Mohon tunggu...
Sinta Nuriyah
Sinta Nuriyah Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa Pendidikan Bahasa Arab Unnes

Aku hanya manusia biasa yang tak sempurna dan sering salah.

Selanjutnya

Tutup

Diary

Awal Mula Suka Catur

5 Januari 2024   11:52 Diperbarui: 5 Januari 2024   11:54 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Pada saat momen lebaran 2023, saya dan teman-teman kuliah melakukan sowan (silaturrahim) ke rumah dosen-dosen kami. Beberapa dari kami menghubugi dosen untuk menayakan dapat dikunjungi kapan. Ada beberapa dosen yang susah dihubungi dan membuat kami tidak berkunjung ke sana. Dosen yang bisa dihubungi menetapkan hari dan jam sekalian.

Satu angkatan kami sekitar 70 orang dan pastinya semua orang itu tidak semua ikut dalam sowan ini karena memiliki kesibukan masing-masing atau mungkin ada alasan lain. Ketika sowan hanya sekitar 15 an orang, seringnya kurang dari itu.

Singkat cerita, waktu itu malam hari setelah sorenya sowan ke dua dosen, kami ke rumah dosen wali rombel (baca: rombongan belajar) A. Namun, beliau sedang ada kegiatan sehingga membuat kami menunggu di luar. Setelah beberapa saat, beliau pulang dan kami sedikit dimarahi karena waktuya kurang sesuai. Sebenarnya, sudah ada yang menghubungi beliau, sayangnya beliau tidak membawa HP di acara tersebut. 

Walau bergitu, kami tetap dipersilahkan masuk dan dijamu dengan baik. Kami mengobrol banyak dan di antara obrolan itu beliau menyingung bahwa beliau dan saudaranya bisa bermain catur. Saya kagum dengan pernyataan itu tetapi masih belum ada keinginan untuk bisa main catur. 

Pada bulan Juni akhir saat momen liburan, saya merasa gabut. Lalu entah kenapa saya jadi ingin catur. Saya agak lupa, kalau gak salah karena hebat juga kalau cewek bisa catur, seperti halnya dosen saya tadi. Saya waktu itu main catur lewat fitur game di Facebook karena tidak perlu mendownload aplikasi lagi. 

Pertama saya main, saya hanya mengikuti kotak papan yang ada tanda titiknya tanpa paham bagaimana cara mainnya. Lama kelamaan saya paham dengan permainan catur walaupun tidak bisa menang. Semakin sering berlatih, kemampuan analisis saya tentang catur bertambah dan saya senang walau permainan berakhir remis.

Sekarang saya sudah sudah mendownload aplikasi catur sendiri karena dengan begini bisa main catur secara offline. Selain itu juga aplikasi yang saya unduh ini terdapat jenjang level yang dapat mengetahui sampai sejauh mana kemampuan saya dalam bermain catur. Ketika saya bermain catur terkadang ada anak-anak ikut tertarik untuk main juga, termasuk keponakan saya. Saya pun berpikir, ternyata permainan ini bisa menular.

Sekian cerita saya, semoga menginspirasi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun