menuju Mahameru, menaklukan Sariawan
Gegara lomba ngeblog Deltomed tentang pengalaman merasakan sariawan (jujur, sayang banget gue baru baca ini di jam-jam terakhir, semoga masih sempat diterima, dan menjadi cerita yang menyenangkan :D) kembali ngebuat pikiran gue melayang di akhir 2012 dimana gue baru pertama kali merasakan naik gunung dan ditemani oleh gangguan yang oh man... sangat mengganggu banget buat pendaki yang minim air minum, Hahaha...
|| Kamis 15 November 2012, Sebuah Awal Cerita : Firasat Mendapat Sahabat Unyu ||
Entah darimana dan siapa saja yang mengusulkan, tetiba gue terbangun dari kebengongan dan ditunjuk menjadi ketua kelompok pendaki menuju Mahameru. Secara mental gue sebenarnya kurang siap karena belum pernah naik gunung tapi karena mungkin faktor usia sehingga gue dituakan oleh teman-teman, dan secara fisik badan gue drop beberapa hari belakangan karena keranjingan main futsal. Dan firasat gue, inilah faktor penyebab gue mendapatkan sahabat terunyu selama perjalanan mendaki ini (baca : sariawan :D)
|| Jumat 16 November 2012, Masih Awal Cerita : Jaga Mulutmu! ||
Sedari hari kamis hingga Jumat ini gue naik kereta menuju dari St.Senen untuk menuju St. Batu Malang. Nah! Selama perjalanan inilah para kaum lelaki (terutama anak kosan) merasa merdeka dengan mulutnya, yang biasanya rajin sikat gigi sekarang jadi mager karena WC KA Ekonomi kurang memuaskan, alhasil sedari Kamis siang sampai Jumat pagi di kereta itu gue ga ngejaga kebersihan mulut dengan gosok gigi, ditambah fisik gue yang masih kelelahan ini semakin memperburuk kesehatan mulut gue nih. Semalem ngobrol, main kartu, bercandaan karena juga kebetulan banyak banget pendaki yang naik kereta juga menuju Malang ngebuat perut jadi keroncongan, pas banget ada mbok-mbok yang ngejual pecel dari luar kereta dan inilah faktor ke-3 yang ngebuat gue mendapat sahabat unyu saat mendaki, yaitu lidah gue tergigit saat makan pecel. God Damme! Itu rasanya kaya lagi mau mukul masinis aja buat ngejalanin kereta karena rasa sakit di lidah.
|| Jumat 16 November 2012, Tiba di St. Kota Baru Malang & Menuju Ranupane ||
Nah.. gue inget banget kalau di pagi hari itu ga sikat gigi dan mulai ada rasa nyeri yang terlihat seperti sariawan kecil timbul di lidah, astaghfirullah... rasanya itu lho pas sarapan pagi mulai nyut-nyut-an ditambah gue lupa sikat gigi, langsung kena double attack-lah ini kebersihan mulut gue dari bakteri penyebab sariawan kayanya :D
[caption id="attachment_304779" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Menggunakan Kaos Coklat)"][/caption]
Sampai di Desa Tumpang gue coba sikat gigi juga sebelum shalat Jumat untuk mengurangi rasa sakit sariawan kecil di lidah. Perjalanan dari Ranu Pane hingga Ranu Kumbolo sedari pk 17.00 - 20.30 ditemani gerimis pula ngebuat mulut jadi kaku rasanya. Berhenti dari satu pos ke pos lainnya dengan menghemat air (kurang minum) ngebuat gue jadi agak nyeri saat bicara, makan, bahkan kalau minum pun terasa serr.. serrr... serrr... yang gue rasa akibat sariawan di lidah ini. Perjalanan yang harusnya terasa menyenangkan menuju Ranu Kumbolo pun jadi perjalanan yang sunyi karena gue jarang bicara akibat sariawan di lidah.
|| Sabtu 17 November 2012, Mulai Tengah Cerita : Tutup Mulutmu! ||
Pagi hari melihat sunrise dari Ranu Kumbolo, sembari menunggu makan disiapkan oleh para cewek-cewek Tim Logistik Pendakian Mahameru ngebuat gue harus mengeluarkan titah untuk mencari sesuatu yang bisa mengurangi rasa nyeri dan sakit di lidah akibat sariawan. Bayangin deh, ini sedang di tempat terpencil dimana tidak ada Alfamart sehingga harus mencari obat-obat tradisional yang bisa mengurangi rasa nyeri di lidah dan mulut.
[caption id="attachment_304780" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Menggunakan Masker)"]
[caption id="attachment_304781" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Menggunakan Masker)"]
Dan dimulai dari perjalanan menuju Kalimati yang harus melewati rimbunnya padang savana hingga cemoro kandang yang berdebu ngebuat gue harus menutup mulut pakai perlengkapan “khusus”, apapun itu agar bisa menjaga kebersihan mulut dari debu-debu perjalanan. Dan thanks God... kata pendaki lain, mereka punya garam yang bisa diaduk sama air hangat buat kumur-kumut ngurangin rasa nyeri sariawan di lidah. Oke. Sebelum menuju Tanjakan Cinta pun gue bersama tim mulai persiapan dan mulut gue dijagain penutup setelah kumur air garam hangat.
