu perhatian di Indonesia. Pasalnya, banyak kabel utilitas yang keberadaannya dapat mengganggu aktifitas. Jalinan kabel udara yang ruwet sebenarnya membuat nilai estetika suatu tempat menjadi berkurang ditambah jikalau kabelnya terkelupas sampai memicu korsleting atau mengalami gangguan karena tersangkut truck jadi membahayakan juga.Â
Kabel tenaga listrik ini semakin hari semakin banyak dan menumpuk apalagi banyak ditemui juga kabel yang tampak menonjol di permukaan trotoar, hal tersebut mengancam pejalan kaki juga jika tidak waspada. Tapi jika kita lihat kebanyakan kabel yang membuat semrawut ini lebih banyak kabel fiber optik dari provider internet dengan memasang asal-asalan, ditemukan pula kabel yang sudah tidak berfungsi yang hanya menempel ke tiang listriknya saja membuat lingkungan kurang enak dilihat.
Di Indonesia sendiri salahnya memang pertama kali sejak pemasangan tiang di lokasi yang kurang tepat, terkadang memakan bahu jalan yang membahayakan pengendara, pembuatan manhole yang terkadang membuat kesal pejalan kaki karena saat masa pengerjaannya akses di tutup semetara lalu sesudah di kerjakan penutupan lubangnya serampangan yang membuat trotoar tidak rapi bahkan fasilitas untuk penyandang disalibitas pun ikut hilang. Kesengajaan menaruh kabel yang disembunyikan dalam got juga yang dapat menghambat aliran limpasan air saat hujan membuat drainase air tersendat.
Lalu mengapa tidak mencoba menggunakan kabel utilitas bawah tanah di Indonesia?
Ada beberapa alasan yang menjadi pertimbangan mengapa Indonesia masih memakai kabel listrik udara yaitu karena biayanya lebih murah, perbaikan yang lebih mudah dan meminimalisir resiko banjir namun penggunaan kabel listrik udara ini kemungkinan dalam mengalami kerusakan akibat cuaca ekstrem atau resiko keselamatan menjadi lebih besar jika perawatannya dibiarkan begitu saja.
Untuk penggunaan kabel bawah tanah memang lebih efektif dalam meningkatkan nilai estetika kota tapi jika dipertimbangkan lebih lanjut penggunaan kabel bawah tanah ini tentunya memerlukan dana (pemutahiran infrastruktur) yang tak sedikit ditambah lagi jika memang akan diterapkan membuat kerja dua kali lipat karena bongkar pasang dan pengamanan kabel agar tetap berfungsi perlu perhatian khusus. Belum lagi menentukan jalur tanah yang aman, menggali hingga menanamnya, rumit dan hal ini dapat mengganggu aktivitas masyarakat karena waktu yang dibutuhkan lumayan panjang dan butuh rencana yang matang jika memang Indonesia ingin beralih ke sistem kabel listrik bawah tanah.
Memang sih, kabel listrik bawah tanah ini tahan cuaca, minim radiasi magnetic, lebih awet dan unggul dari segi estetika namun dalam hal lain penerapannya perlu pertimbangan yang besar dan komunikasi dengan masyarakat atau kesepakatan bersama secara efektif. Karena pemasangan kabel bawah tanah ini jika terjadi gangguan bersifat permanen dan tidak fleksibel dalam perubahan jaringan, biaya yang mahal, waktu penanggulangan yang lama juga kondisi lingkungan yang memungkinkan untuk kbel bawah tanah ini bisa diterapkan perlu diskusi panjang tidak asal-asalan. Â Untuk itu, tidak ada salahnya dalam penggunaan kabel listrik udara ataupun bawah tanah keduanya sama-sama beresiko dan perlu perawatan yang benar agar jangan sampai membahayakan lingkungan sekitar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H