Mohon tunggu...
Sinta Nur Riski
Sinta Nur Riski Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiwa

Nim 43120010022 Mata kuliah Etika dan Hukum Bisnis Dosen pengampu Apollo Prof.Dr,M.Si.Ak Universitas MercuBuana

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kuis 7 - Memahami Gagasan Teori Perjuangan Kelas

18 April 2022   00:29 Diperbarui: 18 April 2022   00:41 1075
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Perjuangan Kelas merupakan gagasan Karl Marx yang menunjukkan konflik antara kaum borjuis dan proletariat yang tidak dapat dihindari dalam masyarakat kapitalis. Seperti dikatakan oleh Paul Doyle Johnson dalam bukunya Teori Sosiologi Klasik Dan Modern yang diterjemahkan oleh Robert M. Z. Lawang (1986) bahwa Karl Marx bukanlah orang pertama yang menemukan kelas sosial dalam masyarakat. Meskipun dia sendiri sering menggunakan konsep itu, namun dia tidak memberikan analisa yang sistematis dan komprehensif tentang itu. Walaupun konsep kelas begitu meluasnya ke hampir seluruh tulisan-tulisan pokoknya, perlu dikatakan bahwa dia melihatnya sebagai kategori yang paling mendasar dalam struktur sosial.
Jadi sebenarnya Marx tidak secara jelas mendefinisikan konsep kelas tetapi dia lebih kepada memaparkan situasi dan kondisi yang terjadi pada masa tersebut yang diamatinya. Kelas-kelas sosial muncul menurut Doyle (1986: 146) sangat erat kaitannya dengan konsep Marx mengenai materialisme historis. Di mana kemampuan manusia untuk memenuhi berbagai kebutuhannya tergantung pada terlibatnya mereka dalam hubungan sosial dengan orang lain untuk mengubah lingkungan materi melalui kegiatan produktifnya. Menurut Marx, kelas-kelas akan timbul apabila hubungan-hubungan produksi melibatkan suatu pembagian tenaga kerja yang beraneka ragam, yang memungkinkan terjadinya surplus produksi sehingga merupakan pola hubungan memeras terhadap masa para memproduksi. Dengan demikian dapat disimpulkan dari pemikiran Marx bahwa kelas-kelas sosial akan muncul karena faktor ekonomi terutama kepemilikan dan ketiadapemilikan alat produksi dan hubungan-hubungan sosial dalam produksi. Kutipan dari The Communist Manifesto di pendahuluan dengan jelas menegaskan model dua kelas dalam masyarakat, meskipun Marx tidak selalu konsisten dalam hal ini. Dalam satu bagian dari Das Kapital jilid ketiga, Marx mulai dengan suatu penjelasan yang sistematis mengenai konsep kelas itu, di mana dia mengidentifikasikan tiga kelas utama dalam masyarakat kapitalis: buruh upahan, kapitalis, dan pemilik tanah. Kelas-kelas ini dibedakan terutama karena perbedaan-perbedaan dalam sumber-sumber pendapatan pokok, yakni upah, keuntungan dan sewa tanah. Tetapi ide bahwa masyarakat-masyarakat kapitalis di masa Marx hidup ada pada proses gerak menuju sistem dua kelas saja, juga dikemukakannya dalam The Communist Manifesto: "Masyarakat sebagai satu keseluruhan menjadi semakin terbagi dalam dua kelompok besar yang saling bermusuhan ke dalam dua kelas yang saling berhadapan secara langsung: Borjuis dan Proletariat". Untuk lebih jelasnya mengenai dua istilah kelas tersebut akan dijelaskan di bawah ini:
1. Kelas Borjuis (Bourgeoisie)
"The Bourgeoisie is the particular name for the capitalist in the modern economy. They own the means of production and employ wage labor..." (Ritzer & Goodman). Istilah Borjuis (Bourgeoisie) lebih sering dan lebih praktisnya diartikan sebagai kelas yang memiliki alat produksi. Dalam masyarakat kapitalis, kelas yang paling dominan adalah kelas borjuis. Kelas borjuis dikutip dalam Doyle (1986: 148) dapat dibagi lagi ke dalam borjuis yang dominan dan borjuis kecil.
a). Borjuis yang dominan terdiri dari kapitalis-kapitalis besar dengan perusahaan raksasa yang memperkerjakan banyak buruh. Di antara kapitalis-kapitalis yang dominan, juga dapat dibedakan antara kapitalis uang dan kapitalis industri (David McCellan, "karl Marx", 1975: 44);
b). Borjuis kecil dapat terdiri dari pengusaha-pengusaha toko, pengrajin-pengrajin kecil, dan semacamnya, yang kegiatan operasinya jauh lebih kecil.
2. Kelas Proletar (Proletariat)
