Mata Putri, gadis usia 8 tahun itu nampak berbinar. Senyum terus mengembang di bibirnya. Panas matahari pukul 1 siang tak melelehkan semangatnya untuk mempercepat langkahnya menuju rumah. Peluh bercucuran. Rasa penat tak lagi dia rasakan manakala dia teringat besok adalah hari spesial untuknya. Ya, besok dia ulang tahun.
Dalam perjalanan pulang, Putri tak henti-hentinya tersenyum, meluapkan kegembiraan yang membuncah. Otaknya mencatat beberapa barang yang diinginkannya. Hadiah apa ya kira-kira? Hm, sepeda mini yang ada keranjang di depan seperti milik Rani? Tas sekolah beroda seperti milih Sheila yang berwarna pink dan bergambar boneka barbie? Atau...
"Ini hadiah dari Papa, ini dari Mama, ini dari Kak Shinta, ini dari Kak Shandra, ini dari Om Adit, ini dari Oma dan Opa." Jelas Sheila saat memamerkan barang barunya di sekolah, sehari setelah dia ulang tahun beberapa waktu lalu. Ada tas sekolah, kotak pensil, bando, pulpen, penggaris, penghapus, hinga dompet yang semuanya berwarna pink, warna yang juga disukai Putri.
Hati Putri makin tak tenang saat membayangkan hadiah yang akan diterimanya besok. Begitu sampai di rumah dan mengucapkan salam, dia segera menuju kamar dan dilihatnya sang ibu tengah terbaring di ranjang. Suara lemah sang ibu saat menjawab salamnyalah yang menggerakkan langkahnya menuju kamar itu.
"Putri sudah pulang?" Tanya ibu sembari berusaha duduk disusul suara batuk-batuk. Putri mengangguk lalu mencium tangan Ibu.
Ya, sudah beberapa waktu ini kesehatan ibu kian memburuk. Putri tidak tahu penyakit ibu. Yang dia tahu, wajah ibunya makin layu, rambutnya banyak yang rontok dan tak bisa bergerak leluasa seperti biasa. Bahkan, urusan memasak pun diambil alih oleh bapaknya.
"Cepat ganti baju, cuci tangan, makan trus sholat." Tanpa menunggu perintah kedua, Putri segera melaksanakan perintah ibu.
Rumah mungil itu hanya terdiri dari satu ruangan besar dan kamar mandi. Sedangkan ruangan besar tadi disekat menjadi tiga bilik, yakni kamar tidur, dapur dan ruang depan yang berfungsi ganda sebagai ruang tamu dan ruang makan. Sederhana, ya, sederhana sekali.
Setelah mengambil nasi dan lauk, Putri membawa piringnya ke kamar dan duduk di dekat ranjang ibunya.
"Ibu mau aku suapi?" Tanya Putri. Ibu menggeleng.
"Putri saja yang makan biar cepat besar dan pintar."