Indonesia terletak di atas tiga lempeng tektonik aktif yaitu lempeng Eurasia, lempeng Pasifik dan Lempeng Indo Australia. Â Jika salah satu lempeng ini saling bertabrakan atau saling bergerak menjauh maka resiko akan terjadinya gempa semakin tinggi. Terdapat beberapa daerah yang rawan akan gempa di Indonesia salah satunya Pulau Sumatera, Jawa, Sulawesi, Papua, Maluku, Bali dan Nusa Tenggara. Pulau Jawa sendiri khususnya di Jawa Barat memiliki potensi gempa besar akibat dari adanya jalur Sesar Lembang. Lalu apakah itu sesar lembang mengapa resiko akan terjadinya gempa sangat besar dan selalu menjadi pebincangan di kalangan netizen? Mari kita telisik keberadaannya.
Sesar lembang merupakan salah satu patahan geser aktif yang teletak di Jawa Barat sekitar 10 km arah utara Kota Bandung yang berada tepat di Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dan membentang dari Padalarang hingga Jatinangor dengan jarak kurang lebih 29 km juga terdapat pertemuan dengan sesar cimandiri di sekitaran Padalarang. Akibat pertemuan antar sesar ini yang berisiko akan terjadinya gempa besar ketika aktif. Tiap tahunnya Sesar lembang ini memiliki kecepatan gerak yang naik cukup signifikan dari 2 mm- 5 mm per tahunnya. Untuk memantau kecepatan pergerakannnya dilakukan dengan menggunakan metode GPS (Global Positioning System) dengan cara memasang GPS di beberapa titik lokasi terpilih kemudian setiap periodiknya ditentukan koordinatnya menggunakan metode survei GPS dan dari pola serta kecepatan perubahan koordinat ini dimodelkan secara matematis untuk mengetahui aktivitasnya.
Potensi gempa yang dihasilkan dari sesar lembang ini diperkirakan menimbulkan kekuatan yang cukup tinggi dengan magnitude 6-7 dan dapat beimbas pada kerusakan yang cukup parah. Menurut peneliti, tercatat terdapat dua sejarah kejadiain gempa sesar ini yang terjadi pada abad ke-60 SM dan abad ke-15 namun hal ini belum diketahui interval kejadiannya yang pasti hal yang sudah disimpulkan hanya saja sesar lembang saat ini telah memasuki akhir siklus gempanya dan hanya mulai mengeluarkan energy yang tersisanya saja, meskipun begitu dampak yang ditimbulkan cukup banyak. Untuk itu sesar lembang ini perlu diwapadai agar dampaknya dapat diminimalisir karena memang fase pelepasan energy dan siklus terjadinya gempa antara 170-670 tahun.
Memang setiap sesar yang ada di Jawa Barat ini berpotensi menimbulkan gempa akan tetapi sifatnya independen yang berarti tiap sesar yang ada menjadi sumber gempa kecil dan kemungkinan memengaruhi pergerakan sesar lainnya sangat kecil. Kalau pun ada dua sesar yang jaraknya dekat maka kekuatan pergerakan salah satu sesarnya besar dan ada kemungkinan bisa memicu pergerakan segmen atau bagian lain. Karena potensi gempa bumi akibat sesar lembang ini bisa datang sewaktu-waktu dan tidak dapat diprediksi kedatangannya maka dilakukan upaya mitigasi bencana daerah agar masyarakat yang tinggal di jalur dan zona yang dilewati sesar lembang ini dapat selalu waspada dan meningkatkan pemahaman akan hal yang perlu dipersiapkan dan dihindari saat gempa terjadi. Tujuannya untuk meminimalisir resiko besar dan proses evakuasi yang aman juga lancar.
Sesar lembang memang sewaktu-waktu akan terjadi tapi tak perlu dipikirkan cukup waspada dan ikuti arahan saat mitigasi bencana berlangsung agar saat benar-benar terjadi siap akan banyak hal yang perlu dilakukan. Tak perlu panik, cukup tenang dan waspada saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H