Mohon tunggu...
Sinna He®manto
Sinna He®manto Mohon Tunggu... -

the challenge-®

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Caleg Demokrat Kena Batunya

20 Februari 2014   08:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:39 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Caleg Demokrat Kena Batunya Minggu lalu (16/2), pekerja migran asal Indonesia di Hong Kong (BMI) serentak melakukan galang dana untuk korban letusan gunung Kelud di Jawa Timur. Aksi ini tidak ada perintah dari siapapun. Ini adalah sebentuk kepedulian spontan terhadap sesama yang sedang ditimpa musibah. Selain uang, beberapa kelompok juga menerima palapa (pakaian layak pakai), masker, dan pembalut. Beberapa kawan yang tergabung dalam perkumpulan pendaki gunung, Indohikers Hong Kong, melakukan aksi tersebut sejak pukul 11 siang dan sebagian lagi disesuaikan dengan waktu longgar disela-sela kegiatan belajar atau keperluan lain di hari libur. [caption id="attachment_323609" align="alignnone" width="465" caption="BMI yang penggalang dana (16/2). "][/caption] [caption id="attachment_323614" align="alignnone" width="467" caption="BMI penggalang dana (16/2)."][/caption] Seorang anggota Indohikers terlihat berkaca-kaca saat mengisahkan keadaan keluarganya yang berada di pengungsian. Seorang anggota lain sudah terlihat 'tatag' ketika mengisahkan betapa sulitnya jaringan telefon ke tanah air demi mengetahui keadaan keluarga yang kini diketahui sudah ngungsi di tempat keluarga yang lebih aman. Memang, anggota Indohikers banyak yang berasal dari Malang, Blitar dan Kediri atau memiliki saudara yang tinggal di sana. Selain itu, masih juga terdengar kisah kegeraman ketika banyak berita hoax yang beredar di media portal. Belum lagi isu gas beracun, gempa 8 SR, letusan susulan dan kekhawatiran adanya hujan yang memicu lahar dingin. Yang membuat suasana makin 'seru' (miris sebenarnya) adalah tentang persengketaan kawasan. Menurut seorang BMI yang berasal dari daerah Y, Pakde Karwo sudah menetapkan hak-hak milik daerah Y, tetapi Pemkab X melakukan banding. Ia mengatakan bahwa daerah X tidak mau membangun daerah wisata gunung Kelud. Dan ketika sudah bagus, daerah X tidak terima. Padahal Pemkab Y ingin membangun bandara kecil juga. Dan sekarang, katanya, material Kelud banyak yang mengalir ke X sedangkan Y kebagian kerusakan parah. Lain lagi dengan seorang BMI yang juga berasal dari daerah Y yang menyesalkan hal itu. Ia mengakui bahwa dahulu desanya ikut daerah X tetapi kini ikut daerah Y. Ia tidak begitu ambil pusing dengan hal tersebut. Yang penting adalah gerak cepat membantu saudara di tanah air, lanjutnya. Usai galang dana, sekiar pukul 5, anggota Indohikers berkumpul di lapangan rumput Victoria, Causeway Bay, untuk menghitung perolehan sekaligus penyerahan bantuan ke posko yang ditangani oleh tim Koran Berita Indonesia. Selain itu, sebagian dana juga diberikan kepada grup OI-Tarmijah (OI: Orang Indonesia) dan Apikita (organisasi pelajar Indonesia di Hong Kong) yang mengurus pengiriman palapa. Anik dan Ima (BMI yang melakukan galang dana) terkejut meilhat segerombolan orang masuk ke lapangan rumput. Rupanya, mereka adalah rombongan caleg Partai Demokrat yang dipimpin oleh Jenny Rachman. Ia ke Hong Kong bersama Rita Rachman, Yati Octavia dan Pangky Suwito dalam acara Sumbang Buku, Jumpa fans dan lomba fashion show hijab modern 2014. Sebelumnya, para 'pembesar' ini juga menjadi juri dalam lomba tersebut yang diadakan di jardine House, Central. Mumpung ada wartawan (dan atau kontributor) media cetak berbahasa Indonesia di Hong Kong, Anik dan Ima iseng-iseng mendekati caleg bernomor 4 ini. Niat hati memang sekedar 'mencoba', seperti apa sih caleg siap coblos itu? Di tengah kerumunan, mereka 'nodong' minta sumbangan. [caption id="attachment_323608" align="alignnone" width="700" caption="Nomor 4. Jenny Rachman bersama BMI (16/2)"][/caption] "Aduh, nggak bawa dompet. Tolong yang di belakang," ucap Jenny. Alhamdulillah, bapak yang dibelakang mengeluarkan kertas ungu. Gemparlah cerita kedua teman kita ini ketika mereka berkisah di depan teman-temannya yang lain. Dan ketika yang lain ingin ikut-ikutan menjahili bu caleg, ternyata rombongannya sudah buyar. Cerita ini pun berlanjut di jejaring sosial esok harinya. Dan ketika penulis meminta izin menuliskan kisah ini di kompasiana, Anik mempersilakan saja. Kejadian ini terlihat sepele memang. Tapi hal itu mengukuhkan bahwa say no to politic memang pilihan tepat, ucap anik. Ibaratnya, kalau orang miskin kedatangan tamu, meski hasil ngutang, si tamu bakal disuguhi jamuan terbaik. Lain halnya orang kaya, kadang air putih (air bening/ air mineral) pun tak ada di meja. Makanya, Bu, biar nggak kena batu, dompetnya jangan lupa dibawa, ya. Juga paspornya. Biasanya 'pakde' (polisi) suka patroli BMI overstay di Victoria, loh. Hati-hati. ***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun