praaksara adalah masa di mana manusia belum mengenali tulisan, masa ini ditandai dengan penggunaan batu dan besi pada masanya. Sehingga masa praaksara terbagi menjadi dua, yaitu zaman batu dan zaman besi (Kemendikbud RI Direktorat SMP, 2022). Pada kedua zaman tersebut, dibagilagi menjadi periode-periode yang berbeda berdasarkan rentang waktu. Yaitu paleolithikum, mesolithikum, neolithikum, dan megalithikum untuk zaman batu. Selain itu, juga dikartegorikan dalam 3 bagian, yaitu masa berburu dan mengumpulkan makanan, bercocok tanam, dan perudagian atau masa logam.
MasaManusia purba merupakan manusia yang hidup pada zaman praaksara. Khususnya di Indonesia, jenis-jenis manusia purba beragam berdasarkan masanya serta letak ditemukannya. Pada masa paling awal, yaitu masa paleolithikum, inilah masa di mana manusia purba mulai berburu dan mengumpulkan makanan pada tingkat awal, pada masa ini manusia juga sangat nomaden atau berpindah-pindah karena bergantung pada hasil buruan yang ada disekitar. Manusia-manusia purba pada masa itu berburu menggunakan batu dengan ukuran besar yang masih kasar, sederhana, dan sangat primitif karena kurangnya ilmu mengenai perkakas (Rosfenti, 2020).Â
Selanjutnya, adalah masa mesolithikum atau masa batu tengah, pada masa ini mereka tetap berburu dan mengumpulkan makanan. Namun, mereka sudah berada ditingkat lanjut karena memiliki sedikit keahlian dibandingkan masa sebelumnya. Pada masa ini mereka mulai menetap karena populasi dari manusia purba sendiri mulai meningkat karena adanya perkawinan. Karena terjadinya peningkatan populasi, jumlah hewan buruan mulai tidak sebanding maka mereka mulai untuk berburu hewan-hewan kecil seperti ikan dan kerang. Masa ini dapat dibuktikan dengan terjadinya penumpukan sampah dapur, yaitu bukit-bukit kulit kerang (Syafei, 2021).
Setelah itu, terjadilah masa neolitikum atau masa muda atau masa bertani, karena pada masa inilah manusia purba mulai belajar untuk bertani. Pada masa ini, mereka mulai menjinakkan hewan-hewan yang dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka seperti sapi, kerbau, babi, dan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa manusia purba mulai memiliki kemambuan untuk menguasai alam dilingkungan sekitarnya. Mereka juga mulai membangun pondok-pondok menggunakan kayu dengan teknik panggung. Dan perkakas-perkakas yang mereka gunakan sudah jauh berkembang sejak masa paleolithikum di mana batu-batu sudah lebih tajam dan halus serta adanya jarum, pisau, dan panah untuk membantu aktivitas sehari-hari.
Masa megalithikum menjadi masa terakhir sebelum terjadinya zaman perunggu/logam. Masa ini juga sering disebut sebagai masa batu besar karena mega berarti besar. Selain perkembangan teknologi pada masa sebelumnya, pada masa ini manusia purba mulai memercayai terhadap nenek moyangnya. Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya peninggalan-peninggalan seperti menhir, dolmen, sarkofagus, waruga, punden berundak, dan peninggalan-peninggalan lainnya. Kepercayaan tersebut dinamai animisme, selain animisme juga ada kepercayaan-kepercayaan lain seperti dinamisme atau kepercayaan terhadap benda-benda yang dipercayai memiliki kekuatan, totemisme atau percaya terhadap hewan yang dianggap suci, dan lainnya (Prabowo & Gischa, 2020).
Berdasarkan perkembangan-perkembangan dari masa ke masa, dapat terlihat perkembangannya baik dari segi fisik maupun pengetahuannya. Karena pada mulanya, manusia purba hanya memburu hewan-hewan besar namun dimasa neolithikum manusia purba sudah bisa bercocok tanam dan juga bentuk tubuh dari manusia purba yang berevolusi mengikuti zamannya. Perkembangan manusia purba tentunya karena adanya masalah yang dihadapinya, sehingga manusia purba perlu mencari cara untuk mengatasinya, hal inilah yang menyebabkan terjadinya perkembangan baik dari segi fisik maupun cara manusia purba menangani sesuatu.
Pengaruh ini disebabkan karena adanya masalah yang terjadi di tempat tinggal manusia-manusia purba, pada masa paleolithikum manusia purba menggunakan batu-batu besar untuk berburu. Namun, pada masa mesolithikum hal ini tidak dapat terjadi karena mereka mulai berburu hewan-hewan kecil, di masa itulah mereka mulai mencari solusi dengan mengembangkan alat-alat berburunya. Hal ini berlanjut dengan dikembangkannya batu-batu menjadi kapak serta alat memanah untuk memudahkan kehidupan manusia. Pengembangan ini tentunya dipengaruhi dengan adanya kebudayaan-kebudayaan lain, adanya perubahan nilai-nilai dan sikap, serta faktor dari lingkungan alam dan juga adanya perubahan kependudukan.
Pada masa ini, atau masa aksara di mana manusia sudah mengenali tulisan, perkembangan teruslah terjadi karena adanya masalah-masalah yang harus diselesaikan dan juga adanya faktor-faktor dorongan dari lingkungan sekitar. Sehingga kita sebagai remaja sepatutnya adalah berinovasi dengan menggunakan bahan-bahan disekitar agar dapat mendukung Indonesia Emas 2045 dengan menggunakan bonus demografi yang sedang dimiliki Indonesia saat ini. Sehingga tugas dari manusia adalah terus berinovasi karena tanpa inovasi, manusia akan kalah dengan teknologi.
Daftar Pustaka
Kemendikbud RI Direktorat SMP. (2022, June 14). Periodesasi Zaman Batu di Masa Praaksara. Kemendikbud Direktorat SMP. Retrieved October 26, 2023, from https://ditsmp.kemdikbud.go.id/periodesasi-zaman-batu-di-masa-praaksara/
Prabowo, G., & Gischa, S. (2020, November 10). Sistem Kepercayaan Manusia Purba Masa Praaksara Halaman all. Kompas.com. Retrieved October 26, 2023, from https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/10/160201469/sistem-kepercayaan-manusia-purba-masa-praaksara