[caption id="attachment_304783" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Menggunakan Masker)"]
[caption id="attachment_304785" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Menggunakan Masker)"]
|| Minggu 18 November 2012, Mulai Akhir Cerita : Summit Attack Mahameru! ||
Sabtu 17 November 2012 Pk 15.45 mungkin, akhirnya tim mencapai Kalimati setelah naik turun melewati Cemoro Kandang. Sariawan di mulut, tepatnya di lidah ini semakin membandel, alhamdulillah ada sumber mata air di Kalimati yang langsung ngebuat gue sikat gigi dengan tidak lupa sebelumnya meminta odol kepada rekan tim pendakian, Hahaha...
[caption id="attachment_304786" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Paling Belakang)"]
[caption id="attachment_304787" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Menggunakan Masker)"]
[caption id="attachment_304790" align="aligncenter" width="210" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Menggunakan Masker)"]
Di sore hari itu, di Kalimati yang penuh juga sama kabut karena baru saja rintik-rintik membuat suasana menjadi syahdu, mulut pun rasaya sudah seperti membaik karena gue melupakan rasa sakit itu dengan berlari kesana-kemari di padang penuh tumbuhan khas tersebut :) Sore itu setelah kami makan-makan Pk 17.15 mulai merencanakan summit attack menuju Mahameru yang akan berangkat pk 22.30 dan tidur dengan nyenyak
[caption id="attachment_304789" align="aligncenter" width="350" caption="Sumber : Pribadi (Penulis Paling Depan Kanan)"]
Pk 22.30 tim kami baru bangun, dan musibah besar buat saya! Rasa sakit di lidah rasanya semakin bertambah, setelah minta dilihat sama teman, ternyata ada sekitar 2 sariawan yang terletak di pinggir kanan yang semakin jelas terlihat. Rasanya sungguh sedih, teman-teman menyarankan memakai masker untuk menghindari pasir Mahameru yang bisa masuk ke mulut dan memperparah keadaan mulut.
Sebagai seorang pemula dan langsung (ditunjuk) menjadi Ketua Pendakian nampaknya gue dapat dinilai sebagai pemimpin yang gagal, persiapan obat-obat kesehatan sangat kurang gue siapkan. Beruntung saat kami briefing dan ada rekan pendaki yang mencoba bertanya ke tenda regu lain apakah ada obat atau herbal untuk meringankan (syukur-syukur) sariawan di lidah ini yang semakin menjadi. Langsung sujud syukur ketika teman membawakan 2 jeruk dan 2 sachet madu yang bisa dibawa saat pendakian untuk jaga-jaga jika rasa sariawan di lidah semakin menjadi-jadi.
Berbekal buah, obat herbal tersebut, & 2 botol aqua besar di tas maka gue berusaha tenang dibawah kondisi fisik yang mulai lelah dan mulut sariawan untuk tetap summit attack!.
|| Minggu 18 November 2012, Menutup Cerita : Mahameru Puncak Abadi Para Dewa! ||
Benar saja, memburu sunrise di Puncak Mahameru membutuhkan tenaga powerpuffgirl. Mendaki 1 langakh maka akan turun sebanyak 3 langkah, merosot pula, dan terkadang ada pasir yang masuk ke mulut. Hal ini bisa dikatakan wajar setelah melewati hutan Kalimati, memang terdapat jalan menuju Puncak Mahameru yang benar-benar terjal! Beruntung gue membawa “peralatan perang” untuk menemani sahabat terunyu gue (baca : sariawan) agar tetap tenang dan tidak menganggu summit attack!
Namun terkadang sahabat unyu tersebut mampu memompa semangat untuk menuju Puncak Mahameru! Terkadang di setiap 10-20 langkah mendaki, gue mencoba mengemut madu sachet yang hanya gue bawa 2 (itupun dikasih pendaki lain semalam :D). Dan detik-detik sampai di puncak Mahameru benar-benar ngebuat gue melupakan rasa nyeri yang diberikan sahabat terunyu (baca : sariawan) perjalanan summit attack!
Tepat pk 04.50 akhirnya gue berhasil menaklukan Mahameru!
Perjalanan menaklukan Puncak Abadi Para Dewa ini menjadi latihan menahan emosi, dan juga meredakan rasa nyeri di lidah, Hehehe... Di atas puncak gue habiskan saja langsung 2 jeruk yang gue bawa dan melupakan segala kepenatan kuliah, melawan rasa nyeri sariawan di mulut, dan bersyukur kepada Sang Pencipta atas segala kondisi kesahatan yang tetap dijaga hingga bertemu dengan sesama para pendaki, berfoto melihat sunrise di Puncak Mahameru.