Â
   Bagaimana kita dapat mengatasi krisis air minum yang semakin parah mengingat pesatnya pertumbuhan penduduk, urbanisasi, dan perubahan iklim? Air minum merupakan kebutuhan dasar yang semakin sulit dipenuhi di banyak wilayah di dunia. Pertumbuhan penduduk yang pesat, urbanisasi dan dampak perubahan iklim telah memperburuk ketersediaan air minum, menjadikan krisis air sebagai salah satu tantangan terbesar abad ini.Â
   Dalam mencari solusi, teknologi desalinasi muncul sebagai alternatif menjanjikan, mampu mengubah air laut menjadi air layak konsumsi. Artikel ini akan membahas peran teknologi desalinasi sebagai solusi utama konservasi sumber daya air di masa depan.
   Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada 12 Desember 2023, akses terhadap air bersih yang dapat digunakan untuk air minum di Indonesia telah mencapai 91,72 persen. Namun terdapat perbedaan yang signifikan sebesar 11 persen antara daerah perkotaan dengan daerah pedesaan.Â
   Dimana persentase air bersih di perkotaan mencapai 92,02 persen, sedangkan di perdesaan hanya 85,7 persen. Perbedaan yang signifikan ini disebabkan oleh infrastruktur air minum yang lebih baik di perkotaan dibandingkan di perdesaan. Jaringan pipa yang luas dan sistem pengolahan air yang lebih banyak teknologi di perkotaan menjamin pasokan air minum yang lebih stabil dan berkualitas bagi penduduknya. Peningkatan akses air minum di perkotaan juga didasarkan investasi infrastruktur dan upaya pemerintah daerah serta Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) meningkatkan kualitas layanan.
   Di sisi lain, masyarakat perdesaan menghadapi lebih banyak kesulitan dalam mendapatkan air minum. Hal ini dikarenakan masyarakat pedesaan biasanya mengandalkan sumur, mata air atau sumber alam lainnya yang memerlukan pengolahan sederhana untuk mendapatkan air bersih. Namun, pada musim kemarau panjang seperti ini, tantangan besar justru muncul. Kelangkaan air merupakan masalah serius yang diperburuk oleh infrastruktur yang tidak memadai, teknologi pengolahan air yang terbatas, dan jarak yang jauh dari sumber air minum. Semua faktor ini memperburuk kesulitan masyarakat pedesaan dalam mendapatkan air bersih, terutama pada musim kemarau.
   Meskipun Indonesia kaya akan sumber daya air, tantangan terkait pasokan air minum masih besar. Dikutip dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang diterbitkan pada 28 Juni 2024 penduduk Indonesia pada tahun 2023 terdapat sekitar 278,8 juta jiwa. Namun dari sumber daya air yang kaya ini masih ada lebih dari 40 juta jiwa belum memiliki akses terhadap sumber air minum. Situasi ini semakin diperparah dengan musim kemarau yang saat ini melanda berbagai wilayah di Indonesia, seperti Lamongan, Lampung, Kuningan dan beberapa daerah-daerah di Indonesia yang mengalami krisis air bersih. Fenomena ini menunjukkan bahwa meskipun ketersediaan air di Indonesia melimpah, namun akses terhadap air minum masih menjadi tantangan besar, terutama di masa sulit seperti saat ini.
   Menghadapi berbagai permasalahan tersebut, kita harus mencari solusi jangka panjang yang berkelanjutan. Teknologi desalinasi bisa menjadi jawabannya, namun upaya kolektif juga diperlukan untuk memperbaiki infrastruktur, menyempurnakan teknologi pengolahan air dan memastikan distribusi yang adil, baik di perkotaan maupun pedesaan.
   Selanjutnya kita akan membahas tentang desalinasi. Apa itu Desalinasi itu? Dilansir dari Environment Article desalinasi merupakan sebuah proses yang bertujuan untuk menghilangkan garam dan mineral dari air laut sehingga menghasilkan air yang bisa dikonsumsi oleh masyarakat.  Teknologi ini semakin penting karena sumber daya air bersih di Indonesia semakin menipis akibat perubahan iklim, pertumbuhan populasi, dan polusi. Desalinasi merupakan solusi inovatif untuk mengatasi kelangkaan air, terutama di wilayah pesisir dan wilayah yang sering mengalami kekeringan. Salah satu teknologi desalinasi itu adalah distilasi.
   Menurut Arief Budiman distilasi adalah proses pemisahan suatu campuran yang didasarkan pada perbedaan titik didih dan tekanan uap yang cukup signifikan. Proses distilasi ini melibatkan beberapa tahapan sistematis yang menggunakan prinsip pemanasan dan kondensasi. Ada beberapa tahapan dalam proses penyulingan, antara lain yakni mengumpulkan air laut dari sumbernya dan memompanya ke dalam sistem penyulingan. Air laut kemudian melewati unit pemanas yang sering disebut evaporator. Di sini air dipanaskan sampai titik didih.Â
   Biasanya proses pemanasan dilakukan dengan menggunakan energi panas, yang dapat berasal dari berbagai sumber seperti bahan bakar fosil, listrik, atau bahkan energi matahari dalam sistem penyulingan tenaga surya. Berikutnya adalah proses penguapan. Ketika suhu air laut mencapai titik didihnya (sekitar 100C atau 212F pada tekanan atmosfer normal), air berubah menjadi uap. Proses ini memisahkan uap air dari garam dan mineral lain yang tidak menguap, sehingga garam dan kontaminan lainnya tetap berada di dasar evaporator seperti sisa limbah. Setelah itu, uap air yang terbentuk kemudian dialirkan ke unit kondensasi yang disebut kondensor.Â