Mohon tunggu...
Singo team
Singo team Mohon Tunggu... -

cerita di desa kemiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Cinta Indonesia. Benarkah Cinta?

23 Juli 2011   01:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:27 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13113843271007387886

Kembali ke asal. Suasana kembali tenang. Masyarakat kembali bekerja seperti biasa. Tidak terlihat lagi kesibukan warga yang mempersiapkan diri, tempat, hingga ke persoalan bangunan. Persiapan yang cukup mewah, menguras finansial dan tenaga warga desa. Tujuannya untuk menyambut orang asing. Sekelompok masyarakat asal Korea berjumlah tiga puluh yang datang berkunjung.

[caption id="attachment_120740" align="alignnone" width="300" caption="KKN 19"][/caption]

Katanya, mereka datang dalam rangka bakti sosial. Membantu masyarakat desa dalam hal kesehatan, pendidikan hingga ke masalah budaya. Membangun kesadaran akan pentingnya hidup sehat, memberi pemahaman tentang pentingnya pendidikan dan memecahkan masalah budaya malas warga yang ada di Desa Kemiri, Kecamatan Kepanjen, Malang ini.

Tidak jauh beda dengan tujuan kami datang. Anak-anak KKN (Kuliah kerja Nyata) tim 19 UMM. Pengabdian pada masyarakat menjadi sesuatu yang masih penting di dunia akademis. Berada ditengah-tengah masyarakat, melihat, mengamati, membantu apa-apa yang menjadi permasalahan.

Namun, toh ada perlakuan beda antara orang Korea dengan tim KKN. Mulai dari hal penyambutan, antusias warga hingga ke sikap dan tingkah laku. Penghormatan yang luar biasa diberikan pada orang asing, sedangkan saudara mereka satu tanah air diperlakukan layaknya pembantu yang harus memuaskan kebutuhan majikannya.

Inilah mindset yang tertanam lama di otak-otak orang Indonesia. Menganggap wah negara lain, dan selalu merendahkan diri, serendah-rendahnya dihadapan mereka. Menganggap orang asing itu dewa yang datang dari surga, yang layak diperlakukan istimewa dan pantang membuat mereka kecewa.

Memang benar, tamu harus dimuliakan. Baik agama maupun negara memberi penjelasan tentang etika tersebut. Namun, memuliakan bukan berarti mengagungkan mereka dan bukan juga berarti menjatuhkan harga diri. Tidak berlebihan dan jangan kekurangan.

Lagipula tak selamanya orang asing lebih dari kita. Mereka sama dengan kita, sama-sama warga suatu negara. Mungkin mereka lebih maju dalam hal budaya dan ekonomi negara. Tapi kita juga tidak kalah sebenarnya. SDA kita melimpah, tinggal bagaimana mengolah SDM.

Mengolah SDM pun harus tahu tentang Indonesia. Jangan bilang cinta jika tak kenal Indonesia. Seperti kata pepatah. Tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak Cinta.

Banyak slogan tentang “AKu cinta Indonesia” atau semacamnya yang menunjukkan bahwa Indonesia is the best. Digelar diberbagai macam event dan perlombaan. Maksudnya baik, menumbuhkan nasionalisme dan rasa cinta tanah air.

Namun, usaha tersebut terkadang lebur tak tersisa, jika tiba-tiba sekelompok orang asing datang. Masyarakat kembali ke mental pecundang. Rasa takut, kagum dan membanggakan orang asing secara berlebihan. Padahal jika mereka kenal dan Cinta Indonesia, Negeri ini adalah Surga Dunia. Negeri ini adalah incaran banyak negara Maju. Jika tak dijaga dan dirawat maka SDA dan SDM kita akan terjajah dan terkuras. Jadi jika berkata “aku Cinta Indonesia”, tanyakn dulu pada diri sendiri “benarkah Cinta?”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun