Ā
Sebenernya, banyak kok dari TKW ini yang berprestasi, misal: jadi penulis, penyanyi, mahasiswi, relawan, dll. Tapi ya ā¦ itu tadi. Isu positif gini kurang seksi. Gak layak jual. Gak ndongkrak klik media onlen. Bahkan, horang-horang itu kayake emang tebang pilih. Kasus narkoba yang menimpaĀ Mary Jane, iku loh arek Pe-eL, ate Philipinas, bikin geger dunia nyata dan dunia maya. Semua-mua mbahas ate Mary, semua-mua merasa Mary Jane adalah kita. Lah ngopo kasus serupa yang terjadi pada Mbak Rita Krisdianti, mantan TKW Hong Kong dan Macau yang kedapatan bawa narkoba di Penang, Malaysia, beritanya koyok kelakuan mas mantan yang gagal jadi manten: anyep njejep! Ane kagak bisa diginiin, Di. Ane lelah. Pukpuk me, Di.
Ā
1 Januari 2016 katanya kita mulai masuk Masyarakat Ekonomi Asia. Lalu lintas jual beli barang dan jasa wes campur bawur, termasuk komoditi bernama pekerja migran. Halah, kejeron, kejeron. Trus, halĀ itu juga dikocok sama penyetopan pengiriman tenaga kerja ke luar negeri tahun 2017. Eh amit, salah ding. Bukan distop tapi ditata ulang penempatannya dengan fokus pada tenaga kerja formal. Mbabu 'kan sudah diganti dengan istilah tenaga kerja nonformal, penata laksana rumah tangga. Trus nanti, jobdesknya dipertegas. Khusus kerja sebagai koki, hospitality, nanny atau merawat lansia.
Ā
Kalok di Hong Kong, seperti yang ente tau, Di, pokok kerjaan domestik ya semua kerjaan di rumah ndoro juragan. Ya masak, ya bebersih, ya ngurus anak, ya ngurus lansia. Bahkan ketambahan ngurus kirik. Ya ā¦ walaupun ada majikan yang tepa slira. Misal: majikan yang belanja, majikan yang khusus ngurus bayinya kalau mereka di rumah dan tak jarang pula mereka bantu-bantu kerjaan babunya. Langka juga, sih.
Ā
Dan jika pembagian kerja tharik-tharik tadi diterapkan di Hong Kong, berapa babu yang diperlukan tiap keluarga? Okelah jika kondisi tempat tinggal dan keuangan majikan gak ada masalah. Tapi bakal ribet kalo terjadi pada majikan yang ekonomi pas-pasan. Orang Hong Kong ndak semuanya tajir, gak semua tinggal di apartemen besar. Banyak pula yang tinggal di rumah-rumah pemerintah yang sempit pit. Property di Hong Kong itu mahalnya angudubilah, begitu keluhan (mantan) bu dosen yang sedang ambil doktoral di salah satu universitas di Hong Kong. Beliau bilang, nyewa satu kamar di pelosok Tai Po, Hong Kong bagian utara, jauh dari mana-mana, seharga 2000/ orang/ bulan. Ā Kurs Minggu kemarin 1690/HKD. Berapa cobak kalok dirupiahkan? Buanyak buanget, toh. Padahal, beliau sekamar untuk dua orang, bersama orang Myanmar. Sekali lagi, satu kamar ya, bukan satu apartemen.
Ā
Bayangkan aja bila tiga TKW kruntelan jadi satu di apartemen sempit bareng majikan. Mau jadi pindang?
Ā