Budaya Jawa merupakan salah satu kekayaan budaya Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur dan tata krama yang sangat kental. Unggah-ungguh Jawa, atau tata krama dalam budaya Jawa, adalah serangkaian norma dan etiket yang dipegang teguh oleh masyarakat Jawa untuk menjaga keharmonisan sosial dan mengedepankan rasa hormat. Di era modern ini, mengajarkan dan melestarikan unggah-ungguh Jawa di lingkungan sekolah menjadi sangat penting sebagai upaya menjaga identitas budaya dan menanamkan nilai moral pada generasi muda.
Unggah-ungguh Jawa mencakup berbagai aspek kehidupan manusia, mulai dari cara berbicara, berperilaku, hingga berinteraksi dengan orang lain dalam berbagai situasi. Bagian inti dari unggah-ungguh Jawa adalah rasa hormat kepada sesama, terutama kepada yang lebih tua, yang dituakan atau memiliki kedudukan tinggi dalam masyarakat.
- Sopan Santun dalam Berbicara: Unggah-ungguh Jawa mengutamakan penggunaan bahasa yang halus dan sopan. Dalam bahasa Jawa, terdapat tingkatan bahasa (ngoko, krama, dan krama inggil) yang digunakan berdasarkan situasi dan lawan bicara. Mengajarkan anak-anak untuk memilih bahasa yang tepat akan melatih mereka untuk berpikir sebelum berbicara dan menghormati orang lain.
- Tata Krama dalam Pergaulan: Unggah-ungguh juga mencakup perilaku sehari-hari seperti cara bersalaman, berjalan, duduk, dan memberi salam. Kebiasaan seperti membungkukkan badan saat berpapasan dengan orang tua atau orang yang dihormati merupakan bentuk penghargaan yang sangat dijunjung tinggi dalam budaya Jawa.
Sekolah memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan kepribadian siswa. Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, sekolah dapat menjadi garda terdepan dalam melestarikan unggah-ungguh Jawa. Ada beberapa alasan mengapa hal ini penting:
- Penguatan Identitas Budaya: Melalui pendidikan unggah-ungguh, siswa dapat memahami dan menghargai warisan budaya leluhur mereka, yang pada gilirannya akan memperkuat identitas budaya mereka sebagai orang Jawa.
- Pembentukan Karakter: Unggah-ungguh mengajarkan nilai-nilai moral seperti sopan santun, rasa hormat, dan tanggung jawab. Nilai-nilai ini sangat penting dalam pembentukan karakter siswa sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang berbudi pekerti luhur.
- Kegiatan Ekstrakurikuler: Pembentukan kelompok atau klub budaya Jawa dapat menjadi salah satu cara untuk melestarikan unggah-ungguh. Kegiatan-kegiatan seperti pertunjukan wayang, tarian tradisional, dan lomba pidato berbahasa Jawa dapat dijadikan sarana untuk menumbuhkan kesadaran budaya di kalangan siswa.
- Kerjasama dengan Orang Tua: Melibatkan orang tua dalam pendidikan unggah-ungguh sangat penting. Sekolah dapat mengadakan seminar atau program orang tua untuk menjelaskan pentingnya unggah-ungguh dan cara mengajarkannya di rumah. Kolaborasi antara sekolah dan orang tua akan memperkuat pendidikan karakter siswa.
- Pembiasaan dalam Kehidupan Sehari-Hari: Sekolah harus menciptakan lingkungan yang mendukung penerapan unggah-ungguh dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, guru dapat memberikan contoh langsung bagaimana berperilaku santun, dan siswa diberikan penghargaan atas sikap sopan mereka.
Melestarikan unggah-ungguh Jawa di lingkungan sekolah adalah langkah penting dalam menjaga keutuhan budaya dan membentuk karakter generasi muda. Dengan integrasi yang sistematis dalam kurikulum, pelatihan intensif, kegiatan ekstrakurikuler, serta kerjasama dengan orang tua, nilai-nilai luhur unggah-ungguh Jawa dapat tetap terjaga dan diwariskan dari generasi ke generasi. Sekolah tidak hanya menjadi tempat mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadi benteng terakhir yang melindungi dan memelihara warisan budaya bangsa yang berharga ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H