"Proletariat are workers who sell their labor and who do not own their oen means of production. They do not own their own tools or their factories, but Marx (1867/1967: 714-15) further believed that the proletariat would even lose their own skills as they increasingly just Service the machines which had the workers skillsn built into them. Because the proletariat Produce only for exchange, they are also consumers..." (Ritzer & Goodman). Proletariat merupakan suatu kelas yang memiliki mata rantai yang radikal; proletariat merupakan suatu lingkungan masyarakat yang mempunyai suatu sifat universal, karena penderitaan universalnya, yang tidak menuntut satu hak khusus pun karena ketidak tidak ada kesalahan khusus namun malah kesalahan tanpa syarat yang dibebankan kepadanya. Proletariat melokalisasi diri di dalam dirinya sendiri semua keburukan yang paling dahsyat dalam masyarakat. Proletariat hidup dalam kondisi kemiskinan alamiah yang diakibatkan oleh kekurangan sumber-sumber daya, akan tetapi merupakan hasil buatan organisasi kontemporer dari produksi industri. Sebab proletariat merupakan penerima dari ketidakrasionalan dalam masyarakat yang terkonsentrasi, akibatnya ialah emansipasi proletariat pada saat yang sama juga merupakan emansipasi masyarakat dalam keseluruhannya.
Dari kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa proletariat itu merupakan kelas yang masyarakatnya tidak memiliki alat produksi yang tertindas sehingga Ia hanya bisa menjadi buruh bagi kaum pemilik modal atau alat produksi. Seperti dikutip Doyle dalam Tucker bahwa dalam masyarakat kapitalis masih terdapat kategori proletar selain buruh proletar yang tingkat upahnya di bawah buruh proletar yaitu kategori dropout dan neer-do-wells yang Marx istilahkan sebagai Lumpen proletariat (proletariat yang tidak laku); kategori ini mencakup "pencuri, penjahat dari segala jenis, yang hidup dari remah-remah masyarakat, pedagang tak menentu, gelandangan, tunawisma. Sebenarnya Marx tidak hanya terpaku kepada model dua kelas ataupun tiga kelas saja, tetapi Marx berpandangan tentang struktur sosial yang terus menerus mengalami perubahan dan variasi dalam periode sejarah yang berbeda-beda mengakibatkan munculnya model-model kelas baru terutama dikelas sekunder atau menengah. Seperti analisis Marx dalam karyanya Class Struggle In France yang dikutip oleh Lefebvre (121) di situ Marx mengelompokkan masyarakat ke dalam tujuh kelas yang berbeda-beda yaitu: "Borjuis pemodal, Borjuis Industri, Pedagang, Borjuis Kecil, Petani, Kaum Proletar, Proletar yang tidak laku.Seluruh pemikiran Karl Marx berdasarkan tanggapan bahwa pelaku utama dalam masyarakat adalah kelas-kelas social. Teori kelas bukanlah sebuah teori eksplisit, melainkan melatarbelakangi uraian Marx tentang hukum perkembangan sejarah, tentang kapitalisme dan tentang sosialisme. Kelas social adalah golongan dalam masyarakat yang di tentukan oleh posisi tertentu dalam proses produksi. Bagi Marx sebuah kelas baru dianggap kelas dalam arti sebenarnya, apabila dia bukan hanya  "secara objektif" merupakan golongan social dengan kepentingan tersendiri, melainkan juga "secara subyektif" menyadari diri sebagai kelas, sebagai golongan khusus dalam masyarakat yang mempunyai kepentingan-kepentingan spesifik serta mau memperjuangkannya. Menurut Marx masyarakat kapitalis terdiri dari tiga kelas yaitu kaum buruh (mereka hidup dari upah), kaum pemilik modal (hidup dari laba), dan para tuan tanah (hidup dari rente tanah). Tetapi, karena dalam analisis keterasingan tuan tanah tidak dibicarakan dan pada akhir kapitalisme para tuan tanah akan menjadi sama dengan para pemilik modal, sehingga saat ini hanya terdapat dua kelas saja. Dalam System produksi kapitalis, dua kelas saling berhadapan antara kelas buruh dan kelas pemilik, keduanya saling membutuhkan. Ciri khas masyarakat kapitalis adalah keterbagian dalam kelas atas dan kelas bawah. Kelas atas adalah para pemilik alat-alat produksi dan kelas bawah adalah kaum buruh. Hubungan antara kelas atas dan kelas bawah pada hakikatnya merupakan hubungan penghisapan atau eksploitasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun