Mohon tunggu...
Sinna HeĀ®manto
Sinna HeĀ®manto Mohon Tunggu... -

the challenge-Ā®

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Berkata: La

2 April 2014   09:22 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:11 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="" align="alignnone" width="576" caption="doc.pri"][/caption] Seperti kata kakak, cukup setitik benci untuk merubuhkan gunung cinta, perlu sedikit gesekan rindu untuk membasuh perih yang tersisa. Kau masih ingat? Bila lupa, ke mari, di dekatku sini, biar kubisikkan kisahnya. Tapi kau harus menutup mulutmu, membutakan matamu, sesaat, agar ia bisa meresap. Bila masih tak ingat juga, ke mari, di dekatku sini, biar kuperlihatkan sisa-sisa kopi pagi ini. Pahitnya, asamnya, dan pertarungan keduanya setelah sekian waktu berjeda. "Siapa suruh mengabaikan hati?" "Siapa suruh mengabaikan nurani?" "Siapa suruh mengabaikan logika bila mereka meneriakkan 'la'!" *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun