Setiap kebudayaan memiliki kekhususan dan kekhasan. Inilah yang sering mengakibatkan kesalahpahaman antarpribadi, masyarakat bahkan negara. Kesalahpahaman ini sering disebabkan kerena budaya yang berbeda biasanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang berbeda pula. Karena itu, penting bagi kita semua untuk memahami budaya negara-negara lain, agar kita bisa mengambil sikap yang tepat ketika berhubungan dengan warga negara lain yang tentu saja memiliki kebudayaan yang berbeda.
Ketika seseorang bertemu dengan budaya baru, secara umum akan melewati tahapan sebagai berikut,
1. Gegar budaya (culture shock)
Tahap ini biasanya terjadi ketika orang pertama kali menjumpai kebudayaan lain dan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kebudayaan baru karena sangat berbeda dengan budaya asal.
2. Periode bulan madu (honey moon period)
Selama periode ini, perbedaan antara budaya asal dan baru terlihat indah dan baru. Misalnya, ketika pindah ke negara baru, seseorang mungkin akan menyukai makanan baru, kebiasaan masyarakat yang baru, bangunan baru dan sebagainya. Kebanyakan orang cenderung tertarik dengan budaya baru. Mereka bergaul dengan warga negara yang berbicara bahasa mereka dan sopan untuk orang asing. Periode ini penuh dengan pengamatan dan penemuan-penemuan baru.
3. Kendala budaya (cultural constraint)
Setelah periode bulan madu, perbedaan antara budaya asal dan baru menjadi jelas dan dapat menimbulkan permasalahan. Hambatan bahasa, jenis makanan, lingkungan sosial mulai terasa. Pada tahap ini biasanya seseorang mulai merindukan budaya asalnya.
4. Resolusi budaya (cultural resolution)
Setelah melewati tahapan cultural constraint, seseorang mulai bisa disebut mampu beradaptasi. Mulai memahami perbedaan-perbedaan budaya dan mulai menyesuaikannya. Mulai betah dan nyaman berada di lingkungan baru.
Tentu saja kemampuan dan pengalaman beradaptasi setiap orang berbeda-beda, lama atau singkatnya masing-masing periode bisa dijadikan penanda tingkat kemampuan beradaptasi seseorang.
Setelah 9 tahun di Solo, saya masih dalam fase kendala budaya dalam hal berbahasa jawa halus. Jangan-jangan saya tidak menemui resolusi budaya?