Dengan berakhirnya partai final (28/01), maka usai sudah gelaran Daihatsu Indonesia Masters 2018. Turnamen yang telah dihelat di Istora Senayan ini adalah sebuah "Road To Asian Games" pemanasan pasca renovasi yang dilakukan demi mempersiapkan Asian Games 2018 mendatang. Para pemain luar negeri pun mengaku puas dengan wajah Istora sekarang.
“Sangat cantik dan menyenangkan. Istora ini juga terlihat begitu besar. Saya pikir kalian membangunnya dengan baik apalagi dengan waktu yang cepat. Saya juga senang karena masih bisa merasakan keramaiannya dan orang Indonesia menyukai saya. Jadi saya sangat senang dan apalagi saya sudah pernah tiga kali juara di sini (saat Indonesia Open),” Ungkap Saina Nehwal Runerup Indonesia Masters 2018 dikutip detik.com.
Saya sudah bermain di banyak venue di seluruh dunia, tetapi Istora merupakan yang terbaik. Atmosfer, penggemar, lapangan, semuanya luar biasa di sini. Tak ada kekurangan apapun. Masalah angin juga masih wajar, jadi bisa dibilang Istora memang venue bulutangkis terbaik di dunia," ungkap Ganda putra Denmark, David Daugaard dikutip dari bola.com
Sukses menjadi penyelenggara, Indonesia setidaknya juga sukses dalam prestasi. Pada partai final, Indonesia berhasil menempatkan 4 wakilnya di empat sektor yaitu tunggal putra (Anthony Ginting), ganda putra (Kevin/Gideon), ganda putri (Greysia/Apriani) dan ganda campuran (Tontowi/Liliyana). Empat 4 wakil itu sepertinya adalah kadidat terkuat pula yang bakal memenuhi target bulutangkis di Asian Games yaitu 4 emas. Doakan saja! Smartphone Honor 9 Lite Indonesia
Adalah pekerja rumah bagi PBSI untuk segera mengorbitkan tunggal putri Indonesia yang berkelas dunia. Anak asuhan Minarti CS masih belum bisa menembus babak final. Ini tentu menjadi sorotan tajam untuk sektor tunggal putri ketika sektor lain sudah menyumbangkan wakil sampai babak final.
Tunggal putri terbaik Indonesia, Fitriani hanya mampu bertahan di 16 besar setelah kalah dari Juara Malaysia Masters 2018, Ratchanok Inthanon (Thailand). Sedangkan Juara Dunia Junior 2017, Gregoria Mariska dipaksa angkat koper lebih awal di babak 32 besar dari pemain muda Malaysia, Goh Jin Wei. Ya, memang diakui sektor tunggal putri masih butuh proses untuk bisa masuk ke jajaran elit dunia.
Munculnya “Raja Langit”
“Raja Langit” adakah julukan disematkan oleh Badminton Lovers Tiongkok untuk Anthony Sinisuka Ginting yang mencuat dalam #ForumTiongkok Badmintontalk. Bukan berlebihan karena nyatanya Ginting berhasil menjadi juara di turnamen selevel super series ini. Julukan lain juga pernah dilontarkan badminton lovers Tiongkok seperti Si Tangan Petir (Kevin Sanjaya), Coach Naga Api (Pelatih Herry IP), Dewa Hendra (Hendra Setiawan).
Hadirnya Ginting dipodium juara seolah menjadi angin segar bagi regenerasi tunggal putra Indonesia pasca pensiunnya Taufik Hidayat. Sebelum menjadi Juara Daihatsu Indonesia Masters 2018, Ginting juga pernah merebut Juara Korea Open Super Series 2017 usai mengalahkan rekan senegarannya Jonathan Christie.